Mengabaikan seseorang yang membicarakan sesuatu yang menurutku tak penting sama sekali. Entah harus bagaimana lagi aku menghadapi orang di sampingku ini. Dan kenapa juga aku ketiban sial harus duduk di samping seorang cowok yang sepertinya sangat pantas di sebut seorang cewek karena mulutnya yang selalu cerewet berbicara tanpa henti. Bahkan aku sudah teramat sering mengabaikannya, mungkin kepalanya terbuat dari batu sehingga dia nggak paham apa yang aku ucapkan.
Avior Sargas Rajendra. Seorang cowok yang lumayan pintar namun menyebalkan. Kerjaannya hanya bisa membicarakan sesuatu yang tak penting dan menganggu ketenanganku.
Melirik Casio putih di tangan kiriku. Ah, sudah waktunya aku latihan. Artinya, aku bisa terbebas sejenak dari dirinya. Surga bagiku adalah ketika aku tak mendengarkan ocehannya. Tanpa pamit dan tanpa aba-aba kakiku berdiri dari bangku dan melangkah keluar kelas dengan earphone yang masih terpasang di telingaku.
"Sipiiiiitttt!!" teriak seseorang dari belakang. Ah ternyata Cullen. Oke, jangan pernah membayangkan ketika aku menyebut kata Cullen yang terpikir dalam pikiran kalian adalah sosok vampir dari Amerika tersebut. Bukan, nama aslinya adalah Nurul Fauziah. Seorang gadis yang cerewet dan mudah sekali beradaptasi dengan orang asing, jangan lupakan juga sikap sensitif dan keras kepalanya.
"Lo nggak ada kelas?" tanyaku seraya melepas satu earphone dari telingaku
"Jamkos dong. Kantin yuk!" ajaknya
"Gue ada latihan" jawabku dengan pandangan meminta maaf
"Latihan? Gue ikut lo aja deh yaaa. Di sana pasti ada Kikik kan? Dan pasti ada kak Bisma" jawabnya berbinar. Oke, suatu kesalahan ketika aku mengatakan akan latihan. Dia pasti akan sangat semangat ketika bertemu dengan kak Rajendra Bisma Pratama-kakak kelas sekaligus pelatih danceku.
Sepanjang perjalanan dia mengamit tanganku dan kita berjalan dengan langkah besar. Lebih tepatnya aku ditarik olehnya. Tak lupa dia bernyanyi riang. Sepanjang perjalanan juga, banyak cowok yang menyapanya. Entahlah, dia terlihat lebih akrab dengan anak cowok dibanding cewek-kami pengecualian.
Akhirnya kami sampai di studio dance yang lebarnya nyaris menyamai lapangan indoor sekolah ini. Terlihat banyak anak tengah melakukan pemanasan. Melepaskan tangan Cullen dan menuju kamar mandi untuk berganti pakaian.
Dengan kaos longgar dan leging panjang berwarna biru tua aku keluar dari kamar mandi. Mengikat rambut panjangku hingga membentuk seperti sanggul kecil. Well, aku menyukai rambut panjang, dan diantara aku dan sahabatku, hanya aku yang memiliki rambut paling panjang.
Menghampiri Kikik dan Cullen yang sedang bercanda. Namanya Rizky Mawadatul Rahmah. Lebih akrab dipanggil Kikik, cewek yang mencintai dunia seni. Dia jago dalam dance bahkan kegiatan tulis menulis. Meskipun begitu, suaranya paling cempreng diantara kami, cewek yang belum bisa berpaling dari cinta pertamanya meskipun kami sering memberitahunya untuk move on, dan yang paling susah sekali beradaptasi dengan orang baru.
"Kak Bisma belum dateng?" tanyaku
"Belum. Tadi sms gue sih, katanya masih ada tes dia. Abis gini mungkin" jawab Kikik
"Gue rela deh buat bolos pelajaran buat ngeliat kak Bisma" ucap Cullen
"Kebiasaan banget deh lo. Cari kerjaan lain sono" jawabku
"Sipit mah, jahat banget sama gue" ucapnya seraya memasang wajah menyedihkan
"Serius, gue jijik ngeliat muka lo kayak gitu. Nggak pantes lo pasang muka galau kayak gitu" itu Kikik yang ngomong, bukan aku. Padahal aku yang ingin mengucapkannya.
"Tauk ah. Bete gue sama kalian. Nyebelin!" tipikal Cullen banget, tiap kali ngambek langsung pergi.
Beberapa menit setelah Cullen pergi, kak Bisma masuk ke studio dan langsung memulai latihan. Saat ini, tim dance sekolah sedang mengikuti perlombaan dance antar sekolah. Namun, tentunya harus mengikuti seleksi terlebih dahulu, karena guru pembina kami hanya menginginkan orang-orang yang benar-benar handal.