Tentang Krist [Singto POV]

798 59 20
                                    

Note: Garing, kalian tau lah humornya Singto gimana kan :') (padahal kerecehan gue aja yg lagi nguap ga tau kemana wkwk)

Hai, Singto disini! Dan kali ini saya yang akan bercerita tentang first impression dan usaha saya mendekati dan mengenal Krist. Kalian tahu kan, saya ini orangnya bagaimana. Sangat ketat dan taat aturan. Meskipun dulu saya sempat terjerumus di jalan kesesatan, tapi sekarang saya sudah tobat. Dulu saya bahkan tak berbicara sesopan ini (tanyakan saja pada ayah kalau kalian tidak percaya).

Jadi ini semua berawal dari saat saya pertama kali bertemu Krist. Kalian pasti tahu bagaimana awal mula saya bertemu Krist. Ya, saya yang mengospek dia saat kuliah dulu, meskipun waktu itu saya hanya ditugasi untuk mengawasi jalannya ospek agar tetap tertib dan lancar. Waktu itu, saya melihat Krist bermain drum, ya karena saya masih in denial jadi saya lihat dia ya biasa saja, seperti anak kemarin sore yang baru dilepas ke alam rimba. Padahal nih ya, jauh di dalam hati saya, saya kagum dengan dia. Jadi waktu itu, saya memutuskan untuk jalan ke arah dia pura-pura lewat. Dan kalian tahu apa yang pertama kali dia ucapkan ke saya?

"Waw, ada duta shampo pantene. Mbak, boleh minta nomor wa nya ga?"

Disitu sebagai senior harga diri saya terinjak. Mentang-mentang waktu itu rambut saya panjang lurus lembut terawat, masa saya disamakan dengan mbak Anggun sih :(.

Tapi waktu itu saya belum ada niat untuk menghukum dia, saya masih berpositif thinking kalau dia memang belum mengenali saya. Sampai waktu fakultas kami mengadakan acara, kami semua bergotong royong menyiapkan acara itu. Hanya Krist satu-satunya yang memakai pakaian kasual, tak seperti anak baru lainnya yang memakai seragam lengkap. Untung ada teman saya yang menegur dia, menyuruhnya mengganti pakaiannya. Eh tapi dia malah menjawab seperti ini...

"Ya maap bang, duit saya udah habis buat main paket malam di warnet mana mampu saya beli seragam baru, gorengan tadi pagi aja saya ga bayar makannya. Lagian ngecat gini doang ngapain pake seragam sih, emang abang mau nyuciin baju saya kalo kotor?"

Disitu saya berpikir, dia ini diajarin sopan santun tidak sih di rumahnya? Tapi saya mah apa, mau marah tapi hanya anak tingkat 2 :(.

Dan setelah kejadian itu, ospek selesai dan kami akhirnya disibukkan dengan aktivitas kuliah kami. Sampai akhirnya casting sotus dibuka. Saya bersemangat untuk mendaftar, karena saya juga memiliki cita-cita sebagai seorang aktor. Dan seperti yang kalian tahu, saya waktu itu mendaftar sebagai kak Arthit, karena waktu membaca novelnya, kak Arthit ini tipe-tipe senior yang galak ke junior tapi baik hati ke teman-temannya seperti saya. Eh tapi kata produser dia menginginkan saya menjadi Kongpob yang jelas-jelas sifatnya bertolak belakang sekali dengan saya. Tapi demi impian saya, ya saya terima saja. Dan puji Tuhan akhirnya saya lolos tahap pertama dan dipanggil kembali untuk ikut tahap kedua. Saya waktu itu benar-benar tidak menyangka kalau saya akan dipertemukan lagi dengan Krist. Tapi karena dia sudah tahu saya adalah seniornya, dia berbicara ke saya itu saangaaat sopan, berbeda seperti saat pertama kami bertemu. Bahkan, dia sama sekali tak pernah berbicara kecuali saya yang mengajak bicara.

"Hai Krist!"

"Eh, kak Singto. Apa kabar kak?"

"Kabar saya baik"

"Ooh"

"Hmm"

"...."

"...."

Sudah, begitu saja obrolan pertama kami setelah sekian lama tak bertemu. Dan saya masih ingat waktu itu, saat kami pertama kali bertemu Oaujun, Krist selalu menatap Oaujun, itu saya yakin waktu itu dia meminta pertolongan supaya bisa bebas dari saya, bukan tertarik kepada dia seperti yang dikatakan Oaujun saat wawancara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[KristSingto AU] Ekstrovert vs IntrovertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang