1

10 1 0
                                    

Hari ini merupakan hari dimana gue menjadi anak kelas 11 sma. Gue sekolah di SMA Karang Indah. Dan gue masuk kelas IPA karena sebuah keberuntungan.

"Miciiiin!!!!! Udah telat woi cepetan jangan tidur terus! Gua sekarang bawa motor Vespa nih woi! " Teriak Raihan yang merupakan sahabat gue sejak gue masih bayi.

"Iya sabar gua lagi pake sepatu, Garandong!! " Teriak gue dari dalam rumah.

Gue pun bergegas dari rumah dibonceng oleh sahabat gue pake Vespa miliknya.

"Micin kok lu tumben udah bangun pagi? " Tanya nya

" Kan gue dibangunin ama lu Garandong! " Jawab gue dengan perasaan kesal.

Oh Iya! Nama gua Salsabilla Nadhifa Azhary biasa dipanggil Acha. Dan yang ngebonceng gue namanya Muhammad Raihan Assegaf. Gue ama dia bener bener udah deket dari kecil makanya udah kayak keluarga.

Gue dipanggil "Micin" Cuman sama sahabat sahabat gue. Orang lain ga bakal berani manggil gua yang aneh aneh.

"Micin lu hari ini latihan Taekwondo kan? Jangan lupa minggu depan lu ujian sabuk merah! " Teriak Raihan.

"Iya sabeum nanti saya akan latihan tapi gak janji ya! " Jawabku sambil tersenyum. Yap! Raihan memang sudah sabuk hitam makanya gue panggil sabeum.

Sesampainya di sekolah gue g langsung ke kelas tapi cabut ke kantin. Dan disana sahabat sahabat gue udah pada ngumpul.

"Micin si Garandong mana? " Tanya Adit.

"Si Garandong lagi markir motor nya, lu beli apaan taq? " Tanya gua

"Si Ditaq doang yang ditanya gua kagak? " Tanya Ica dan Putra bersamaan.

"Capong ama Putong pada jajan apa?" Tanya gue pada Ica dan Putra.

Kita memang gak pernah manggil sahabat kita nama asli, semua punya nama panggilannya sendiri dan alasannya masing masing.
Gue dipanggil Micin karena dulu gua bego.
Raihan dipanggil Garandong karena dulu dia sukanya di gendong.
Adit dipanggil Ditaq karena dulu kalau dipotong rambutnya pasti ada aja yang pitak
Ica dipanggil Capong karena dia takut banget ama capung
Dan Putra dipanggil Putong karena dulu dia ompong ampe bener bener ilang semua giginya.

Pesanan makanan telah tiba. Semua udah berkumpul, kantin yang sepi menjadi ramai karena kita berlima. Hingga akhirnya...

"Kalian semua ngapain disini? Belum istirahat! Kalian semua saya hukum berdiri di lapangan! " Kepsek menemukan mereka di kantin dan menghukum mereka semua.

Berdiri di lapangan sangat lah melelahkan. Salah satu dari kami berusaha untuk berpura pura pingsan namun disayangkan para pengawas tau bahwa dirinya hanya berpura-pura dan hukumannya ditambah kan.

Jam ke 3 barulah kami diperbolehkan masuk kelas dengan perjanjian bahwa kami tak akan melakukan hal itu lagi.

Karena kita semua mendapatkan kelas yang berbeda kita pun berpisah di ruangan kepsek. Gue, Raihan, dan Ica pergi ke lorong IPA sedangkan Adit dan Putra menuju lorong IPS.

Sebenarnya kita pengennya masuk SMK. Namun karena keluarga kita menyuruh kami masuk SMA disinilah kita tersesat, Tanpa ada tujuan.

Tk, Sd, Smp, Sma, selalu sama bahkan kita berada dalam satu komplek. Sebenarnya bosen ketemu nya sama mereka lagi lagi dan lagi. Tapi kalau tanpa mereka rasanya bagaikan ada yang kurang.

Saat istirahat kita berkumpul kembali di kantin kebanggaan sekolah kita. Tertawa, bercerita, dan lain halnya. Hingga akhirnya Raihan bercerita bahwa ia mencintai seseorang.

"Gua lagi suka nih ama cewek, cakep banget, pinter, baik tapi bisa gak ya gua deketin dia? " Ucap Raihan

Gue pun tertegun, entah mengapa rasanya seperti sesak sesaat.  Meskipun pada akhirnya gua harus tersenyum juga.

"Eh Garandong mana ada cewek yang demen ama cowok kayak lo! " Canda Adit dan Ica.

Raihan tak perduli, ia pun menunjukkan jarinya kepada seorang gadis cantik dan terkenal di daerah ini.

Nadhyfa Alyda Kurniawan. Siapa yang tidak mengenal nya? Gadis yang teramat cantik dan pintar. Anak seorang konglomerat.

Kami pun tertawa saat Raihan menunjukkan gadis yang ia suka.

"That's so impossible, Garandong" Ucap kami bersamaan sambil tertawa terbahak bahak

Raihan yang merasa di rendah kan pun hanya memakan bekalnya dalam diam dan kesal.

Tak lama tiba tiba Ica jatuh pingsan. Awalnya kami berpikir bahwa Ica hanya berpura-pura saja. Akan tetapi setelah diguncang guncang tubuhnya, ia tak tertawa sedikit pun.

Akhirnya kita pun membawanya ke Uks. Ica terbaring lemah, ternyata ia terkena penyakit tipes.

Ia pun dibawa ke rumah sakit oleh sang ibunda. Kami harus melanjutkan KBM yang diadakan hingga pukul 5 sore.

Sepulang sekolah kita semua menuju rumah sakit. Gue dibonceng Raihan dan yang lainnya menggunakan motor nya masing masing.

"Garandong, lu kalau suka ama si Dipa pepet aja! Buktiin kalau lu bisa dapetin dia! " Ucap gue sambil menahan tangis.

" Tapi lu gimana? " Tanya Raihan

"Gimana apaan dah? " Tanya ku balik

" Nanti ga ada yang anter jemput lu, terus gua jarang main ama lu lu pada, terus... "

"Ih apaan si gua juga bisa bawa motor, gua punya motor, masalah main mah Santuy ae. Gausah terus terusan lagi! " Potong gue.

Raihan tersenyum dan gue menahan tangis, entah mengapa rasanya sakit sekali. Gue masih bingung kenapa gua bisa ngerasain sakit ini.

Sesampainya di rumah sakit gue minta izin kepada mereka untuk ke ke toilet. Sebenarnya gue gak kebelet tapi entah mengapa rasa sakit ini semakin menjadi jadi.

Di toilet gue menangis sejadi jadinya. Berusaha untuk tidak mengeluarkan suara. Sakit benar-benar sakit tapi gue gak tau kenapa.

Selesai menangis gue pun pergi ke kantin rumah sakit untuk menghapus sisa sisa tangisan. Tak lama Adit pun datang untuk membeli minuman dan menyapa gue yang masih berusaha memikirkan mengapa gue merasakan sakit.

"Micin? Masuk ke dalem bego, si Garandong beli nasi padang kesukaan lu! " Ujar Adit

Mendengar bahwa ada nasi padang gue pun berlari menuju kamarnya Ica sambil menarik Adit. Di kamar Ica sudah tersedia 4 bungkus nasi padang beserta 2 bungkus coklat dengan Sticky Notes bertuliskan "Untuk Micin yang jelek jan ampe kelaperan ye :) "

Tanpa menunggu lama lama gue pun membuka bungkusan nasi padang dan melahapnya hingga habis. Lalu Raihan merangkul gue dan bilang...

if i'm your girlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang