Jika dinyatakan ikuti kata hatimu, memang benar,namun peran dari hati disini bersifat naluri, merasakan. Yang digabungkan juga dengan akal. Munculnya perilaku itu adalah dampak dari gabungan hati dan akal, dan itu sudah tidak bisa dipungkiri lagi nyatanya. Sekarang mana mungkin manusia berperilaku tanpa melibatkan akal, dan juga sebaliknya. Akal disini bersifat mencerna mana yang masuk dengan logika dan memikirkan dampak yang akan terjadi, seharusnya begitu jika akal bekerja dengan benar. Pentingnya menempatkan diri dalam bersikap. Rasa timbul dari hati yang tersakiti itu akan dicerna secara langsung oleh akal, dan akan ada nafsu untuk diri melakukan suatu hal. Bisa buruk bisa baik, dan juga dampak dari perilaku buruk dan baik tersebut, akal kita akan menyaring dengan jelas. Timbulnya suatu perilaku kurang baik atau bahkan sangat tidak baik itu disebabkan oleh tekanan rasa terhadap hati yang begitu bergejolak, sehingga yang timbul adalah nafsu, atau keinginan untuk membalas, jika tidak pandai mengatur nafsu maka yang terjadi adalah perbuatan yang sangat tidak pantas dicerna akal. Pentingnya menjaga hati, akal, dan juga nafsu. Mana ada manusia yang hatinya sama sekali tidak menyesali perbuatan buruk yang telah diperbuat.
Akal dan hati yang masih waras itu akan menyadari dan menyesalinya. Maka dari itu pentingnya sifat sabar dalam segala hal, karena manusia dilahirkan bukanlah untuk hanya berdiri atau melangkah sendiri, manusia diciptakan. Diciptakan, dibaca lagi diciptakan, ada Sang Pencipta, Yang Maha Segalanya. Namun karena musibah hadir, jiwanya kurang untuk bertakwa atau kurang dekat kepada Sang Maha Kuasa, sehingga peran hati dan akal seakan hilang dalam dirinya tergantikan oleh nafsu, ambisi buruk yang terlanjur menyelimuti jiwa. Dekatkanlah dirimu kepada Yang Maha Kuasa dalam segala situasi keadaan yang sedang dijalani, karena naluri jiwa yang mendekatkan diri kepada Allah itu akan selalu membentuk pribadi yang baik, karena diajarkan tentang hikmah manis dari sifat bersabar. Serahkan segala harapan, musibah yang sedang dirasa. Kamu boleh berjalan sesukamu telusuri dunia ini sampai kepada inti akarnya, namun kamu juga tidak boleh lupa bahwa setiap yang bernyawa akan menemui maut yang terus mendekat selama banyak waktu yang sudah dilewati. Bukanlah kehidupan kekal sekarang ini, melainkan akan ada kehidupan yang nyata kekal setelahnya.
Isi masa mudamu dengan hal yang bermanfaat, bukan dengan hal yang membuatmu sesat, atau bahkan menjerumuskan orang lain jadi sesat.
Dunia itu tempatnya lelah memang, jika tidak mau berada di dunia ini, maka segeralah untuk pulang, apakah kamu mau?