Why?

30 1 0
                                    

Suara itu sangat kukenal. Aku menoleh ke belakang memerhatikan seorang lelaki menghampiriku. Gaya berjalannya yg elegan bak bangsawan membuatku sedikit terpukau setiap kali melihatnya. Dengan tatapan datar, aku berusaha mendengarkan apa yg ingin ia sampaikan.

"Ada apa?", tanyaku memulai pembicaraan.

"Aku hanya ingin menemuimu," ia tersenyum, "sudah beberapa hari ini kita tidak mengobrol."

"Oh maaf.... Aku sedang ada urusan." Dengan sigap dia menarik tanganku. Aku yg sdh ingin pergi terpaksa berhenti.

Suaranya mendadak menjadi sangat pelan, "Kenapa? Apa kau berusaha menghindariku?".

Saat mencoba melepaskan genggamannya, dia kembali menggegamnya lebih kuat sambil membisik, "Lalu, kau anggap apa ciuman kita saat itu?".

Deg.

Aku tidak tau harus menjawab apa. Jantungku mulai berdegup kencang. Ayolah, aku hanya tak mau menemuinya lagi. Raut wajahnya menjadi agak sendu. Jika aku tidak pergi sekarang, entah apa yg akan dia lakukan padaku nanti. Kami tak punya hubungan apa-apa!

"A-apa maksudmu?". Sial. Genggamannya terlalu kuat.

"Maksudku? Apa kau pura2 tidak tau?". Kali ini tangan kanannya merangkulku dari belakang. "Apa aku harus menjelaskannya?". Dalam kondisi seperti ini, dia masih bisa berbicara dgn tenang. Aksen khasnya semakin terdengar jelas dan aku bisa mencium aroma parfumnya.

"Kita tak punya hubungan apa-apa. Biarkan aku pergi.". Aku tau kata-kataku sangat menusuk, namun aku tak ingin berada dalam masalah.

"Huh?"

Maafkan aku. Aku terpaksa mendorongnya sekuat tenaga. Syukurlah aku berhasil lari menjauh. Saat ku lirik, dia hanya diam terpaku. Sekali lagi maaf, aku tak bisa menerima hubungan ini, Joseph....

Aimer et être aimé sera la grande affaire de toute notre vieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang