Pergi.

553 42 7
                                    

Jakarta.

Matahari masih sembunyi, seorang lelaki mungil bergerak pelan di atas ranjang. Kakinya berayun menyibak selimut yang melapisi tubuhnya. Ia enggan bangun dari tidurnya, tetapi alarm di sebelahnya berdering dengan nyaringnya saat menunjukkan pukul empat lebih tiga puluh menit.

"Eung." Lelaki itu mengusap kedua matanya yang masih tertutup. Tangan kanannya bergerak meraih alarm yang berada di atas meja sebelah ranjangnya.

Tanpa menunggu waktu lama, lelaki itu langsung bangun dari ranjangnya. Berjalan menuju kamar mandi dengan handuk yang ia gantung di pundaknya.

Chimon, dialah lelaki itu. Lelaki mungil dengan wajah menggemaskan yang dihiasi poni rambutnya berwarna hitam sedikit kecokelatan.

Bangun setengah lima pagi adalah kebiasaannya, ia harus pergi ke sekolah. Ia keluar dari kamar mandi menggunakan celana pendek dan juga kaus tanpa lengan.

Matahari masih belum terlalu muncul, Chimon mengenakan satu per satu seragamnya tepat di depan cermin. Ia memasang ikat pinggang lalu mengalungkan dasi berwarna abu-abunya. Chimon duduk di bangku kelas sebelas.

Ia tersenyum menatap tubuhnya di depan cermin, disisirnya rambutnya tidak lupa poninya yang ia biarkan hampir menutupi alisnya.

Pukul setengah enam, Chimon keluar dari kamarnya menuruni anak tangga menuju meja makan. Tas ransel biru navynya terlampir di pundak kanannya. Ia tersenyum melihat Jumpol yang sudah berada di meja makan.

"Selamat pagi Papii, Mamii." Chimon menghampiri Jumpol dan memberikan kecupan pada pipi Papinya yang masih sibuk menyeruput kopinya.

"Uhuk. Anak papi" Jumpol meletakkan secangkir kopinya di meja lalu mengelus rambut milik Chimon yang sudah tertata rapi.

"Berikan kecupan pada mami juga." Ujar Gun sembari menaruh dua piring berisikan menu sarapan.

Chimon kembali tersenyum kemudian memeluk Gun, "Pagi Mami"

Dua kali kecupan mendarat tepat di pipi Gun.

Inilah keluarga Chimon, Papi Jumpol dan Mami Gun. Chimon anak tunggal Jumpol dan Gun, Jumpol yang berperan sebagai kepala keluarga menghidupi Gun dan anaknya dengan seluruh tenaga yang dia miliki. Jumpol seorang dokter bedah yang harus siap selalu jika dibutuhkan oleh rumah sakit dimana ia bekerja, sedangkan Gun hanya menjadi ibu rumah tangga namun Gun juga menghilangkan rasa bosannya dengan melakukan bisnis online produk kecantikan.

"Apa papi lembur hari ini?" Chimon menyantap telur sosis yang digoreng oleh Gun.

Jumpol mengangkat pundaknya pelan, seperti biasa Jumpol tidak bisa menebak apakah ia lembur atau tidak nantinya.

Chimon mengangguk paham lalu melihat Gun, "Chimon akan pulang cepat supaya mami tidak sendiri di rumah."

Gun mengelus rambut Chimon, "Cepat habiskan, jangan bicara saat menguyah, pulang nanti telepon mami. Mami jemput, ya?"

Chimon meletakkan sendoknya, ia menganggukkan kepalanya dengan berat.







Chimon memasangkan sabuk pengamannya, jendela mobil Jumpol masih terbuka. Chimon melambaikan tangannya pada Gun lalu membalas senyuman Gun.

Jumpol mengendarai mobilnya menjauh dari rumah, meninggalkan Gun sendiri di rumah seperti hari hari kerja.

Terik matahari menembus kaca jendela Chimon, membuat kepala Chimon bersandar miring pada jok mobil menghadap Jumpol yang sibuk mengemudi.

"Papi?" Chimon berucap lirih, "Chimon ingin berangkat sendiri."

Jumpol yang mendengar ucapan anaknya menoleh sejenak melihat anaknya yang sedang menunjukkan wajah memohon.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Home [PLUEM CHIMON NANON]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang