Pagi hari dimana pada saat itu menjadi hari yang paling membahagiakan. Hari yang selalu ku senangi.
Pagi hari yang diguyur derasnya air hujan mampu membuatku mengenang apa yang telah aku lakukan selama ini dimasa pertumbuhan diriku.
'Aku menyukai hujan karna mampu menyamarkan rasa sedihku'
Kalimat itu yang selalu aku tanamkan bila hujan tiba dan bila menantikan hujan turun.
Mungkin semua orang menganggapku aneh, mungkin ada beberapa orang yang sama sepertiku juga menyukai hujan, namun dengan latar belakang yang berbeda. Karna menyukai suatu hal tak perlu alasan.
"Pakai jas hujannya dek" seru ibuku.
"Ibu lupa, kalo jas hujanku sudah mengecil?"
"Astagfirullah, ya udah kalo gitu ambil jaket biar gak masuk angin".
Balasku dengan anggukan.
Aku di antar oleh ayahku menuju sekolah yang jaraknya tak jauh dari rumahku kurang lebih hanya 7 menit. Sebenarnya bisa saja aku berjalan kaki, tapi ayahku tidak mengizinkanku karena beliau bilang kalau takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.
Aku bersekolah di salah satu sekolah dasar di dekat rumahku, saat ini aku menginjak kelas 6 SD dan hal yang paling aneh sekaligus membahagiakan adalah ketika aku sudah memasuki masa baligh yang sebenarnya.
Untuk sekedar kalian ketahui akupun sudah mulai menyukai lawan jenis, bagaimana aku bisa tahu?.
Terkadang jantung ini berdetak seolah tak karuan dan aku ingin sekali selalu berada di dekatnya.
Tapi....
Apa yang aku takutkan terjadi.
"Arkan aku suka kamu"
Sang empunya nama hanya menoleh kemudian berlalu.
Selalu seperti itu dia meresponku, tapi tidak untuk kali ini. Dia bilang bahwa ingin menemuiku di koridor atas yang jarang sekali dilewati banyak orang.
Hatiku mulai gelisah dikala aku menunggunya di koridor yang sepi ini dan hanya beberapa orang saja yang melewatinya. Aku gelisah bukan karna ada hantu yang akan menghantui ku, tetapi berita yang kian marak tentang pelecehan seksual anak dibawah umur seperti itu yang membuatku merasa was-was. Bagaimana jika dia melakukan yang tidak-tidak padaku?.
Tap...tap...
Langkah kaki itu semakin dekat menuju ke arahku. Aku memandangnya dengan gugup. Dia tiba, pujaan hatiku.
"Hey"
Aku hanya mampu menatap wajahnya sambil tersenyum.
Demi tuhan, bahkan sekarang ini aku tidak mampu berkata, aku saja tak bisa mengendalikan detak jantungku yang semakin menggila.
"Langsung aja, aku gak mau banyak basa-basi. Kamu suka sama aku kan?"
Aku sempat terkejut mendengar kalimat itu. Apakah dia akan membalas perasaanku? Apakah keajaiban akan terjadi?.
Aku hanya menggerakan kepalaku saja sebagai jawaban.
"Maaf, tapi aku gak suka kamu, bahkan aku aja gak pernah tau kamu siapa, nama kamu pun aku tidak tahu"
Sakit. Dia tidak mengenalku? Sungguh?. Tapi kita belajar di satu kelas yang sama, hanya tersekat oleh beberapa meja lainnya saja dan dia juga bahkan tidak mengetahui namaku sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S PHILOPHOBIA
Randomketika diri ini sudah tak percaya lagi akan namanya cinta, diri ini hanya berharap bahwa suatu saat akan ada seseorang yang mampu mengubah ketakutan ini menjadi menyenangkan.