"Aku Siap Menjadi Imammu, Insyaallah"

49 27 14
                                    

            Kau tahu cintaku, sepercik cahaya lilin saja sudah bisa menerangi seluruh isi ruangan kosong di sisi hatiku, apalagi kobaran api yang besar, apakah kau bisa membayangkan seberapa terang ruang kosong itu ? kau tahu perbedaannya bukan? dan sekarang aku masih bersusah payah untuk membuat sinar cahaya lilin itu agar bisa menjadi kobaran api yang besar.

***

            Saat senja mulai nampak dari ufuk barat, aku masih saja meregangkan semua otot-otot tubuhku. Saat ku mulai langkahkan kakiku kudengar samar-samar suara seperti bergumam. Alunan suara itu indah sekali, tapi aku sama sekali tidak mengerti maksud dari alunan suara itu. Saat ku dekati suara itu semakin keras dan semakin jelas pula alunannya tapi sayang sekali aku sama sekali masih tidak mengetahui bahasanya. Ku sibakkan dahan pohon yang menghalangi pandanganku, kulihat seseorang sedang membaca buku, tapi aku tidak mengetahui buku apa itu. Dia memakai tutup kepala yang aku tak tahu namanya. Apakah semua orang di Indonesia selalu seperti itu, mengalunkan suara yang tidak jelas namun begitu indah? Ku kepalkan tangan ku erat-erat ingin ku tepis rasa penasaranku tapi seakan tahu pikiranku rasa penarasan itu malah semakin bertambah. Ku langkahkan kakiku perlahan, ku perhatikan wajah gadis yang terlihat fokus membaca buku tebal itu.

            “Hei!” Sapa ku seraya menepuk pelan lengan gadis bersuara indah itu. Tapi bukan mendapat respon yang baik, gadis ini tampak terkejut. Berdiri dari tempat duduknya dan menjauh beberapa langkah dariku.

            “Maaf, siapa kamu?” Tanya gadis itu dengan nada gemetar.

            “Aku hanya ingin bertanya, jadi jangan takut aku tidak memiliki niat jahat.” Jawabku setenang mungkin. Terlihat seulas senyum di wajah cantiknya.

            “Apa yang kamu baca tadi? Kenapa begitu indah sekali?” Gadis itu mulai mengangkat wajahnya.

            “Kamu tidak mengetahuinya, sama sekali tidak tahu?” Tanya gadis itu dengan penuh keraguan. Aku menggeleng sembari tersenyum. “Ini Al-Qur’an.” Lanjutnya, seraya mengangkat buku tebal itu.

            “Apa itu Al-Qur’an, buku mengenai lagu kah itu?” Tanyaku masih tak mengerti.

            “:Bukan. Al-Qur’an adalah sebuah kitab suci utama dalam agama Islam.”

            “Tunggu sebentar, Islam? Apa itu Islam?”

            “Islam adalah suatu agama yang mengimani suatu tujuan yaitu Allah.”

            “Aku masih belum mengerti, lalu apa yang kamu kenakan di kepalamu itu? Baru kali ini aku melihat seseorang yang berpenampilan sepertimu.”

            “Ini namanya jilbab, di dalam islam seseorang wanita wajib mengenakannya.” Ujarnya dengan suara yang lembut. “Sebenarnya kamu orang mana sampai-sampai kamu tidak tahu mengenai agama Islam?”

            “Aku kelahiran lndonesia, tapi dari kecil aku hidup di London dan tiga hari yang lalu untuk pertama kalinya aku mendarat di lndonesia. Aku masih berusaha beradaptasi di sini, dan yang pasti tidak ada orang lain yang aku kenal selain keluargaku sendiri jangankan agama, mengenai lndonesia saja aku tidak paham.” Tuturku, terlihat senyum tipis di bibirnya. “jadi maukah kau membantuku untuk mengenal lndonesia dan agama lslam?”

            “Sesama muslim, selalu dituntut untuk menolong sesama jadi saya tidak punya alasan untuk tidak membantu kamu.” Jawabnya sembari tersenyum ramah. Ku angkat tanganku untuk awal dari sebuah perkenalan, tapi dia tidak menjabat tanganku melainkan hanya menepuk kedua telapak tangan sembari sedikit menunduk. Jadi apakah orang lndonesia sesombong ini? Sampai tidak menjabat tangan orang lain. Ku turunkan tanganku dengan kecewa.

Aku Siap Menjadi Imammu, Insyaallah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang