Sebuah Awal

9 2 0
                                    

Hari itu,tahun baru 1 Januari 2030 hari Selasa. Dunia melangkah lebih jauh dari tahun sebelumnya dan disinilah aku,seorang CEO yang tinggal menikmati hasil jerih payahnya. Namaku Lucid Eden 27 tahun,kami tak menyangka bahwa awal tahun yang baru itu adalah pertanda petaka yang sangat besar.

Hari ini tanggal 2 Januari 2030,Rabu.
Hari ini hujan yang tak begitu deras aku dan dia akan bertemu di cafe tengah kota,sore ini. Telah tiba waktunya pukul 4.30 aku datang lebih dulu ke tempat yang di janjikan dan memesan segelas milkshake rasa vanilla strawberry. Tak lama setelah itu seseorang datang dengan terburu buru dari luar dia seorang wanita dengan rambut pendek hitam,tinggi sekitar 179 cm,memakai baju lengan panjang dengan gambar imut di bagian depan,serta di double dengan kemeja yang dilipat seperempat lengan,memakai celana chino sepatu jogging serta tas yang terlihat berat,sembari menengok kesana kemari dengan tangan yang memeluk buku tebal dia mencari tempat aku duduk,dialah Rebecca,Rebecca Chambers 19 tahun,pacarku? Lalu setelah menemukan tempatku duduk dia dengan setengah berlari dan tersenyum lebar serta mengambaikan tangan datang ke tempatku duduk,setelah duduk dia terlihat kelelahan akupun memberinya susu kacang kedelai yang sangat disukainya yang sebelumnya aku pesan,lalu diapun meminumnya dengan raut wajah bahagia. Lalu untuk mencairkan suasana akupun mencoba membuka pembicaraan,
"Bagaimana harimu?" tanyaku polos sambil meminum minumanku.
"Luar biasa!!! Tapi melelahkan juga haha" jawabnya dengan raut wajah yang masih terlihat bahagia,wajar saja sih dia mahasiswa terpintar jurusannya saja fisika atau semacamnya,aku mana mengerti haha.
"Lalu bagaimana denganmu?" tanyanya dengan rasa penasaran.
"Ya seperti biasa,duduk di kantor,memeriksa laporan dan begitulah,tak ada yang spesial" jawabku spontan.
"Ouh begitu".
"Iya" jawabku dengan datar.
   Suasana terasa biasa saja dengan kami yang sedang makan makanan yang dipesan,kemudian di berita pada tv yang ada di restoran tersebut,diberitakan bahwa para narapidana akan dikarantina untuk menebus kesalahan mereka.
"Mereka dikarantina untuk apa?" tanyanya dengan penasaran padaku.
"Yah,mungkin untuk dijadikan bahan percobaan haha" semoga saja ucapanku tak menjadi kenyataan.
"Yah itu mana mungkin kan,hahaha"
Pertemuan itu berlangsung hingga pukul 5.30 dan akupun mengantarkan dia pulang ke apartemennya yang tak jauh dengan restoran tadi

Kamipun telah sampai di depan apartemennya pada pukul 5.55 kamipun berpisah dengan lambaian tangan dan senyuman,dia langsung naik ke apartemennya yang berada di lantai 7 menggunakan lift akupun segera pulang,pada pukul 6.15 akupun sampai di "rumah" ku ya memang terlihat lebih besar dari rumah pada umumnya sih,ruangan ku ada di paling atas. Setelah mandi akupun menjatuhkan tubuhku ke kasur untuk beristirahat dan memaikan HP ku untuk beberapa saat,lalu ada pesan masuk ternyata itu dari Rebecca
"Hey aku akan off untuk sementara untuk mengerjakan tugas kampus"
"ok" jawabku singkat.
Waktu menunjukan pukul 7.12 saat bagiku untuk bersantai,tapi sepertinya untuk malam ini dan selanjutnya aku tak bisa bersantai.
Tiba tiba terdengar ledakan sangat besar dari arah apartemen Rebecca,karena merasa cemas akupun segera menelponnya untuk  memastikan bahwa dia baik baik saja tapi tak ada jawaban sama sekali.
Karena cemas akupun segera menuju ke apartemennya ternyata ledakan tadi berasal dari 140m ke arah barat dari gedung apartemen,seolah membaca pikiranku Rebecca kemudian menelpon ku untuk mengabari bahwa dia baik baik saja,akupun bisa bernafas lega. Tapi,ada hal yang membuatku penasaran.
"Tadi itu ledakan apa?" tanyaku dalam hati.
Karena penasaran akupun segera menuju ke asal ledakan,setelah sampai aku melihat banyak orang dengan pakaian anti huru hara lengkap dengan senjata dan garis pembatas,ledakan tadi menimbulkan daya rusak cukup besar karena membuat area di sekitarnya terbakar,lalu salah seorang dari "petugas" itu menghampiriku dan menyuruhku untuk pulang,tak sempat ku bertanya keluar sesuatu dari lubang hasil dari ledakan tersebut,itu tinggi sekali 7 meter kira kira rupanya sangat menyeramkan bahkan tak terbayangkah bahwa itu bisa hidup dan menampakan diri. Aku yang berada disana hanya bisa diam dan merasa ngeri. Para "petugas" pun dengan sigap menembaki makhluk itu aku yang diam hanya berkata
"Ya Tuhan apa itu?!"

VONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang