PROLOG

5 5 0
                                    

 
.
.
.
.

"Coba lihat cermin di dinding itu?  Apakah kamu melihat sesuatu yang aneh? Apakah kamu melihat monster disana? Atau bisakah kamu memberitahuku cara agar bisa pergi dari dunia ini dengan nyaman?   Aku tidak tahu mengapa kau sangat membenciku, tapi tolong aku untuk pergi dari dunia ini secepatnya". 

Zahra merasa napasnya terengah-engah mengatakan ini, dadanya terasa panas menahan tangis.

"Aku merindukan semua yang menurutku bahagia untukku, dan membenci semua yang menurutku buruk. Apa kamu ingat saat kita, pergi berlibur tapi menurutku sama sekali bukan untuk berlibur disebuah danau. Aku tahu kamu masih mengingatnya dengan jelas, jadi jangan berpura pura melupakannya. Bagaimana ketika kita berdua naik perahu di pinggiran danau untuk melihat pemandangan. Aku sangat bahagia saat itu hingga kusadari kamu sama sekali tidak menikmatinya. Kamu ingat kan!"

Bulir air mata jatuh mengenai lantai. Zahra sudah tidak bisa menahannya meskipun lawan bicaranya sama sekali tidak membalas.

"Aku tidak akan melupakan  ketika KAMU!! ZEHRA CANDRA MELISANDRA!!  Mendorongku hingga jatuh dari perahu. Membiarkanku berjuang untuk hidup dan lebih parahnya lagi meninggalkanku begitu saja di sana!!!  Tapi waktu membuatku sadar hingga aku merasa menyesal berjuang hidup saat itu".

Dengan langkah kaki yang lunglai, Zahra menghampiri Zehra sambil menatap dengan tajam. Amarah menguasai Zahra sekarang dan dengan lembut mendekatkan bibirnya di dekat telinga Zehra sambil berbisik.

"JIKA KAU INGIN AKU MATI,BISAKAH  KAMU TETAP DI SINI HINGGA NYAWAKU DIREBUT OLEH TALI ITU. ". Ucap Zahra menunjuk tali yang terjuntai di langit kamar.

Tanpa mendengar balasan dari Zehra,  Zahra kemudian naik ke atas kursi tepat dibawah tali dengan bentuk lingkaran yang sudah disesuaikan ukuran kepala Zahra sebelumnya. Senyum diwajah Zahra belum menghilang melainkan terlihat lebih melengkung dari sebelumnya hingga lesung pipinya kelihatan.

"Jika kamu mati dihadapanku sekarang, bolehkah aku menitip salam pada ayah dan ibu di surga". Kata Zehra singkat.

Zehra mengambil sebuah kamera di dalam laci lemari yang usang dan mengusap debu yang menyelimuti kamera itu dan mengarahkannya ke Zahra.

"Senyum yang manis saudari kembarku, aku Akan senantiasa merekammu dari sini sebagai video favoritku nanti. Dan rapikan sedikit rambutmu, kamu terlihat jelek dikamera".

Senyum sinis Zehra mekar dengan sempurna. Ia bahkan mengambil kursi dan minuman di lemari es di kamar sebelah.

"Aku sudah siap menontonmu. Cepatlah.. Aku sangat ingin meminta tanda tangan malaikat pencabut nyawa".

Zahra memasukkan kepalanya ke lingkaran itu dan.. BRUKK..

Annyeong haseyo yeorobun 💕

Pliss bagi pembaca jangan lupa buat vote yah..
follow akun instagram me @desriana_haruna
Dan hal yang paling penting jangan lupa ikuti akun ini.

Bye..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 15, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SenyapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang