Kamar dengan dominasi warna ungu dan nude yang biasanya ramai dengan pernak-pernik khas gadis belia itu kini mulai kosong. Barang-barang yang semula meramaikannya kini telah memenuhi box-box dan siap untuk dipindahkan ke tempat baru. Hanya tersisa kebutuhan pribadi yang bisa diatasii pemiliknya sendiri.
Seol menatap koper yang Yoora siapkan untuknya. Ia akan mulai membereskan pakaian dan barang-barang pribadinya. Yoora dan dayang lain yang seharusnya melakukan ini untuknya, namun Seol bersikeras melakukannya sendiri.
"Berhentilah membantuku!" tegur Seol. Berulangkali ia memukul tangan nakal Hyesun yang masih saja keras kepala ingin melaksanakan tugasnya. "Kau! Kau tahu aku lebih keras kepala dari apa yang kau pikirkan 'kan?!" tanyanya setengah mengancam.
Tanpa sepengetahuan Seol, Lee Hwan tengah bersandar di pintu kamarnya. Menatap Seol penuh kekhawatiran. "Apa kau yakin ingin tinggal di rumah pribadi?"
Lee Seol dan dua dayangnya baru menyadari kehadiran pangeran tampan itu. Yoora dan Hyesun segera mundur, membiarkan kakak beradik itu melanjutkan pembicaraan mereka.
Bertolak belakang dengan Yoora dan Hyesun, Lee Seol tak begitu ambil pusing dengan kehadiran kakaknya. "Bukankah seharusnya memang seperti itu?"
Binar matanya mengisyaratkan keyakinan. "Setelah menikah, Putri harus tinggal di luar istana karena tak ada pangeran lain yang boleh tinggal di istana. Bukankah begitu?" tanyanya balik sekaligus memberikan alasan yang logis.
Lee Hwan berjalan mendekat. Berusaha membuat kontak mata dengan Seol. Lee Hwan sadar Seol masih menyimpan amarah akibat kebohongan yang ia lakukan, tentu saja tentang perjodohan adiknya itu. "Jika kau mau aku akan meminta halmeoni tetap mengijinkanmu tinggal, sekaligus sebagai permintaan maafku."
Lee Seol akhirnya membuat kontak mata dengan kakaknya. "Orabeoni setelah menikah, seorang wanita akan menjadi keluarga suaminya secara utuh. Bahkan bagaikan orang lain untuk keluarganya sendiri. Hal itu juga berlaku untukku walaupun aku seorang Putri."
Lee Hwan tampak tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Lee Seol kau benar-benar telah belajar banyak hal," gumamnya.
Tersenyum bangga, Seol berjalan mendekat kakaknya. "Tentu saja. Sekarang aku bahkan merasa lebih dewasa dari Orabeoni."
Tanpa rasa canggung Seol memeluk Lee Hwan. Menenggelamkan wajahnya di dada bidang sang kakak. "Maka dari itu berhentilah mengkhawatirkanku atau pun orang lain." Pelukan tanda ia telah melupakan masalah mereka yang telah lalu.
Seol sedikit mendongak ke atas demi menatap kakaknya. "Orabeoni, daripada kau terus mengkhawatirkanku, bagaimana jika kau mencarikanku kakak ipar?"
---
Matahari tanpa malu memamerkan kilaunya di balik jendela. Burung-burung pun mulai bersahut-sahutan. Begitu riang menyambut datangnya hari. Penuh semangat memulai kehidupan.
Walaupun gorden kamar telah dibuka sehingga matahari berhasil menghangatkan tubuhnya, Doojoon belum mau beranjak dari ranjangnya. Bermalas-malasan seperti ini merupakan sesuatu yang mahal baginya.
Yoon Doori berkacak pinggang di ambang pintu yang terbuka. "Apa kau akan terus tidur?" Doori menarik selimut yang menutupi tubuh Doojoon.
Hanya gerakan kecil yang Doojoon lakukan sebagai isyarat ia masih tak ingin diganggu. Biasanya Doori akan terus memaksanya, tapi cukup mengherankan saat suara decitan pintu yang kembali tertutup ia dengar. Doojoon membuka matanya, dan benar saja kakaknya telah menghilang dibalik pintu yang tertutup.
Drrtt. Doojoon segera meraih ponsel di balik bantal yang terus bordering. Lee Princess, nama itu tertera di layar ponselnya. Dengan suara berat khas orang bangun tidur ia menjawab, "Yeoboseyo."
YOU ARE READING
The Royal Wedding
FanfictionI'm a Princess, remember that - Lee Seol For me, you're just my everything - Yoon Doojon