TUGAS 1

8 0 0
                                    

Prolog

"SHARON!' panggil Mark dari belakang. Sebelum Sharon sempat mempercepat langkah, Mark sudah lebih dahulu menghadangnya.
"Sharon, aku tahu ini saat yang sulit untukmu dan keluargamu. Tapi kita tidak perlu berpisah, izinkan aku tetap berada di sampingmu." Mark menatap Sharon lekat. "Mark..." Sharon mulai menangis.

Mark menghapus air mata gadis dihadapannya dengan lembut.
"Aku akan membantumu sebisaku. Karena itu, kita tidak perlu berpisah" Sharon menggeleng. Pembicaraan dengan ibu Mark tadi siang masih terngiang jelas dalam ingatannya, menyakitkan.

"Sharon, keadaan mu sekarang bisa merusak nama baik keluarga ini. Kamu tau sebesar apa usaha keluarga kami, kan? Untuk itu Tante harap kamu tau apa yang harus kamu lakukan untuk melindungi nama baik keluarga ini, khususnya Mark. Dia anak tunggal Tante. Kamu paham, kan?"

"Mark! Bisakah kau berhenti? Ini hanya membuat semuanya semakin sulit bagiku. Perlukah aku mengatakannya berkali-kali? Kita sudah berakhir. Aku sama sekali tidak pernah menyukaimu, tidak per..."
Kalimat Sharon terpotong karna Mark sudah menariknya kedalam pelukan nya "Tidak, kamu hanya belum menyukaiku. Aku hanya perlu menunggu sedikit lebih lama. Ya kan?"

Air mata Sharon mengalir "Kau sangat menyebalkan Mark! Mengapa kau terus seperti ini? Aku sudah pernah bilang bukan? Aku hanya menyukaimu sebagai sahabat tidak lebih"

Mark melepas pelukan nya dan menatap Sharon memohon "Shar..."
"Seharusnya aku menolakmu dulu. Aku...aku menyesal. Aku mau jadi pacarmu hanya karna kasihan." Kalimat Sharon menyayat hatinya sendiri "Kamu selalu memaksaku, dan itu membuatku semakin membencimu. Jadi..." Sharon mengusap air matanya kasar "Jadi semuanya cukup sampai disini"

"Sharon..." mata Mark tampak begitu sedih
"Kuharap..." Sharon menatap Mark lurus, berpura-pura kuat "Kita tidak pernah bertemu lagi." Dan setelahnya melangkah pergi dari sana

"TUNGGU!" Seru Mark, membuat langkah Sharon terhenti.
"Aku tau kamu keras kepala, dan aku tau kamu akan tetap pergi meski aku berusaha menahanmu dengan jutaan cara. Tapi aku tetap akan bertanya sekali lagi."
Mark melangkah mendekati Sharon
"Apa kamu yakin akan pergi seperti ini? Apa kamu bisa tanpa aku?" Sharon mengepalkan tangannya erat
"Aku tidak bisa melepasmu begini, apa kamu benar-benar membenciku?"

'Tidak, Mark. Bagaimana aku bisa membenci orang yang sangat aku butuhkan?'

Sharon memejamkan mata sejenak, sebelum berlari meninggalkan Mark.
Ia berhenti berlari setelah merasa sudah cukup jauh dari sekolah. Ia menunggu lampu pejalan kaki menyala hijau bersama beberapa orang yang hendak menyebrang. Setelah lampu menyala hijau, Sharon melangkah perlahan bersamaan dengan ponselnya yang berbunyi. Tertera nama 'Mama' dilayar. "Ya Ma, Hallo?" Tak ada jawaban diujung sana membuat Sharon panik "Hallo Ma?" panggilnya lagi.

Kejadian berikutnya terjadi sangat cepat. Sharon mendengar Mamanya menangis. Kata demi kata dari Mamanya membuat Sharon membeku ditempat hingga ia mendengar suara klakson keras menyadarkannya. Namun sebelum Sharon sempat bergerak, ia sudah terhempas beberapa meter dari tempatnya berdiri.

Sharon masih menggenggam erat ponselnya. Bisa ia rasakan ada cairan hangat mengalir dari kepalanya, lalu beberapa orang mulai mengerumuni nya. Disisa-sisa kesadaran nya, Sharon masih bisa mendengar dengan jelas suara isakkan sang Mama yang terngiang-ngiang dikepalanya.

"Hiks..Sharon..pa..papa..Shar..papa..meninggal.."

*~*~*~*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TUGAS WATNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang