i. hujan (series)

3K 180 23
                                    

Yang ga punya Twitter banyak request up disini juga ,tapi emang dasarnya laknat aja jadinya yang di up versi kotornya. Emang dasar bahlul wkwkwkwk

Ini pendek pendek lho ;)) mianhae~~~






.
.
.






Hujan.

Seungyoun suka hari hujan. Sangat. Dia memang tidak bisa kepanasan sedikit. Mau mati katanya. Dia suka hujan. Suka dinginnya, suka suaranya, suka suasananya. Semuanya lembut. Seungyoun akan dengan senang hati menyeduh teh hangat lalu lanjut membaca komik ditangannya. Di hari hujan.

Seungyoun hanya benci satu hal saat hujan.
Petir.

Suara riuh itu akan mengganggu ketenangan yang hari hujan susah payah ciptakan.

Seungyoun typicall orang yang suka ketenangan. Padahal dia dikenal orang yang ramah dan suka keributan (dalam hal positif) bagi orang sekitar.


Petir ini. Hari ini cukup petir yang ditimbulkan benturan awan cukup besar. Suaranya menggelegar.

Satu orang yang terlintas di pikirannya saat petir begini.

Tetangganya , Han Seungwoo. Tetangganya takut petir. Punya trauma dan cerita buruk dengan hujan dan petir.
Karena itu Seungyoun buru-buru mengambil ponselnya dan menelfon Seungwoo.

Lama tersambung tapi tak kunjung dapat jawaban. Seungyoun mengernyitkan dahi, apa dia belum pulang?

Seungyoun kembali menekan tombol hijau dilayar ponselnya,"Hallo Woo? Dimana?"

Diangkat. Tapi hanya suara hujan deras yang ia dengar.

"Han Seungwoo?"

Cho Seungyoun menajamkan pendengarannya, terdengar suara gemeletuk suara gigi dan nafas yang tak teratur. Seketika tubuhnya menegak. Ada yang tidak beres.

"Han Seungwoo jawab aku! Kau dimana?"

"B-b-buka hhhhh S-seungyoun-ah"

Cho Seungyoun segera melirik pintu rumahnya lalu berlari secepat kilat. Saat dibukanya kenop pintu itu, suara petir menyambar begitu kuat. Kilat putihnya tersebar dilangit gelap.

Mengantarkan seseorang melompat ke pelukan Seungyoun.

Han Seungwoo, tetangganya yang takut petir. Basah kuyup dipelukannya sambil terisak.

.
.
.

Hujan dan Cho Seungyoun.

Seungwoo mempererat pelukannya. Trauma ini. Ketakutan ini. Dia baik-baik saja jika hujannya tenang dan damai. Tapi jika ada suara petir begini ia tidak bisa.

Petir itu membawa pergi ibunya.
Petir pernah menghancurkan dirinya.
Ibu tercintanya , hujan hari itu dan petirnya. Memori terburuk yang Seungwoo punya.
Tubuhnya masih gemetar. Pelukannya mengerat kala kilat itu kembali.

Seungyoun memeluknya. Memberinya kehangatan yang tulus meskipun tak terucapkan. Tangannya mengelus rambut belakang Seungwoo. Membisikkan kata-kata penenang yang menjadi lullaby bagi Seungwoo.

Mereka hanya tetangga.


.
.
.


Hujan sudah reda. Petirnya pun tiada. Kini Seungyoun tengah mengeringkan rambut dan tubuh Seungwoo dengan telaten. Han Seungwoo didepannya hanya menunduk kecil sambil tangannya bertaut pada ujung kaos Seungyoun.

"Ini baru Woo?"

Seungyoun menurunkan kaos tipis putih milik Seungwoo tepat dibahu yang terekspos tak sengaja.

Euphoria -RyeonseungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang