PROLOG

101 6 1
                                    

"La?"

Vinka melihat lampu ruangan Gabriella yang dilihatnya masih menyala dan akhirnya memutuskan untuk membuka ruangan tersebut. Ia bisa melihat Gabriella yang masih membaca dokumen-dokumen yang menumpuk di mejanya. Gabriella mendongak ketika melihat Vinka yang berdiri di pintu ruangannya. Dengan memaksakan sebuah senyuman lelah di wajahnya, Gabriella bertanya, "Oh, hai, kak Vinka. Ada apa?"

"La, it's late. Pulang dulu bisa? Sekarang pukul 11 malam. Mau sampai kapan lo berada di kantor? Gue yakin di kantor hanya tersisa lo dan gue sekarang."

"Tidak apa-apa. Masih ada banyak dokumen yang harus gue periksa. Mungkin gue akan pulang terlambat," jawab Gabriella.

Vinka yang merasa kesal akhirnya masuk ke dalam ruangan kerja Gabriella dan berdiri tepat di depan meja kerja milik Gabriella. "Lagi? Lo bilang ke gue kalau lo mau pulang terlambat? La, sudah satu tahun terakhir ini lo bekerja lembur seperti ini. Tubuh lo butuh istirahat. Apa lo pikir dengan bekerja lo akan merasa lebih baik?"

Gabriella tidak bisa menjawab perkataan Vinka dan hanya bisa menatap lembaran dokumen analisa konsumen dengan tatapan kosong.

"Ella, kalau gue benar, hari ini tepat satu tahun lo bercerai dengan Jeremy. Apa itu yang lo pikirkan?" Vinka berkata dengan perlahan, "Kalau itu memang yang lo pikirkan, maka gue sarankan lo pulang, La. Tidur, makan dengan benar. Gue tahu lo tidak menjaga diri lo dengan benar selama satu tahun terakhir. Apa lo pikir dengan bersikap seperti ini, semuanya akan kembali lagi? Lo pikir dengan bersikap begini dia akan berubah? La, lo hanya menghabiskan waktu lo selama satu tahun ini untuk menghancurkan diri lo sendiri."

"Gue tahu apa yang lo bilang itu benar, kak." Balas Gabriella. "Gue paling tahu kalau tidak ada yang bisa diperbaiki lagi. Tapi untuk kembali menjadi diri gue yang dulu, gue tahu kalau gue tidak bisa melakukannya. Everything has changed, and I hate him because of that."

Vinka tersenyum menatap Gabriella-rekannya selama lima tahun terakhir yang sudah dianggapnya sebagai adiknya sendiri. "Kalau begitu, go home. Lo butuh tenaga lebih untuk membenci dia."

"Inget perkataan gue ya, La. You're precious. Lo terlalu berharga untuk orang seperti dia. He doesn't deserve you."

Gabriella tersenyum kecil. "Kalau gue berkata bahwa gue kembali memikirkan kita yang baik-baik saja, itu terdengar sangat bodoh ya, Kak?"

"Sangat." Balas Vinka.

"Pria yang sudah menyakiti lo tidak pantas untuk kembali dalam hidup lo lagi. Please, La. Berhenti memikirkan orang yang tidak memikirkan lo juga. You're just wasting your time."

TBC.

STARTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang