Pukul 10.15 malam.
Remaja laki-laki berambut hitam pekat itu melangkahkan kedua tungkainya sepelan mungkin. Sekali-kali ia membenarkan masker hitam yang ia pakai di wajahnya.
Drrt.. drrt..
Ponsel di saku celananya bergetar. Buru-buru ia merogoh sakunya terburu-buru.
“Minhyuk-ah, ada apa?”
“Cho Seungyoun, kau dimana? Nanti bisnya keburu datang” ucap suara di sebrang telepon.
“Sudah ku bilang, dompetku ketinggalan di kelas. Kau duluan saja” remaja laki-laki itu, Cho Seungyoun, menjawabnya dengan suara sepelan mungkin. Minhyuk adalah sahabatnya yang kini tengah menunggu kedatangannya di halte bis.
”Suaramu kenapa?”
“Kalau bicaraku normal nanti ada satpam, bisa-bisa ketauan terus dikira maling aku nanti”
“Ah, ya sudah. Pokoknya janganㅡ“ sebelum Minhyuk menyelesaikan kalimatnya Seungyoun sudah menekan tombol tutup dan mengakhiri panggilannya.
Buru-buru ia teruskan langkahnya di koridor setelah memasukkan ponselnya ke tempat semula.
Seungyoun tersenyum puas saat sampai di depan pintu ruangan yang ia tuju.“200,000 won, aku datang” gumamnya sambil mengeluarkan kawat kecil dan membuka kunci pintu tersebut seperti seorang detektif handal di dalam film. Kedua tungkainya melangkah masuk. Setelah memastikan tidak ada siapa-siapa di dalam ruangan, ia menutup pintu lalu merangkak menuju salah satu meja.
“Kim Shinyoung... Kim Shinyoung... nah, ini dia” ia berjongkok di depan sebuah meja dengan laci di sisi kirinya. Mengeluarkan sebuah map berwarna coklat dan membuka segelnya pelan-pelan. Senyumnya tersungging lebar setelah melihat berkas soal ujian minggu depan di tangannya.
Bukannya kembali untuk membawa dompet, Seungyoun menyelinap masuk ke ruang guru dan mengambil foto berkas soal ujian untuk ia jual. Kali ini soal dari Kim Shinyoung, guru sejarah Korea.
Cho Seungyoun, remaja berumur 18 tahun itu baru pindah ke SMA Gyungwon 6 bulan lalu. Otaknya cemerlang sehingga SMA Gyungwon yang sedang krisis akreditasi dan harga diri mau menerimanya meski Seungyoun datang dari desa.
Ia bukan dari keluarga berada. Sehingga sejak usia 12 tahun dia sudah biasa melakukan apapun untuk mendapatkan uang dan membantu ibunya, termasuk mencuri. Kali ini seorang gadis dari kelas 2 meminta jasanya untuk mencuri soal ujian. Ia berani membayar besar karena orang tuanya kaya. Sehingga 2 jam yang lalu setelah makan malam dia sebuah Matjib (rumah makan atau warteg di Korea) bersama Minhyuk dan Jiwooㅡ temannya yang lain, ia izin kembali ke sekolah sebentar mengambil dompetnya. Padahal ia bertemu dengan gadis tersebut di halaman belakang sekolah untuk ‘bekerja’.Seungyoun memotret soal ujian tersebut di dalam laci berukuran sedang itu untuk mencegah cahaya ponselnya terlihat, tentu saja tidak menggunakan ponselnya, terlalu berisiko. Ia sangat pintar. Ia menggunakan ponsel pengguna jasanya.
Setelah pekerjaannya selesai, Seungyoun kembali menyegel berkas tersebut dan mengembalikannya ke tempat semula lalu kembali mengunci laci tersebut. Ia kembali merangkak menuju pintu. Meski ada CCTV di ruangan ini, ia sudah tau beberapa sudut mati yang membuatnya tak terlihat jika merangkak di lantai. Terlebih seluruh di sekolah sudah mat kecuali lampu halaman depan dan gerbang. Jadi wajahnya tak akan terlihat.Seungyoun berjalan santai menuju halaman belakang sekolah. Ia mendapati gadis pengguna jasanya sedang berdiri gugup sendirian.
“Heyㅡ” Seungyoun baru saja ingin menyapa gadis ini namun sang gadis langsung merebut ponsel di tangannya. Seungyoun yang hendak marah langsung diam ketika gadis itu menyodorkan uang 200,000 won. Ia hanya tersenyum lalu mengangguk berterima kasih. Gadis itu berlari dan membuka gerbang belakang sekolah, ada mobil hitam mewah menunggunya.
“Cih, dasar orang kaya” Seungyoun menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil. Ia lalu menyusuri koridor sekolah sendirian. Ponselnya bergetar kembali, pasti Minhyuk sudah kesal menunggunya.
“Hey, kenapa kau belum pulang?” tiba-tiba ada suara seorang gadis di belakangnya. Seungyoun langsung menoleh. Ia melihat seorang gadis berambut coklat berdiri di belakangnya. Seungyoun langsung membaca name tag gadis tersebut.
“Kau sendiri, Kim Minjoo, kenapa belum pulang?” tanya Seungyoun balik. Gadis bernama Minjoo tersebut mengangkat alisnya bingung, lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam jasnya dan berjalan melewati Seungyoun.
“Aku baru mau pulang, dasar aneh kau” ucap Minjoo. Seungyoun memperhatikan gadis itu sampai ia berbelok di salah satu koridor dan menghilang dari pandangannya.
“Padahal dia yang aneh” Seungyoun menghela nafasnya lalu mempercepat langkahnya karena ponselnya terus bergetar tak sabaran di saku celananya.
Seungyoun melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar saat melihat dua sahabatnya di halte bis. Minhyuk langsung memukul kepalanya pelan.“Sialan, lama sekali kau” Minhyuk terlihat sangat kesal. Jiwoo disampingnya hanya tertawa melihat kelakukan Seungyoun dan Minhyuk.
“Sudah, ayo duduk” ajak Jiwoo lalu duduk sambil membenarkan rok seragamnya. Seungyoun dan Minhyuk menurut pada satu-satunya gadis di antara mereka bertiga ini. entah kenapa padangan Seungyoun terus terkunci pada gedung sekolah yang tak jauh dari halte. Minhyuk menyenggol lengan sahabatnya ini.
“Kenapa? Dompetmu hilang?” tanya Minhyuk perhatian. Seungyoun menggelengkan kepalanya.
“Tadi aku bertemu dengan seorang gadis. Katanya dia mau pulang juga. Tapi kok belum keluar juga dari gerbang sekolah” nada suara Seungyoun terdengar khawatir.
“Oh begitu” Minhyuk mengangguk-nganggukkan kepalanya mengerti.
“Dia cantik” Seungyoun nyengir sambil menggaruk tengkuknya.
“Sialan, perempuan mulu otakmu itu”
“Hehe”
Lalu ketiga sahabat itu menunggu dalam diam. Pandangan Seungyoun masih terkunci pada gedung sekolah. Entah kenapa dia khawatir.
“Namanya Kim Minjoo” Seungyoun tiba-tiba memecah keheningan. “Namanya, Kim Minjoo. Aku tadi baca name tag nya”
Jiwoo meremas roknya. Seungyoun langsung membuka jasnya dan menutupi kaki Jiwoo dengan jasnya.
“Dingin ya? Maaf hehe” Seungyoung tertawa kecil kembali. Jiwoo malah terlihat ketakutan.
“Jiwoo, kenapa?” Seungyoun yang heran langsung berlutut di depan Jiwoo untuk memastikan dia baik-baik saja.
“Kau bilang siapa?” tanya Minhyuk. Suaranya tercekat, ia menahan amarahnya keluar.
“Kim Minjoo” jawab Seungyoun polos. Minhyuk langsung berdiri dan mengangkat kerah seragam Seungyoun untuk membuatnya berdiri. Seungyoun yang terkejut hampir terjatuh kebelakang jika genggaman tangan Minhyuk di kerahnya tidak cukup kuat.
“Hentikan” ucap Minhyuk.
“Apa?”
“Hentikan, bodoh! Jangan bercanda terus!”
“Apa sih?”
“Kau tidak lihat Jiwoo sekarang ketakutan? Sialan” Minhyuk hampir memukul wajah Seungyoun sebelum Jiwoo menahan tangan Minhyuk. Minhyuk langsung melepaskan tangannya dari kerah seragam Seungyoun. Jiwoo menangis sambil berdiri di antara kedua sahabatnya. Minhyuk memeluk gadis ini sambil menepuk-nepuk punggungnya.
“Sudah, sudah. Teman kita ini memang kadang suka brengsek” canda Minhyuk.
“Maksudmu apa sih? Kalian kenapa?” tanya Seungyoun kesal.
“Kim Minjoo sahabat baik Jiwoo saat kelas 1” jawab Minhyuk.
“Ya terus? Bagus dong. Jiwoo, nanti kenalkan akuㅡ”
“Dan dia meninggal 1,5 tahun yang lalu” lanjut Minhyuk.
Hening.
Lalu bis yang mereka tunggu akhirnya datang.
ㅡ Prolog 끝.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memoria
FanfictionKisah tentang Cho Seungyoun, sang 'freelancer' licik yang tak sengaja bertemu dengan hantu tanpa cerita, Kim Minjoo. Namun kisah ini lebih dari sekedar mencari jawaban. Memoria, story about a well-played destiny.