21. Ulah Araz

1.3K 257 35
                                    

Araz berhenti tepat di depan kaca toko kue Lea. Melihat kekasihnya itu sibuk melayani pelanggan yang ramai hari ini. Semalam mereka berbincang cukup lama di telepon. Araz pun baru tahu kalau Lea pandai melucu. Sewaktu bicara soal hobi Araz bermain Mobile Legend, Lea menanggapi dengan candaan,

"Aku sih gampang, ya. Kamu boleh main sesukamu, tapi membalas pesanku tetap kewajiban nomor tiga setelah ibadah dan berbakti kepada orang tua. Kamu tahu maksud aku kan, Araz?"

"Iya, paham sayang...," jawab Araz sabar.

"Apa coba?"

"Aku nggak boleh nyuekin kamu karena main, kan?"

Lea tersenyum di seberang telepon, tetapi Araz tak bisa melihatnya. "Betul. Jadi, kita punya kesepakatan di sini."

Araz pun tak mau kalah. "Aku juga mau punya kesepakatan."

"Apa?"

"Kamu boleh sibuk sesukamu, tetapi menghilang tanpa kabar adalah dosa besar ketiga setelah durhaka kepada Tuhan dan orang tua serta melanggar sumpah setia kepada NKRI."

Tawa Lea menyembur saat itu juga. Dari mana tiba-tiba Araz mendapatkan ide sok nasionalis begitu?

Percakapan mereka masih terus berlanjut hingga tengah malam, sampai Araz lupa kalau ia harus menghadiri sebuah rapat di pukul 8 pagi. Hasilnya, hari ini mata Araz terasa sangat berat. Makanya ia memutuskan untuk membeli kopi dan pai apel di toko kue Lea.

Araz berdiri dalam antrean. Lea masih belum menyadari keberadaanya di sini. Sementara menunggu, Araz sibuk memperhatikan Lea yang sedari tadi terus-terusan tersenyum kepada para pelanggannya. Gawat, kata Araz dalam hati. Kalau begini terus, Araz yakin lama-lama ia akan punya saingan berat. 

Kalau dilihat dari jumlah antrean saat ini, 8 dari 10 pelanggan yang mengantre merupakan pria dewasa kelas pekerja. Araz jadi sibuk meneliti satu per satu, mencari kandidat terbesar yang berpotensi terpesona oleh senyum Lea.

Penilaian Araz jatuh kepada seorang pria tepat di depannya Perawakannya tinggi dengan pakaian rapi layaknya eksekutif muda. Sedari tadi pria itu juga terus memperhatikan Lea, sama seperti Araz. Sambil menunggu, pria itu juga sempat mengambil beberapa foto suasana toko kue Lea. Araz tak terima karena beberapa kali sosok kekasihnya itu masuk ke dalam bingkai foto yang diambil pria tersebut.

Araz pun ikut mengeluarkan ponsel dan memotret sosok Lea yang tengah tersenyum kepada seorang pelanggan lelaki di hadapannya. Dengan cepat Araz mengirimkan pesan kepada Lea.

Pelanggaran berat. Berpotensi menimbulkan serangan jatuh cinta akut.

Setelah mengirim pesan tersebut, Araz kembali menatap Lea lurus-lurus. Berharap wanita itu menyadari keberadaannya. Dari gerak-gerik Lea, Araz tahu Lea sudah merasakan ada pesan masuk di ponselnya. Namun, Lea mengabaikannya karena antrean yang masih cukup panjang. 

Araz menarik napas panjang, melihat lelaki di depannya masih tampak menikmati senyum Lea dari jauh.

Terpaksa, Araz kelaur dari antrean. Ia menghampiri Lea menuju etalase toko dan barulah saat itu Lea menyadari kehadiran Araz.

"Hei, Raz. Kamu nggak bilang mau datang?" tanya Lea sementara tangannya masih sibuk menukar uang di mesin kasir.

"SAYANG, kamu sibuk banget, ya? Mau aku bantuin?" Sengaja Araz memanggil Lea dengan sedikit kencang untuk mengundang perhatian orang di sekitar mereka. Sontak, Lea panik dan melotot kepada Araz.

"Araz, iya aku sibuk, tapi daripada kamu bikin rusuh di sini, lebih baik kamu menunggu di ruanganku."

Araz tak menghiraukan usiran Lea. "APA? DENGAN SENANG HATI? YA SUDAH, AKU BANTU YA." 

Appl(ov)e PieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang