satu

27 1 0
                                    

Derap langkah terdengar beriringan dengan suara hujan, terlihat sekumpulan anak-anak berlarian menghindari orang-orang dewasa yang mengejar mereka, menikmati rintikan hujan yang turun membasahi rumput dan pepohonan. Suara tawa mereka teredam suara hantaman air yang menabrak genteng, dan tanah.

Sementara kegembiraan terjadi di luar gedung, di dalam gedung yang lembab, di salah satu kamar, terbaring seorang bocah di temani dengan bocah lain yang tengah mengganti kompresnya dengan telaten. Sesekali ia menghapus buliran keringat dingin yang muncul di sekitar kening dan lehernya, tak tega mendengar suara riuntihan dari pemilik wajah nan pucat itu ia mengelus pucuk kepalanya seraya merapalkan mantra baik-baik saja, tidak sakit, dan semacamnya agar si kecil tenang.

Kreek~

Ia menoleh saat mendengar suara pintu terbuka, helaan napas lega terdengar saat melihat anak laki-laki yang lebih tua darinya datang dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur, dan susu hangat.

“Bagaimana keadaanya?”

“Demamnya sudah turun, tapi dia terus menangis. Sepertinya mimpi buruk” ucapnya sambil menatap lekat wajah adik kecilnya.

“Ini sudah waktunya makan, bangunkan..” ucap anak tertua di sana sembari menepuk pundak anak laki-laki yang lainnya.

“Hai bangunlah sudah waktunya makan,” dengan patuh ia membangunkan adik kecilnya itu dengan lembut, ia menepuk-nepuk pipinya sambil memanggil namanya sampai sikecil membuka mata.

Segera ia memasang senyum dan perlahan menyandarkan si kecil pada kepala tempat tidur yang sudah di beri bantal. Yang tertua pun duduk dan perlahan menyuapi sikecil dengan perlahan. Sedikit demi sedikit bubur itu berkurang hingga separuhnya namun sikecil sudah menggeleng kekenyangan, maka kakak keduanya pun membantunya memimun obat dan susu hangatnya sebelum membantu si kecil untuk tidur lagi.

“Latihannya pasti keras..” ucap tertua sambil menggenggam dan mengelus tangan kecil bocah yang sedang tertidur itu.

“Hyung...”

“Tidak apa-apa kita bisa melindunginya”

20 tahun kemudian

Nampak seorang pria tengah memandangi kota di sore hari dari ketinggian gedung tempatnya berpijak. Diedarkannnya manik coklat karamel itu keseluruh sudut kota yang bisa ia lihat. Angin mengibarkan beberapa helai rambutnya seolah kecepatan angin tak dapat mengusik penglihatan tajamnya. Nyatanya mata itu tak berkedip sedikitpun. Ia merogoh saku mantel yang ia kenakan ketika ponselnya bergetar. Helaan napas panjang terdengar dari bibir merahnya ia mengembalikan ponselnya ketempat semula lalu meletakkan gelas moccacino yang ia genggam semenjak ia berdiri di tempat itu setengah jam yang lalu.
Ia berjalan menyusuri pinggiran atap gedung tempatnya berpijak saat ini, ia mengehentikan langkah saat nampak dihadapannya sebuah sniper yang tertutupi oleh kain terpal. Senyum tipis terpatri di bibirnya, helaan napas panjang terlepas sebulum kakinya kembali melangkah mendekati benda itu. Berbalut sarung tangan hitam tangannya meraih sniper tersebut, dengan tenang ia mulai membidik salah satu gedung di deretan gedung-gedung pencakar langit di sana. Raut wajahnya berubah saat melihat targetnya, seorang laki-laki paruh baya dengan jas putih dan rambut yang senada.

“Ben... A one Clear!” Senyum sinis terbentuk saat mendengar suara dari headsetnya.

“All A Clear! Ready to Act!”

“...”

Tanpa bersuara ia melepas headsetnya dan kembali membidik sasaran.

“Rest In Peace...”

PRANG!!!

Suara kaca jendela pecah dengan sekejap tergantikan dengan suara teriakan panik semua tamu undangan yang berada pada gedung bidikannya, matanya terpejam seolah berdo’a usai memastikan pria tua itu tergelat dengan kepala bersimbah darah.

“Mission Complete, Ben meninggalkan tempat! Tabi segera ambil barang di B two, bersihkan tempat!” Ucapnya sembari memasukkan Sniper  dan jaket hitamnya kedalam sebuah kotak, dengan cepat ia menyembunyikan Sniper tersebut dan segera meninggalkan tempat, tak lupa ia mengambil gelas moccacino dan membersihkan sisa minuman yang tertinggal, kemudian menghilang di balik bayangan gedung-gedung tinggi.

Bersambung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

It's WarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang