Sebuah motor melaju kencang melewati perumahan kelas atas. Mengendarai Ninja H2 Carbon yang hanya bisa dimiliki segelintir orang karena harganya yang fantastis, pria itu berhenti didepan sebuah rumah sederhana namun terlihat mewah diimbangi dengan tanaman berharga mahal yang tertata rapi diteras.
Click...
Pria itu membuka helm hitam yang digunakannya berlindung dari sinar matahari yang terik dan polusi udara dijalanan, menampilkan sosok wajah tampan yang pasti membuat siapa saja meleleh karenanya. Ia menaruh helm pada spion kiri motor kemudian melihat wajah tampannya pada kaca spion kanan. Ia berjalan cepat dan menekan bel saat telah sampai didepan pintu.
"Sasuke? Apa yang kau lakukan disini?" Seorang pria berambut kuning membuka pintu saat pria dengan rambut emo itu menekan bel.
Tanpa menjawab pria yang dipanggil Sasuke dengan seenaknya memasuki rumah layaknya si tuan rumah.
"Hei... Sasuke!" Pria berambut kuning yang kini hanya mengenakan handuk yang menutupi sebagian tubuhnya mendengus kesal.
"Dimana kesopananmu hah!" Pria itu mengikuti pria emo yang kini duduk disofa beludru miliknya.
"Diamlah Naruto. Berisik." Pria itu membuka jaket kulit hitam miliknya dan melemparnya pada kepala sofa.
"Dasar kau ini." Pria yang dipanggil Naruto hanya berkecak pinggang menghadapi kelakuan salah satu sahabatnya itu.
Sasuke menyandarkan kepalanya pada sofa sembari mengayun kaki kanannya pelan ke udara.
"Hei carikan aku wanita."
"Apa? Tunggu-tunggu, maksudmu wanita, atau 'wanita?' " Dan satu bantal mendarat diwajah pria dengan tiga tanda lahir dimasing-masing kedua pipinya. Tentusaja si pelaku ialah tamu yang dipertanyakan kesopanannya.
"Hilangkan pikiran kotormu itu." Sasuke mendelik horor pada Naruto yang kini ikut duduk disofa empuk miliknya.
"Hahaha... justru kau yang punya pikiran kotor. Aku hanya bertanya wanita atau wanita?" Pria itu meninju pelan bahu Sasuke dan tertawa.
"Ibu memintaku membawa kekasihku kerumah." Pria itu terlihat putus asa.
"Kalau begitu bawa saja." Jawab Naruto enteng dan kembali mendapat pelototan dari sahabatnya.
"Ck...ck...ck... rasakan Sasuke, sekarang kau baru tahu rasanya jadi pemilih kan?" Bukanya memberi solusi, Naruto justru terdengar menyindir.
"Coba hitung sudah berapa banyak wanita yang kukenalkan padamu. Shion, Haruka, Kimi, Nanao...." Naruto menghitung dengan jari dan menyebutkan banyak nama.
"Kau bilang Shion terlalu cerewet, Haruko terlalu kekanak-kanakan, Kimi terlalu dewasa, Nanao terlalu boros, Akane terlalu manja dan...." Belum selesai bicara, Sasuke segera menimpali."Diam. Aku kesini meminta bantuanmu bukan mendengar ceramahmu." Ucap Sasuke ketus.
"Hah..." Naruto menggelengkan kepala seakan lelah menghadapi satu sahabatnya ini. "Aku tidak mau lagi mengenalkanmu pada siapapun, lagipula kau itu kan 'sempurna' jadi seharusnya kau mudah mendapatkan wanita." Naruto bangkit dan berjalan melewati tangga.
"Karena aku sempurna aku ingin kekasih yang sempurna. Semua temanmu itu tidak masuk termasuk kategori sempurna dimataku."
"Nyatanya kau tidak sempurna Sasuke, karena sampai saat ini kau tak memiliki kekasih. Sudah, aku mau mandi dulu." Teriak Naruto saat tak lagi terlihat diujung tangga.
Sasuke mendengus, niatnya kemari adalah meminta bantuan sahabtanya namun sabatnya itu sama sekali tidak membantu.
"Naruto!" Dengan tiba-tiba sebuah suara mengintrupsi pendengarannya. Ia segera melihat pada pintu yang kini telah terbuka lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Perfect
Fanfiction"Aku sempurna." "Karena kesempurnaanmu justru membuatmu tidak sempurna."