.PART 2. pengganggu!

10 3 1
                                    

Aku menyelesaikan makanku, pemilik 2 tas yang berwarna hijau dan orange ini mengambil kertas apa gitu yang sepertinya untuk membeli tiket kapal.
Beberapa lama kemudian, omku yang dari loket beli tiket sudah kembali dengan 3 tiket di tangannya.
"Ini udah beli tiketnya, yuk masuk pelabuhannya." Omku mengabil barang2nya. Aku segera mengemasi karpet yang kupakai.
Mama membawa tas ranse berisi barang2 kami, dan aku membawa tas lainnya juga.
Pemilik tas itu masih dibelakangku! Aku berusaha terlihat biasa saja, sekaligus menjaga jarak dari orang ini. Saat kami masuk ke pelabuhan dan mengecek tiket, mama memanggil pemilik tas itu.
"Terima kasih ya mas, sudah mau dititipi untuk beli tiket." Mama memberikan sebungkus kresek jajan. "buat cemilan dijalan."
"Terimakasih tante." Senyum pria itu terlihat sangat tulus.
Eh, orang itu membelikan tiket untuk kami? Hmm aku merasa bersalah menyebut dirinya penguntit. Maafkan aku.
Kami, yang sudah menjadi 6 orang berjalan menuju ruang tunggu dipelabuhan itu.
Aku tergelepar2 bingung. Baterai hamper habis, paketan menipis. Kupikir ini liburan yang hanya memakan 2-3 hari, bukan. Ini seminggu, aku membawa peralatan yang tidak bisa dijelaskan. Mamaaa
Aku melihat setiap sudut ruang tunggu, tidak ada stop kontak yang kosong, semua terpakai oleh pengunjung lain juga.
"Varsha, kamu nyari apaan?" Omku melihat diriku yang berjalan jalan tak tau arah.
"stop kontak, om. Batrai hapeku habis" berkaca kaca
"lah itu dibelakang tempat dudukmu ada" omku menunjuk belakang sandaran tempat dudukku.
Astagaaa aku pengen esmosii sekaligus senang dalam satu waktu, sebentar lagi kapalnya akan berangkat! Aku mengeces hapeku sesempatnya,
Beberapa menit kemudian, seluruh penumpang kapal diharapkan masuk ke kapal. Ya Allah, aku barusan ngecas hape ini.
"Yuk Varsha" ajak tanteku, aku mengangguk sambil membawa tasku.
Karena tiket kami yang ekonomi, kudu cepet2tan ambil tempat duduk di dalam, jika tidak, kami akan duduk diluar kapal yang dingin.
"Duduk dulu, kita terlambat, didalam sudah penuh." Mama dengan wajah pasrah duduk di meja kursi panjang di kantin.
Pria itu menaruh tasnya dibawah meja "saya cari tempat didalam dulu, menowo ada yang kosong."
"Ayo sama saya, nanti biar ada yang jaga kalo ada yang kosong."
Perlahan mereka hilang dari radar.
~~
Mereka kembali ke tempat sambil menggeleng2kan kepala.
"Sudah penuh." Kata omku
"Sebenarnya ada tmpat, ckup buat ber6, tapi panas dan pengap, gak nyaman." Pria pembawa tiket itu menyisir rambutnya dengan sela2 jari.
"Yaudah nde sini aja nggak papa" ujar tante dan mama kompak.
Matahari mulai menenggelamkan diri, aku berjengku di pagar kapal itu.
"Gak pengen foto?" tangannya menyilang di pagar kayu.
Aku menggeleng "batraiku habis."
"tadi ngga dicas?" tanyanya lagi. Aku menggeleng lagi.
Dia mulai tidak merasa nyaman.
"kak, foto diatas yuk, pake hapeku." Tangan rhea menarik tanganku menuju lantai kapal atas sendiri.
Setelah lelah berfoto dengan puas. Aku menyadari sesuatu, kaca mataku!! Tidak ada di saku jaketku, aku gupuh
"kenapa kak?" rhea menekuk tripotnya.
"kacamataku hilang," wajahku melas.
"lah tadikan aku dah bilang, aku pinjem kaca mata, tapi kak esa yang pakek." Cetus adikku.
"oh namanya esa?" celetukku. "dia lebih tua 2 tahun dari kakak." Adikku menatap sinis,
"iya dek siap"
"ini kaca matamu ya? Maaf, tak piker punya rhea, karena dia yang pake."
"iya ini punyaku, gak papa pinjemen dulu."
"yaudah yuk foto dulu." Adekku membongkar tripotnya lagi
"ayuk ayuk" kak esa dengan semangat berpose
Katrokk. Batinku
Aku berpose piece di tanganku. Adikku tersenyum, dan kak itu pose aneh
"Lagi ya" adikku menekan tombol timer lagi.
"hhhm ya terserah" aku tersenyum getir
"yuk 1..2...3"
Cekrekkk.
TEETT...teett. Suara klakson kapal memekakkan telinga. Kami segera turun dan kembali ke tempat duduk tadi.
"ini sudah mama siapin makan, lapar kan?" mama membagikan bungkusan makanan
"Es, ini buat kamu" mama memberikan sebungkus nasi padanya.
Eh itu punyaku, dari rumah emang sengaja tak lebihkan biar aku bisa makan banyak kokk.... Batinku
"terimakasih tante, maaf ngrepotin." Senyumnya mengembang.
Malam mulai datang, kali ini tidak ada pulau yang terlihat, aku mulai merasa pusing dan mual. Aku mabuk laut astaga, sejak kapan? Mulai ku alihkan perhatianku ke kertas dan aat tulis yang kubawa dari rumah, oiya aku suka menggambar.
Dingin dan angina malam mulai merasuki tubuh, kupakai jaketku dan membangunkan rhe yang tertidur di karpet.
"hey.. rhe bangun! Udah tengah malam nih, jadi ngga?"
~~
~~
Bersambung.
Lanjut di part 3 ya reader ku yang ku cintai sepenuh hati..
Saran yy biar aku taw kalian suka kek gimana
Ceritanya masih berantakan, typo sana sini, ada yg harusnya di gareng. Maapkan aku. Oiya secepatnya tak perbaiki, hehe.
Oiya fesbukku
Rafa Nur Rahmi Annisa
Nde situ ada part 1
Babayyy😊😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menggapai BadaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang