Chapter 2

245 51 12
                                    

“Sasuke! Woy Sasuke!”

Sasuke berdecak namun tidak juga menghentikan langkahnya. Siapa yang pagi-pagi berani mengganggu ketenangannya. Nggak tahu apa, kalau moodnya lagi buruk hari ini?
“Sasuke budek! Denger nggak sih lo?!”
Saking kesalnya, akhirnya keluar juga tuh kata-kata ajaib yang sukses menghentikan langkah cowok itu. Aura hitam kegelapan memancar dari tubuhnya. Ia menoleh cepat dan menatap garang Si Pelaku yang lagi lari-lari ke arahnya.

Naruto.

Siapa lagi pemilik suara cetar membahana badai, kalau bukan cowok kepala durian itu. ia berhenti tepat di hadapan Sasuke dan menatap kesal padanya. Di sebelahnya, Hinata yang ngos-ngosan karena ikut ngejar dia, masih sibuk ngatur napasnya.

“Lo baru ditinggal tiga hari sama Sakura aja udah budeg gini, Sas?! Ditinggal setahun udah jadi gila kali ya lo?!”

Naruto mencak-mencak di hadapan Sasuke yang juga nggak mau kalah masang wajah betenya. Hey, harusnya dia yang marah dong. Udah tahu dia lagi galau karena Sakura yang bolos kuliah tanpa kabar, malah dipanggil budek. Siapa yang nggak marah coba!
Maksud lo apaan?!

“Sudah… sudah~”

Sasuke mencengkeram kerah Naruto dan bermaksud menonjok, kalau saja Hinata tidak melerai mereka.

“Duh Gusti~ Kalian ini piye toh? Ini bukan waktunya berantem~”

Hinata menatap wajah Naruto yang tampak melunak karena ucapannya. Segera saja cowok pirang itu menoleh menatap Sasuke yang masih masang wajah kesalnya.

“Gue tadi lihat Sakura berangkat ke kampus sama cowok rambut merah, anak Seni Musik. Tadinya gue gak mikir macem-macem. Tapi gue baru tahu dari Hinata kalau tu cowok tunangannya Sakura.”

Sasuke melotot dan spontan menatap tajam mengancam ke Hinata yang otomatis kaget dapat pelototan dari Si Juragan Es.

“Maksud lo apaan!”

Bentakan Sasuke langsung membuat Hianta brambang dan mewek takut.

“Hiks… piye to? Kok aku sing dimarahin? Wong aku Cuma ngasih tahu curhatan Sakura aja~ hiks…”

Alamak! Salah deh ngomong kasar sama Hinata.

“Woy Sasuke, jangan kasar-kasar dong sama Hinata.”

Dalam hati, Sasuke ngelus dada minta kesabaran lebih buat menghadapi ni cewek satu.

“Emang Sakura ngomongnya gimana sama kamu?”

Demi langit dan bumi, Sasuke pengen muntah denger nada bicaranya sendiri yang ‘manis manja’ kayak gini. Tapi nggak papalah. Demi informasi tentang Sang Pujaan Hati, apapun akan ia lakukan. Hinata mulai menghentikan sesenggukkannya dan menatap Sasuke takut-takut.

“Kata Sakura cowok itu paribannya. Namanya Gaara Rei Saragi. Anak budhenya Sakura.”

Sasuke bengong gagal paham sama istilah-istilah aliennya Si Hinata. Namun keterangan Hinata selanjutnya membuatnya bagai tersambar petir.

“Aku ndak begitu paham maksudnya Sakura. Tapi kayaknya mereka dijodohin deh~”

****

Sasuke menatap dua orang yang lagi bermesraan –menurut pandangan matanya– di depannya saat ini, dengan emosi yang campur aduk. Antara marah, greget, nelangsa, dan nggak percaya. Di lihat dari sudut manapun, dirinya jauh lebih ganteng maksimal daripada tu cowok berambut cabe-cabean bertampang preman, yang lagi bareng sama Sakura. Lihat aja tuh mata berliner item tebel sama tato di lengannya. Kok mau-maunya sih Si Sakura tunangan saa orang model macam itu.
Dia udah berusaha menahan diri karena wanti-wanti dari Naruto untuk nggak buat keributan. Atau berusaha tabah karena wejangan dari Hinata, saat Sakura nyuekin dia seharian ini. Bagaimana nggak kesel coba?! Kemarin tu cewek marah-marah nggak jelas, abis ittu membentak dan nyuruh ngerjain tugasnya, trus tiga hari meninggalkan Sasuke tanpa kabar. Sekarang apa lagi coba?! Bawa cowok lain dan mesra-mesraan di depan dia? Pake acara tunangan segala.

Ayah KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang