2

6 2 0
                                    


Istirahat telah usai. Gue dan Lenny segera menempati kursi masing-masing, begitu pun dengan yang lainnya.

Sepasang senior memasuki kelas kami dengan seragam khasnya yaitu almet berwarna biru dongker.

"Selamat pagi semua, disini kami akan menjelaskan tata tertib selama masa orientasi ini." Begitulah yang diucapkan oleh Kakak senior perempuan.

"Perkenalkan nama saya Kelvan, saya adalah ketua osis di SMA Darma. Sedangkan disebelah ini bernama Khania, ia adalah sekertaris osis tahun ini."

Lenny menatap lelaki yang sedang berdiri sambil bercuap-cuap dengan tatapan kagum. Memang Kelvan memiliki muka yang rupawan, walaupun gayanya terbilang cukup cupu.

"Gimana, ada yang ingin ditanyakan?"

Lenny mengangkat tangannya dengan semangat. Gue pura-pura ga mengenal dia, karena gue udah tau apa yang dia akan tanyakan.

"Iya, sebutkan namanya."

Lenny berdiri dengan tegap lalu merapikan rambutnya sejenak.

"Ehem nama saya Lenny kak, ingin bertanya apakah Kakak sudah punya pacar?" Nah bener kan gue bilang, pasti dia nanya yang ga bener.

"Sumpah Lenny lo malu-maluin gue banget." Gue mengumpat dengan nada pelan karena menahan rasa malu setelah mendengar reaksi anak sekelas yang menyurakinya, bahkan ada beberapa yang mentertawakannya.

Kelvan hanya tersenyum mendengar pertanyaan Lenny. Gue yakin nih kalo si Lenny nanya kaya gini ga di depan kelas abis pasti dia.

"Untuk pertanyaan ini akan saya jawab jika kamu ikut dalam organisasi oke?"

Lenny nampak kecewa dengan jawaban itu, lalu kembali duduk dengan tenang.

Setelah itu tak ada satupun lagi dari kami yang ingin bertanya, karena memang di kelas gue kayaknya ga ada yang tertarik untuk ikut organisasi sekolah.

"Kalau begitu kami permisi dulu. Terima kasih atas waktunya." Kelvan dan rekannya berjalan meninggalkan kelas kami. Seketika ruangan kembali gaduh karena tidak ada satupun yang mengawasi.

"Na." Gue melirik ke sebelah gue, Lenny mencondongkan wajahnya ke arah gue sambil memegang ponselnya.

"Kenapa?"

"Lo masuk ekskul mana?"

Gue berfikir sejenak sambil menggigit ujung pulpen pink favorite gue. Memang sudah menjadi kebiasaan jika sedang bingung gue akan menggigit benda apa saja yang sedang gue pegang.

"Mungkin broadcasting?"

"Lo suka yang model gitu ya?"

Edna mengangkat bahunya acuh. "Ga juga, lagi pengen nyoba hal yang baru. Lo mau masuk mana?"

"Gue sih cheers, karena katanya anak basket sini cowonya ganteng-ganteng."

Gue menoyor kepala Lenny pelan, anak itu bener-bener cuma mikirin cowo doang. "Otak lo isinya cowo doang ya."

Lenny terkekeh pelan sambil mengusap rambutnya. "Namanya masa SMA, ga akan gue sia-siain."

Setelah itu pintu kelas terbuka dengan lebar. Anak-anak kembali ke tempatnya semula karena kali ini yang memasuki ruang kelas adalah guru yang siap melakukan mentoring.

Gue sama sekali ga merhatiin apa yang sedang diucapkan oleh guru di depan. Tangan gue malah sibuk berselancar di social media.

"Duh enak banget." Gue menatap gambar yang ada di sebuah akun Instagram yang memuat tentang makanan hits di Jakarta.

"Apanya yang enak?"

Gue mengokkan kepalanya ke arah samping, dan disana sudah ada bapak guru sedang memperhatikan gue dengan wajah galak.

"ASTAGFIRULLAH JURIG." Spontan gue menutup mulut gue yang seenaknya aja malah ngomong yang ga bener.

Wajah Pak guru udah mulai ga enak liatin muka gue, ditambah seisi kelas yang mentertawakan gue dengan suara ga santai.

"KAMU KELUAR DARI SINI." Tanpa basa-basi gue pergi terburu-buru meninggalkan kelas karena gue takut di makan sama si Pak guru botak.

DISISI LAIN

Lelaki berpakaian rapih sedang berjalan mengelilingi koridor kelas satu. Karena sudah menjadi tugasnya untuk memantau jalannya masa orientasi ini.

"Dip, lo ga mau istirahat apa?" Dipta menggelengkan kepalanya sekilas tanpa memandang teman yang ada disebelahnya itu.

"Ngomong kek lo Dip, bosen banget gue berasa kayak jalan sama patung." Cakra mengeluh sebal sambil menghentakkan kakinya layaknya sedang merajuk.

"Lo kalo bosen mending ke kantin sana."

"ASTAGFIRULLAH JURIG." Dipta dan Cakra menengok ke arah sumber suara yang sangat keras. Suara itu sepertinya berasal dari kelas IPS 6.

Dipta melihat kondiri ruangan itu, disana seisi anak sedang tertawa keras. Padahal disana sedang ada guru.

"KAMU KELUAR DARI SINI." Dipta dan Cakra masih saja terus menatap keadaan kelas. Setelah itu seorang anak perempuan berjalan cepat meninggalkan kelas dengan wajah panik.

"Tunggu." Dipta menghentikan gadis itu yang sudah siap ingin pergi ke kantin. Dipta fikir sepertinya anak itu perlu diberikan ceramah sedikit.

"Iya kak? Kenapa ya?"

"Ikut gue ke ruang osis sekarang."


TBC

New Cast

Cakra Wiratmaja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cakra Wiratmaja

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ConfusedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang