A
Arsen baru saja masuk ke dalam club besar ternama milik nya. Dengan kesal ia berjalan ke arah ruangan nya membuka pintu dengan keras lalu menutup nya dengan setengah membanting.
" eh ayam-ayam kodok-kodok.. woii terkejut gue, setan lo."
Arsen langsung duduk di kursi kebesaran nya sambil membuka ikatan dasi merah yang terasa mencekik di leher nya
" lo kenapa sen, muka lo lecek bener ?"
Sinta bertanya sambil membolak-balik buku tebal pembukuan klub bersama jordan.
Jordan yang memang pendiam lebih memilih menjadi pendengar dari pada ikut campur bertanya ini dan itu yang ia sudah tebak apa jawaban nya
Pletak..
Sebuah kotak tisu melayang mengenai bahu Arsen, Arsen yang tadi nya bersandar sambil memejam kan mata kini mengambil sikap duduk sambil menatap tajam ke arah sinta
" apaan lo liat-liat gue, emang gue pisang lo liatin segitu nya "
Jordan hampir tertawa jika ia tidak melihat wajah Arsen yang tidak santai.
" nyokap sama bokap jodohin gue lagi,.."
Sinta dan Jordan saling pandang lalu melihat ke arah Arsen,
" terus lo terima...? "
Sinta berbicara sambil menyusun buku ke dalam lemari yang ada didekat sudut ruangan
Arsen menggeleng dengan pelan,
" jangan bilang lo masih ngarapain dia "
Arsen terdiam di tempat duduk nya dengan membolak-balik map yang ada di atas meja kerja nya. Sinta yang melihat Arsen sedang ngegas hanya menghela nafas dalam lalu menghembus kan nya dengan pelan
" Gue sepupu lo kita besar bersama, gue cuma berharap lo bisa move On buka hati buat orang lain, toh ngak ada salah nya buat lo coba "
Sinta menatap jordan dan di balas oleh jordan dengan tersenyum sambil mengangguk tanda ia setuju dengan ucapan sinta
" Masalah nya ngak se gampang itu sin,... "
Arsen meremas rambut nya dengan frustrasi. Sinta menatap Arsen dengan iba ini tahun ke tujuh Arsen seperti ini meratapi cinta pertama nya yang seorang adik kelas waktu di senior high school
" Oke gue beri lo waktu tiga tahun untuk mencari dia dan gue akan bantu lo buat cari dia tapi lewat dari tiga tahun dan lo belum juga nemuin dia lo harus terima calon yang di jodoh in aunty Sarah buat lo ! Deal "
Sinta mengulurkan tangan nya ke arah Arsen, Arsen dengan ragu mengulurkan tangan nya ke arah sinta, se tidak nya ia tidak mencari gadis tersebut sendiri. Ya.. Gadis yang selalu Arsen sayangi sampai saat ini.
**, **
Mareta baru saja sampai di rumah saat sisil sahabat nya menyelesaikan masakan terakhir untuk makan malam mereka. Dengan berjalan mengendap-endap Mareta mengambil seekor udah goreng tepung crispy lalu memakan nya dengan lahap
" eh cuci tangan dulu sana atau mandi kek gitu sana, main comot masakan gue aja "
Sisil berdiri di sebrang meja makan yang sekarang di duduki Reta dengan wajah kesal, Reta tertawa dengan bahagia nya saat melihat wajah kesal Sisil,
" iya iya nih gue udah berdiri nih mau mandi "
Sisil menatap Reta dengan alis yang menukik kesal, sedangkan Reta kembali mencomot seekor udang goreng lagi lalu membawa nya lari naik ke lantai dua menuju ke kamar nya, dari lantai dua Reta masih bisa mendengar suara Sisil yang ngomel-ngomel karena masakan nya di ganggu. Sisil sangat menyukai kebersihan pokok nya semua nya harus sempurna tidak ada yang boleh cacat.
Reta baru saja selesai mandi saat hape nya berbunyi dengan tidak sabar, dengan kesal Reta berjalan ke arah nakas di mana benda cantik tersebut masih bernyanyi dengan keras
Bu Retno Calling...
Reta menggeser tombol biru ke arah atas lalu menempel kan benda cantik tersebut ke pipi kanan nya
" iya mbak Retno sayang.. Udah kangen ya sama Reta baru juga ketemu tadi.. Heee "
Reta bersandar di balkon kamar nya sambil mengeringkan rambut pirang panjang nya
" kangen.. Kangen.. Gundul mu.. Mending aku kangenin mas Seno. Huh. Oh ya besok siang setelah makan siang kita ada ketemu klien untuk membahas proyek pembuatan Panti Asuhan dan kamu di tunjuk pak kepala langsung untuk pimpin tu proyek..."
Saat Reta akan menyela dengan cepat Retno memotong kalimat reta..
" ngak bisa ganti atau ngak bisa nolak, ini perintah Mas Seno langsung, jadi kamu handle proyek ini sampai siap. Dan besok siang kita akan ketemu sama klien langsung di Cafe Sugar jam 13:30. Oke! Ngak boleh telat"
Reta memenyunkan bibir nya dengan kesal
" iya mbk iya.. Ish galak bener sih kayak ibu tiri"
Terdengar tawa puas di seberang sana dengan kesal Reta yang tadi nya sudah kesal kini bertambah semakin kesal
" ish ketawa aja sepuas nya mas Seno aku doa in biar makin ndut tu perut.."
Reta mematikan telpon nya setelah mengucap kan salam. Reta keluar dari kamar nya lalu turun ke lantai satu menuju ke arah ruang makan.
Saat sampai di ruang makan di sana sudah ada Sisil dan tunangan nya yang bernama Gilang sedang menyusun minum di atas meja.
Reta duduk di sebelah Sisil dengan wajah yang di tekuk se jelek mungkin
" hmm, kamu kenapa ta, PMS ? "
Sisil menyenggol bahu Reta karena mengacuhkan pertanyaan gilang, reta masih merebahkan kepala nya di atas meja makan dengan lesu
" besok jadwal gue meeting siap jam makan siang dan gue kepilih jadi ketua tim, bakalan gagal acara gue weekend ini "
Sisil mengerutkan kening nya sambil menyendok kan lauk ke dalam piring gilang
" mang nya lo weekend mau kemana? Paling juga tidur "
Sisil memberikan piring yang sudah diisi lauk ke arah gilang sambil tersenyum ke arah gilang sedangkan reta menatap kemesraan dua orang di depan nya dengan memprout kan bibir Pink chery nya.
Sisil menarik bahu Reta menghadap ke arah nya
" lo kan yang dulu ngebet banget pengen kuliah terus kerja di perusahaan Arsitektur, nah sekarang cita-cita lo udah kesampaian, lo malah ngeluh ngak jelas gini, pekerjaan itu di nikmati ta, kayak gue.. Kadang-kadang gue bosan jadi Chef pengen jadi pengusaha aja kayak mas Gilang tapi pas gue ngeliat ekspresi bahagia para tamu yang udah gue masakin rasa nya hati gue ikut bahagia juga dan malah hati gue sekarang lebih mantap di Chef. Coba deh lo nikmati pekerjaan lo. Lagi an lo kan bukan kali ini aja jadi ketua tim, lo pernah sampai berbulan-bulan di negeri orang untuk mendesain rancangan bangunan lo santai-santai aja. Lah kenapa yang sekarang yang gak kemana-mana masih di satu negara yang sama lo ngeluh. Aneh "
Gilang dan reta melihat ke arah Sisil dengan takjub, tak di sangka di balik sifat nya yang cerewet Sisil merupakan seorang penasehat
" Gue setuju. Gue harus cintai pekerjaan gue. Walaupun felling gue tentang job yang satu ini agak gak enak, entah lah hati gue ketar-ketir. Tapi semoga aja ngak ada apa-apa"
Reta tersenyum ke arah Sisil sambil memeluk Sisil dengan sayang.