Tenggelam

48 7 8
                                    

Aku sedang tenggelam saat itu
Ini untukmu dan buat dirimu mengerti!
Kau sahabatku. Sisi gelapku akan menjelaskannya.
Hati yang baru teririris dan kusam!

Aku pernah menjadi sosok yang paling ceria sejagat raya, bahkan bakteri atau atom pun merasa geli dengan setiap denting keceriaanku. Pernah menjadi sosok penyayang, mereka siapapun yang datang dalam sekenario terbaik Tuhan, aku sayangi sepenuh hati. Sampai luber penuh tenggelam hati yang digunakan untuk menyayangi ini. Berpengalaman menjadi Si baik yang teramat baik. Berperan menjadi bagian dari desir angin yang mendatangi alam semesta, meski hidup saya monoton dan kadang tak berguna, sekuat itu saya bertahan. Aku pernah menjadi semua warna pelangi bahkan background dan karakter pendukungnya yang luar biasa indah dihidup ini.

Sampai pada jeda aku tenggelam lebih tepatnya kecewa. Dunia dan sekenario Tuhan tak seutuhnya seperti apa yang kita inginkan bukan? Tahun itu aku mulai menata triliunan topeng untuk wajahku. Saat itu juga aku mulai membuatkan hatiku benteng setinggi menara evel, meski aku kualahan karena ia tenggelam setinggi bulan. Aku memulai hari tanpa warna lagi. Kusambut semesta setiap pagi, iya tetap aku sambut semesta yang bukan hanya milikku itu. Namun sambutan itu sedikit kurubah tiap paginya.

Aku mulai jadi Si hangat yang didingin-dinginkan oleh diri sendiri. Aku mulai menjadi pelangi yang memudarkan dirinya sendiri, aku mulai meninggalkan horizon yang bewarna biru luar biasa tangguh itu. Hari itu aku mulai kelabu. Telingaku yang selalu mulai kututup dengan alat penyalur musik dari layar ajaib yang kau sebut android. Dan seperti itulah aku Tahun itu. Aku Nasya Aisyah.

***

Alarm layar sentuhku berbunyi kencang. Adzan subuh berkumandang bersahut sahutan dengan suara lagu barat itu. Tahun itu aku masuk kesekolah baru. Aku udah gedhe tau. Aku anak SMK favorit nasional. Kenapa SMK? Kehidupan keluargaku memang selalu runtut, rutin di dahului dengan kebahagiaan. Namun bukan berarti itu semua tak di ikuti dengan kesederhanaan dan keterbatasan. Ayahku Imam yang baik dalam keluarga, dia tanggung jawab dalam setiap keadaan materi dan akhirat, tapi kan bukan berarti juga, ayahku sosok yang kaya raya. Kami sekeluarga hidup dengan satu penyangga, dan dibantu dengan satu beton yang penghasilannya cukup, iya, tapi tak tetap. Kalian ngerti kan maksud saya? Lepas dari hal itu saya punya satu adik. Namanya Susi Waryati. Setelah lulus sekolah aku pengen banget bantuin ibu sama ayah biayain sekolah adik aku. Jadi, nggak salah lagi kan aku sekolah di SMK?

Saat itu, sudah tiga hari aku mengikuti masa Orientasi di sekolah baruku. Aku masih lempeng-lempeng aja, kelabu ku masih belum pudar. kata Ayah, hal baru itu memang selalu menyusahkan, dan hal yang lama itu memang bisa tiba-tiba jadi kenangan. Jadi Ayah menyuruhku untuk tetap menikmati hidup bersyukur, ikhtiar itu saja. Hal yang paling menyedihkan selalu menusuk relung. Masa SMP yang mengajariku caranya bersahabat dengan tulus, cara membuka hati dengan lebar, cara mencintai seseorang yang benar-benar bukan siapa-siapa, benar-benar menjadi kenangan sekarang. Aku mulai Far dari sahabat-sahabatku.

Semuanya jauh dari sempurna namun begitu membekas. Aku merasa kehilangan semangatku meratap sosok-sosok baru. Am I Introvert now? Beruntungnya hati ini masih memiliki sisi memelas pada diri ini juga. Aku terus berusah Tuhan. Aku mulai berusaha, Aku harus berusaha.

***

Pagi itu, seperti biasa. Aku bangun menjelang pukul lima. Saat itu aku masih kelas sepuluh, Bukannya langsung sholat, mandi rapih-rapih untuk bergegas menimba ilmu, malah mengecek layar rata ajaib. Huh dasar aku. Memang sejak libur panjang usai ujian aku jadi pemalas. Ditambah, hatiku memang yang sedang tak karuan. Merasa tenggelam dan kehilangan "Flashback mulu, kepikiran mulu. Semuanya bakal baik-baik aja sya, bego banget sih hati lo di kelabuhi rasa takut, rindu dan kenangan. Sekolah baru lo bakal ngebuat lo lebih baik dari sebelumnya. Semuanya akan normal lagi, lo bakal ketemu orang baru yang nyembuhin dan sans. Bismillah aja sya!" ujarku dalam hati yang sedang kusam dan nethingan ini.
Lepas dari hal itu, seperti saudara pada umumnya, setiap pagi percakapan mulus antara aku dan adikku selalu berakhir ricuh. Bak keramik yang habis di pel berubah menjadi aspal yang kepanasan di siang bolong . Bayangin coba, udah jam 6 adikku nggak mau dibangunin buat sholat subuh.

" Sya, bangunin adekmu!!" Suara lantang ibunya dari dapur yang tak segan mengolengkan burung yang sedang berimajnasi mengelilingi matahari'

" iya buuuk."

"dekkk bangunn. Udah jam enam bangun sholat subuh atuhhh.. woyy..Buk adek ngga mau bangun nihhh..." Suaraku membisingkan lima rumah tetangga bahkan sampai ke sungai belakang rumahnya. Memang harus seperti itu kalau membangunkan dia.

" Apaan sihh,, bangunin aja baru sekali ngadu mulu lo kayak domba." Jawab adiknya nggak terima.

"ngomong apa lo barusan? Bangun lho, sholat dasar cilok ngga kedengeran ya suara adzan yang pake toa lima puluh karat itu??? Apa pura-pura bolot ha?" sahutku kesal.

Aku menarik selimut adik yang bewarna hijau bergambar matahari dan bulan yang sedang meringis lalu bergegas lari ke dapur. Lari sih bukan karena jahil, tapi aku takut ditendang sama atlet karate abal-abal yang satu ini.

Aku berpamitan dengan ibu dan ayahku, mencium tangan mereka, mencium pipi ibuk dan menempelkan punggung tangan bapak pada dahi dan pipi-pipi ku. Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Seperti sekolah pada umumnya, di sekolah baruku ini ada list ekstrakulikuler dengan kakak- kakak kelasnya yang yaa, yang jelas lebih tua. Aku ikut salah satu ekstrakulikuler itu bisa dibilang organisasi sih, aku ikut PMR. Awalnya aku daftar banyak ekstra tapi, kayaknya aku kurang tahan banting saat ini. Jadi aku Cuma berusaha setia sama yang satu ini aja. Entah kenapa, tapi jika di tanya mereka aku jawab 'ingin saja'.

Hari demi hari aku lalui, Temen-temen baru. Tugas yang numpuk. Nilai yang kadang tak karuan. Hati yang masih jumpalitan labil tak jelas, senyum yang hanya cover saja, tawa yang beragam rasa, dan semuanya. Rasanya semuanya monoton saja jika sekejap aku masih merindukan masa laluku.

Semua itu,,, dulu aku menyukai temanku yang sampai kelas sepuluh ini tak dapat aku lihat paras rasanya. Dia suka sama temenku sendiri. Ini saat-saat part tenggelam ku bener-bener sempurna. Pernah di derunya hujan dia boncengin temen deketku lalu nurunin dia didepanku sambil tersenyum miris itu rasanya bekuin hati. Sampai pada saatnya aku ragu dan ngga mau deket-deket lagi sama yang namanya cowo. Kecuali sahabat-sahabatku yang sudah terlanjur menyerukan lima juta semangat padaku. Dia yang hanya dalam diam aku kagumi rasanya masih menyakitkan untuk tak dikenang. Sahabat-sahabatku yang setelah kita beda sekolah dan jurusan rasanya susah banget buat ketemu dan itu semua memang kenyataan.

Satu semester berlalu.
Sekarang udah pertengahan semester ke 2.

Semuanya sudah mulai baik-baik saja. Aku bangkit namun hati masih gitu-gitu aja. Dasar manusia. Kurang bersyukur. Kelabuku mulai memudar karena tawa-tawaku bersama teman-teman baru. Terimakasih Tuhan. Thanks hati, diriku yang tercinta dan semuanya. Kau hebat bisa sekuat ini.

***

"Sya, nanti kumpul Ekstra ya, harus. Ada Bakti kampus!" Dengus salah satu temanku pada aku yang memang selalu malas berangkat.

Okay guys.. gimana prolog cerita ini,, semoga seru yaa. Eh apa masih ngbosenin???... aku bakal update cerita selanjutnya... pokonya kalian harus baca bagian selanjutnya....
Di bagian selanjutnya mulai ada pengenalan tokoh-tokoh baru dan ceritanya bakalan makin luas nyenengin. Jangan bosen-bosen baca yaa... emang dibagian prolog ini belum di kenalin siapa sih Fusta. Pokoknya read teruss... read kalian like kalian comment kalian berharga banget.
Aku sayang kalian.... Tunggu next storynya ya.. jangan lupa like and commet

Love you all
"abuhening"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rasa Sahabat FustaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang