Mendung itu mulai bergejolak. Mereka saling bertabrakan satu dengan lainnya. Menumbuhkan ego untuk bisa menurunkan hujan paling menyejukkan. Hujan yang tidak terbendung lagi, turun dengan sporadis. Menghantam siapa dan apa saja yang ada di bawahnya. Saat yang sama, seorang laki-laki berjalan menyusuri jalan membabat habis genangan hujan yang memenuhi jalanan. Dia berjalan pelan lengkap dengan payungnya berwarna jingga.
Namanya Oteng. Salah satu spesies manusia pengangguran berjenis kelamin laki-laki yang sangat memperhatikan kesehatan dan bentuk tubuhnya. Dia baru saja mendapatkan warisan berlimpah dari ayahnya. Menganggur adalah pilihan ternyaman untuknya saat ini. Dua hari sekali dia rutin mengunjungi gym untuk melatih ototnya dan membentuk tubuh ideal yang sempurna. Namun, hari ini bukanlah hari yang menyenangkan untuknya. Dia berangkat dengan motor yang akhirnya mogok di tengah perjalanan. Sesampainya di tempat gym, dia baru sadar kalau ponselnya hilang. Lalu, setelah pulang dia harus menerima kenyataan kalau cuaca sedang hujan deras. Padahal motornya masih belum selesai diperbaiki di bengkel. Satu-satunya keadaan yang dia sukai hari ini adalah payung yang sengaja diselipkan adiknya di dalam tas.
Oteng berjalan santai menyusuri jalanan yang cukup landai. Penampilannya cukup mencolok. Mengenakan kaos tanpa lengan dan celana pendek membuat otot lengan dan betisnya terlihat kokoh dan kekar. Matanya memandang lurus ke depan dengan tatapan tajam seperti mengajak berkelahi dan anti damai. Pandangannya terus menajam. Lamat-lamat dia lihat ada anak kucing berjalan lucu menyeberang jalan. Satu hewan yang menjadi kelemahannya. Oteng sangat menyukai kucing. Dia punya delapan kucing di rumahnya yang dia rawat dengan baik. Dia tidak pernah tega melihat kucing menderita di depannya. Akhirnya, Oteng berlari kecil menghampiri anak kucing yang lewat tadi. Dia bermaksud membantu si kucing menyeberang. Namun belum sampai di tempat kucing itu, ada mobil truk besar tanpa muatan lewat dengan arogan. Menyapu genangan dan pandangan Oteng yang sejak tadi hanya melihat si kucing.
"Woy, kalau nyetir pakai otak !" teriakan Oteng tidak kalah dengan suara petir yang menemani perjalanannya.
Sang pengemudi truk hanya membalas dengan klakson yang dibunyikan cukup lama. Oteng mengertakkan giginya. Dia ingin sekali memukul orang itu. Tetapi, kali ini dia fokus mencari anak kucing berwarna jingga. Oteng membelalakkan matanya setelah melihat sang kucing tergeletak dengan darah yang mengucur berampur air hujan. Dia mengambil kucing itu dan menaruhnya di pinggir trotoar. Semua sumpah serapan dan makian terlontar dari mulutnya untuk pengemudi truk yang sudah menghilangkan nyawa kucing. Beberapa saat kemudian datanglah satu ekor kucing dengan warna yang sama. Kemungkinan itu adalah induk dari anak kucing yang baru saja mati. Kucing oranye itu melihat ke arah anaknya dengan tatapan sendu. Lalu, dia menatap Oteng. Kucing oranye itu tidak pernah sedetikpun memalingkan atau berkedip ketika memandang Oteng. Oteng membalas tatapan itu. Dia menatap mata sang kucing. Menatapnya lekat-lekat. Pandangannya terus menajam seperti merasuk ke dalam bola mata kucing yang bergeming melihatnya. Tiba-tiba, Oteng merasakan hal yang aneh. Dia merasa masuk ke dalam bola mata si kucing. Lalu, kesadarannya mulai memudar dan pandangannya gelap sampai pada akhirnya dia tidak sadarkan diri.
Hari mulai gelap. Hujan deras yang menemani seharian akhirnya pergi dan menghilang selaras dengan gelap yang menyerang. Oteng mendapatkan kembali kesadarannya. Dia membuka matanya pelan. Menyadarkan kembali ingatan yang sejenak tertidur.
"Selamat datang raja baru kami," sayup-sayup terdengar kalimat yang diulang berkali-kali.
Oteng sekuat tenaga bangkit dari keadaan terbaringnya. Dia melihat sekeliling. Dia terdiam. Oteng tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.
"Hidup raja kami !" kalimat ini terdengar lantang dan serentak.
Di hadapan Oteng, ada ribuan kucing besar dengan berbagai warna dan bentuk berbaris rapi memandang Oteng yang berdiri tepat di depan mereka. Oteng baru sadar dia seperti berada dalam ruangan besar dengan bentuk menyerupai bangunan kerajaan modern.
"Haaaaah !" Oteng masih tidak percaya dengan yang dilihatnya.
"Kenapa anda terkejut seperti itu ?"
Oteng memandang di sampingnya. Seekor kucing putih berbulu lebat dengan mata birunya.
"Kenapa banyak kucing besar di sini ? Dan kenapa kalian bisa ngomong ?" Oteng memegang kepalanya.
"Selamat datang di kerajaan Meowland. Anda adalah raja kami. Anda juga seekor kucing. Ras terbaik yang ada di bumi."
Mendengar hal itu, Oteng melihat tubuhnya. Dia membisu setelah sadar tubuhnya adalah tubuh seekor kucing kekar berwarna oranye yang bisa berdiri dengan dua kaki. Mempunyai mata biru tajam yang menakutkan.
"Apaaaaa ! Aku lelah. Aku ingin istirahat," Oteng mencoba tetap tenang dan beradaptasi dengan lingkungannya saat ini.
"Baiklah. Saya antar ke ruangan raja."
"Raja ingin istirahat. Kalian kembali ke aktivitas kalian, Hidup kucing ! Musnahkan manusia !" kata kucing putih tadi dengan lantang.
"Hidup kucing ! Musnahkan manusia !" suara itu bergemuruh dan menggetarkan lantai bangunan.
Teriakan yang baru saja didengar Oteng membuatnya semakin pusing dengan keadaan yang dihadapinya. Oteng diantar oleh kucing putih tadi menuju ruangan seperti kamar dengan ranjang sangat mewah dan besar.
"Silakan raja istirahat dulu. Oh iya perkenalkan, nama saya Shiro. Saya adalah kepala pelayan tuan."
"Tunggu sebentar. Aku masih bingung dengan keadaan ini. Sebenarnya kalian siapa dan kenapa aku bisa sampai di sini ?" Pertanyaan yang sedari tadi disimpan oleh Oteng.
"Kita ini adalah spesies terbaik yaitu kucing. Ini adalah kerajaan para kucing atau Meowland. Ada cerita legenda di antara kami tentang sang penguasa dan pahlawan. Setiap 50 tahun sekali akan ada raja baru. Spesies raja kucing ini adalah berwarna oranye. Hal ini yang menyebabkan semua kucing oranye adalah keluarga bangsawan yang mempunyai hak istimewa daripada kucing lainnya. Mereka dianggap sebagai keturunan raja dan pahlawan."
"Kenapa kalian bisa menyebutku raja ? Padahal tadi banyak sekali kucing berwarna oranye," Tanya Oteng.
"Syarat raja ada beberapa. Selain berwarna oranye, kucing itu mempunyai tubuh kekar, mata biru tajam, dan bisa berjalan dengan dua kaki. Satu lagi yang paling penting, kucing itu datang dari langit dikirimkan oleh Tuhan. Seperti beberapa saat yang lalu ketika ada cahaya putih menyilaukan yang membawa anda kemari."
"Aku semakin pusing !"
"Tenang tuan. Beberapa hari ke depan anda pasti akan terbiasa. Saya akan menjelaskan beberapa hal lagi. Di Meowland ini, strata dan tugas kucing bisa dilihat dari warna bulunya. Warna oranye adalah bangsawan yang akan memimpin negeri ini. Kucing warna putih seperti saya bertugas sebagai pelayan bangsawan seperti anda. Lalu ada spesies prajurit yaitu kucing warna cokelat, abu-abu dan hitam. Kucing cokelat biasa menjadi benteng pertahanan saat perang. Abu-abu menjadi spesies kesatria dan kucing hitam adalah spesies pembunuh atau biasa disebut assasins. Warna selain itu menjadi warga sipil tapi ada kesempatan mereka bisa masuk di militer kalau mempunyai bakat. Dunia ini berada di dimensi yang berbeda dengan dunia manusia. Manusia merupakan musuh abadi kami. Semua kucing yang hidup di dunia manusia adalah mereka yang dibuang dari dunia ini karena ingin hidup berdampingan dengan manusia."
"Oke-oke. Aku sekarang benar-benar lelah. Boleh tinggalkan aku sendiri ?"
"Baiklah Oren sang raja. Anda juga harus terbiasa dengan panggilan itu. Kalau butuh apa-apa bisa panggil saya atau kucing berwarna putih lainnya.
"Terima kasih, Shiro."
"Sudah tugas kami. Saya pamit dulu."
Oteng lalu merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Akalnya sama sekali tidak bisa menerima keadaan ini.
"Aaaaarrrrggg ! Aku bisa gila gara-gara ini !" Oteng (di Mewoland menjadi Oren) meremas kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Si Oren, Penguasa Dunia Baru
FantasyOren, sang raja dan pahlawan kucing telah dikirim oleh Tuhan. Dia mengemban tugas berat untuk memusnahkan manusia di muka bumi.