Ini udah empat kali Sasuke berdecak. Bukannya tanpa alasan di kayak gini. Dia nggak akan sefrustasi ini jika masalahnya nggak ada kaitannya sama–
“Sakura masih marah ya, Sas?”
–Sakura.
Mata elangnya melirik ke arah sumber suara dan mendapati cowok berkulit tan dan cewek manis berambut hitam berponi di sebelahnya. Tambah kesel ngelihat tu pasangan antic di sampingnya. Ya, ampun! Dia bisa cepat mati kalau sering kesel gini. Oke, lebay!
“Hn.”
Siapa lagi kalau bukan tentang ayank beb Sakura, pacar kesayangannya. Udah seminggu tu cewek marah-marah nggak jelas. sasuke bukannya nggak tahu akar masalah dari kemarahan pacarnya itu. Ia cuma nggak tahu aja mesti gimana ngadepin tu cewek.
Sakura, cewek asli keturunan Batak yang tangguh dan kuat kayak banteng, tegas, pemberani, blak-blakan, dan hampir nggak pernah –memang nggak pernah– menangis. Tipe gadis mandiri dan nggak nyusahin. Cuma–
–galak dan keras kepalanya itu loh.“Ma –Maafin aku ya, Sasuke~”
Sasuke melirik Hinata yang lagi ngomong pake logat jawa medoknya sambil nunduk itu. mungkin dia takut ngelihat ekspresi frustasi Sasuke kali ya? Akhirnya Sasuke cuma bisa menghela napas mengalah.
Kalau Sakura Panglima Perang Batak yang gagah berani, Hinata itu Putri Kerajaan Solo yang lemah lembut kelakuan dan tutur katanya. Dia paling nggak tahan dan pasti bakal nangis kalau ada yang kasar ke dia. Benar-benar kontras dengan Sakura. Makanya Sasuke kudu sabar menghadapi ni cewek satu.“Hm, bukan salah kamu.”
Jiah, kamu! Biasanya juga lo-gue. Pakai nada lembut lagi. Dalam hati Sasuke nangis Bombay. Orang Sasuke itu Si Ganteng Betawi modern yang terkenal dengan julukan ‘juragan es’ a.k.a cowok cool yang terkenal dengan mukanya sedater tembok kaku kayak batang pohon kok. Masa cool-cool gini, ngomongnya pake kata-kata manis manja gitu?! Apa kata dunia?!
“Seandainya aku ndak maksa kamu buat ngajak Sakura ke pernikahannya Mas Neji, mungkin Sakura ndak bakal ngambek kayak gitu~”
Hinata bener. Semuanya bermula saat seminggu yang lalu keluarganya Hinata mengadakan pernikahan adat buat kakaknya Hinata, Raden Mas Neji Hyugadinata. Awalnya sih Sakura seneng banget karena dia pikir Hinata ngundang dia buat main ke rumahnya dan hang out keliling Solo –Sasuke nggak bilang bakal ada pernikahan adat. Dia sampai rela ninggalin semua tugas kuliahnya yang deadline minggu depan.
Sampai akhirnya Sakura Cuma bisa melotot bête pada Sasuke yang tetep adem ayem di sampingnya, begitu sampai di keraton. Tambah bête waktu ia diminta jadi ‘pager ayu*’ sama Hinata karena desakan ibunya Hinata –katanya sih karena wajahnya mirip Srikandi. Gimana Sakura nggak ngamuk coba?
Tapi demi apapun, ini udah seminggu loh. Masa masih marah? Sasuke menatap gadis dengan earphone di telinganya dan wajah tertekuk super bête, yang lagi berkutat dengan buku-bukunya. Emang sih, dia satu meja dengan Sasuke, Naruto, dan Hinata. Tapi posisinya yang duduk misahin diri di ujung meja buat ngerjain tugas yang terbengkalai gara-gara pergi ke Solo, sudah cukup ngebuktiin kalau cewek itu masih ngambek.
“Si Sakura itu! Do’i keras kepala banget sih?!”
‘Kemana aja lo selama ini, Bego?’
Sasuke ngeluh dalam hati.
Mami sama papinya Sakura –duo pengacara kondang yang lagi tenar-tenarnya dengan gaya logat Bataknya– emang sering diundang ngisi acara di stasiun televise milik bokapnya Naruto. Jadi nggak heran kalau Naruto bisa kenal dan berteman sama Sakura. Tapi Sasuke nggak nyangka kalau tu cowok yang model rambutnya –yang katanya– mirip Tao Ming Tse, ternyata nggak kenal Sakura seutuhnya.Ia makin kesel waktu denger kalimat jahil Naruto selanjutnya.
“Salah lo sendiri sih. Siapa suruh jatuh cinta sama cewek Batak model kayak dia. Ha.. ha.. ha..”
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah Kamu
HumorNaruto pemuda betawi gaul, punya sohib sehidup semati yang cakep, pinter, dan cool namanya Sasuke. Mereka masing-masing punya pacar yang sifatnya sangat kontras, Hinata si Putri Solo dan Sakura si Batak galak. Ini kisah Naruto yang mempraktekkan car...