(i) WHY

108 11 5
                                    

Halo guys, *huff, sapu debu* maaf beberapa waktu aku gak bisa up. Karena beberapa hal, kayak aku gak punya banyak ide, terus tugas menggunung. Aku minta maaf sebesar besarnya.

====💔====

"Dengan ini saya nyatakan bahwa Asano Gakushuu dan Asano (name) telah resmi menjadi sepasang suami istri"

Aku senang akhirnya aku bisa bersama orang yang aku cintai. Seperti sepasang pengantin baru, ia menciumku dengan lembut. Diriku berharap hubungan ini bisa bertahan hingga maut memisahkan kami. Kami saling sibuk sama lain, mengobrol dengan para teman serta kolega suamiku.

Malam pertama kami sudah tiba, aku menjadi gugup. Aku menunggunya diranjang bersiap melaksanakan tugasku sebagai seorang istri.

Klek...

Hadirlah seorang pria bersurai strawberry blonde, ia baru saja mengganti pakaiannya. Aku bisa merasakan tatapannya, tetapi: "Jangan berharap kau bisa melayaniku, karena aku tidak akan sudi menyentuhmu, wanita jalang." Kata sarkas nan menyakitkan itu terdengar jelas diindra pendengaranku.

Aku menatapnya, benar. Dia membenciku. Aku tidak tahu kenapa dia membenciku, apa yang aku— "Kenapa diam saja, pintu keluar ada disana," mengusir. Aku hanya bisa diam tanpa banyak bicara. Mulut yang seharusnya bisa berargumen kini malah memilih terdiam.

Kesadaranku telah pulih kala suamiku sendiri mengusirku, menyeretku hingga pintu keluar kamarnya. Sakit. Bukan tanganku yang sakit melainkan hatiku. Ia menutup. Bukan. Membantingnya dengan kuat. Melaluinya aku bisa mengerti seberapa dalam rasa bencinya terhadap diriku.

Matahari mulai memperlihatkan sinarnya. Aku harus bersiap menyiapkan segala keperluannya. Hari ini aku akan memasak yang enak. Namun, yang ada penolakan dan penolakan. "Sudah kubilang. Aku tidak ingin kau melayaniku atau mengurusku. Apa kau tuli?!," Itulah yang diucapkannya. Saat malam tiba. Menunggu. Berjam jam, hingga tertidur disofa. Dan pada akhirnya dia tidak pulang.

Sebulan berlalu. Aku mencoba menjadi yang terbaik. Tetapi yang kudapatkan hanyalah sebuah rasa sakit serta makian darinya. "Kau hanyalah jalang yang menjadi benalu dihidupku, aku berharap kau lenyap dari pandanganku."

Maaf. Adalah kata yang aku lontarkan. Setelahnya kesepian dan kesunyian melanda. Sekarang yang aku mengerjakan apa yang seorang istri lakukan.

Menyambut. Aku selalu menyambutnya dengan penuh senyuman. Sesakit apapun rasa sakitku, aku harus tetap tersenyum seperti orang bodoh. Biarlah. Yang terpenting aku harus melakukan nya terbaik untuknya. Setelah sekian lama ia mau memakan masakan ku. Namun tidak sampai habis. Setelah ia masuk kedalam kamarnya tanpa bicara padaku. Ingin sekali ku menahannya. Namun tubuh ini tidak mampu bergerak.

Esoknya: "Shuu - sama. Apakah nanti malam Anda sibuk? Aku ingin makan malam bersama dengan Anda."

"Hm. Boleh," aku sumringah mendengar persetujuannya. Meski singkat padat dan jelas, itu mampu membuatku senang bukan main. Sore menjelang malam. Aku sudah menyiapkan hidangan malam, berharap kalau dia tidak membenciku. Tapi, saat makan malam tiba. Wanita cantik dan seksi datang. Bersamaan dengan suamiku. Disitu rasa sakitku bertambah. "Kenapa? Ayo masuk. Kekasihku sudah lapar."

"Baik, silahkan masuk." Bodohnya aku malah mempersilahkan wanita itu masuk kedalam rumahku. Satu persatu air mataku mengalir. Menata pasangan sejoli saling memberi perhatian kasih sayang terutama suamiku sendiri. Baru pertama kalinya aku melihat suamiku tersenyum. Apa aku gagal?. Kenapa? Aku sudah berusaha keras. Tapi, kenapa? Aku tau ia tidak mencintaiku. Tapi setidaknya aku berharap dia bisa menghargaiku.

"(Name), ayo kita makan bersama. Dan sajikan makanan untuk kekasihku." Dan sekarang aku seperti dijadikan pembantu. Terpaksa. Kuusap air mataku dan menghidangkan makanan untuk kekasihnya. Saat aku ingin duduk: "Hei, siapa yang menyuruhmu untuk duduk bersama kami? Shuu tidak mencintaimu, dia mencintaiku. Seharusnya kau sadar diri. Kau tidak layak duduk bersama kami."

Gakushuu membalas: "Itu benar. Pergi dari hadapan kami," titahnya dingin.

"Baik, maafkan saya. Saya akan pergi," pergi. Meninggalkan mereka memadu kasih. Sebagai gantinya aku pergi kebalkon, menatap sang rembulan. Sekali saja. Aku ingin kesana. Huh, tidak akan terjadi. Jika aku pergi, lantas siapa yang akan mengurus Gakushuu?. Aku tidak boleh pergi. Setelah mengingat perlakuannya padaku. Aku malah menangis. Cengeng. Lemah. Ya. Aku lemah. Aku lemah dalam segala hal. Ku tumpahkan semua rasa sakit lewat tangisan malam. Pasti mataku nanti terlihat seperti panda.

Aku kembali. Aku tidak mendapati kehadiran mereka. Mungkin mereka pergi lagi. Tersenyum miris. Hanya menangis yang bisa kulakukan.

====💔====

Dahulu sikapnya tidak seperti ini. Dulu Gakushuu adalah orang yang perhatian dan sayang padamu. Namun, saat kematian ibunya. Dia mendadak berubah menjadi dingin. Saat itu, saat mendekati hari pernikahan kami. Aku menenangkannya. Gakushuu meresponnya dengan acuh.

Lalu inilah yang terjadi. Sekarang aku sedang membersihkan lantai. Huff, aku sangat lelah. Tapi tak apa. Kebersihan nomor satu.

Telepon rumah berbunyi. Aku mengangkatnya. "Halo, dengan siapa saya bicara."

"Halo, saya suster dari rumah sakit xxx. Suami anda mengalami kecelakaan parah. Tolong segera datang."

Duniaku terasa runtuh. Aku bergegas menuju rumah sakit. Tak memperdulikan penampilan yang berantakan. Sesampainya disana, resepsionis memberi tahukan letak kamar suamiku. Resepsionis memberi informasi bahwa Gakushuu masuk ruangan nomor 135.

Aku sudah berada didepan pintu kamar pasien. Khawatir. Tentu. Aku memutuskan untuk duduk sejenak. Berandai-andai kalau aku tahu ini akan terjadi, mungkin aku akan menghentikannya. Namun aku bukan Tuhan. Dokter keluar, lantas aku menghampirinya, "Bagaimana keadaan suami saya, dokter?," Tanyaku.

"Dia baik-baik saja. Tapi, dia mengalami kebutaan permanen."

"Apa?," Ujian macam apa ini? Aku ingin berteriak. Sampai aku tidak bisa mengeluarkan suara lagi.

"Oh, dan pasien wanita yang bersamanya dia hanya mengalami luka-luka, dan Anda boleh menemui pasien sekarang," sedangkan kekasihnya baik-baik saja. Ini tidak adil. Bagiku.

"Baik, dokter. Terima kasih," perlahan aku memasuki ruangan.

Keheningan melanda kami. "Shuu-sama," panggilku.

"Pergilah. Kau senang 'kan? Bila aku menderita? Aku buta," Disaat seperti ini kenapa kau berbicara seperti itu?.

Aku duduk disampingnya. Ia menatap keatas. Seraya menggenggam tangannya. Kekuatan. Untuk ujian kami. "Lebih baik saya yang ada diposisi anda—"

"Aku ingin bercerai,"

Cerai. Sebuah kata yang memisahkan kedua insan. Aku tak akan meninggalkanmu. Itu janjiku.

"Saya tidak mau, saya akan terus disisi anda sebagai seorang istri. Meski anda membenci saya saya tetap berada disisi anda,"

"Kenapa kau tak mengerti? Kau pasti merasa kasihan padaku'kan? Lebih baik kau berikan saja rasa kasihanmu pada orang lain," ucapnya. "Aku tidak membutuhkannya."

"Shuu-sama. Saya mencintai anda."

Kata cinta kembali terucap setelah sekian lama. Hingga Isak tangis dari air matanya mengalir. "Kenapa?... Kenapa kau baik padaku?! Padahal aku sudah membuatmu menderita karena ku, tapi kau masih bersikap baik setelah semua yang kulakukan?!."

Aku ikut menangis. Tersenyum getir. Berusaha meredam suara tangisan. Aku tidak ingin membuatnya terbebani. "Karena saya mencintai anda dengan tulus. Saya tidak pernah marah kepada anda. S-saya—"

Aku membisu. Pelukan. Kehangatan dari tubuhnya, aku merindukannya. Disitu aku meraung-raung, ku lepaskan semua rasa sakitku pada pelukannya. Dia terus meminta maaf. Dan aku hanya bisa menangis. Saat itu juga kami memulai kehidupan baru. Berjanji akan selalu setia. Tak ada orang lain dikehidupan kami lagi.

====💔====

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

oneshoot!2(Asano Gakushuu X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang