1-Menerima

18 1 0
                                    

Tak perlu mengharap dia yang tak pasti bagi kita, namun tunjukan bahwa kita yakin akan suatu hati kelak yang akan menetap bukan hanya singgah sesaat.

Jodoh Pasti Halal

Keimanan seorang mampu turun ketika cintanya hancur, namun yang meyakini cintanya karena Allah akan tetap kokoh walau cinta akan manusia itu hilang karena yakin akan ketetapan Allah soal cinta yang terbaik itu untuk Tuhan kita yaitu Allah.

nukilan.pejuang
______________________________________________

Gelap, kesunyian seolah menjadi teman. Di dalam ruangan putih ini aku berbaring, jarum infus berada di tangan kananku. Ada sebuah tangan kekar yang berada di atas perutku.

Kenapa dia?
Sedang apa dia kesini?
Lalu kenapa aku bisa ada di sini?
Memoriku mencoba mengingat kembali apa yang telah terjadi.
Aku isrtinya, tapi bagaimana aku bisa menerima dia. Hati ini teramat sakit akan kejadian waktu dulu. Hal begitu sulit untuk kusembuhkan. Butuh waktu berbulan-bulan untuk memaafkan itu.

Tapi, aku seorang istri dan aku tahu bagaimana menjadi istri yang diajarkan oleh Nabi. Mungkin ininsudah jalannya, untukku mengikhlaskan semua itu.

Dia terlihat lelah, pasti dia berjaga semalaman. Tanganku terulur dan mengusap kepalanya, entah dorongan dari mana aku mengelus kepalanya dan tersenyum.

Sepertinya tanganku mengganggu tidurnya, dia terbangun dan menatapku. Aku hanya mampu diam, seolah tak melakukan apapun. Namun dia tersenyum kearahku dan menggenggam dan mengecup tanganku seolah tak ingin kehilanganku.

Aku tak tahu kenapa rasanya ada yamg berebeda dengan diriku. Saat dia menggenggam tanganku hatiku seolah sudah menerimanya namun egoku tidak. Aku melepaskan tanganku kasar dari genggamannya.

"Untuk apa kamu disini? Siapa yang menyuruhmu disini? Pergi dari sini sekarang". Ucapku memaling wajahku.

" Allah.... Maafkan aku, seharusnya aku tidak berbicara seperti itu pada suamiku". Dalam hatiku.

"Aku ingin di sini menemani kamu, kamu tanggung jawabku sekarang, pelengkap imanku, penyempurna separuh agamaku dan calon ibu untuk anak-anakku". Ujarnya,

Entah mengapa ada kebahagiaan ketika dia mengutarakan itu, andai dulu tak pernah terjadi. Sudahlah jangan berandai-andai itu hanya tipu muslihat syaithan saja.

Aku akan menjalani rumah tangga ini, akan memenuhi tanggung jawabku. Tapi bicara soal hati aku masih belajar untuk membuka kembali.

"Sekarang keluarlah dari sini. Aku ingin sendiri". Ucapku datar dan masih membelakanginya.

" Baiklah, jaga dirimu. Aku ada di depan, jika butuh bantuan panggil saja". Jawabnya.

Dia mendekat kearahku, lalu mengecup dahiku berbisik " Ana uhibbuki fillah yaa jauzatii".

Aku hanya terdiam tanpa ekspresi, itu sudah tak wajar bagiku. Karena dia sering mengatakan itu. Mungkin ada sedikit aneh dan kalian pasti bertanya-tanya siapa diakan. Oke akan aku ceritakan bagaimana aku begitu membencinya.

____________________________

Masih ingat tentang seorang ustadz yang ku kenal lewat media sosial? Mungkin ini takdir yang harus lewati. Ustadz yang ku kenal hanya lewat Grup chat kini menjadi suamiku.

Kenapa aku bisa membencinya begini.
Mungkin beberapa tahun lalu aku mengenal seorang ustadz lewat grup, bahkan aku belum pernah bertemu dengan ustadz itu, namun beriring berjalannya waktu. Penjelasan yang dia berikan tentang suatu topik yang menggunakan dalil al-qur'an dan hadits begitu membuatku terpesona.

Jodoh Pasti HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang