TITIK TERENDAH

23 2 0
                                    

   "Sasuke, Hyuuga sudah mulai menyerang Namikaze. Mereka menculik Hatsuki.?" Ujar Juugo, asisten sekaligus teman Sasuke.

   Berdua mereka berlatih pedang di dojo rahasia milik Uchiha. Atau lebih tepatnya Juugo sedang melatih kemampuan Sasuke lagi.

  Dojo itu sangat rahasia. Bahkan Namikaze pun tidak mengetahuinya. Bukan karena apa-apa. Namikaze dan Uchiha sudah bersatu. Kerahasiaan itu dijaga karena disana terdapat beberapa dokumen bersejarah peninggalan leluhur Uchiha.

  "Aku sudah tau. Aku mendengarnya dari Suigetsu."

  "Lalu apa yang kau lakukan sekarang ini?. Apa yang kau tunggu?" Juugo yang sedang beristirahat, berusaha mengajak Sasuke berbicara.

   Sasuke menghentikan ayunan pedangnya.

  "Belum. Ini belum cukup." Jawab Sasuke. Menarik napas dan kembali mengayun-ayunkan pedangnya dengan berbagai teknik.

  "Tapi ini Hatsuki. Memang benar aku yakin dia masih hidup. Tapi bagaimana dengan Naruto. Dia sudah pasti kebingungan mencari adiknya. Lalu kau sendiri bersembunyi darinya. Dia pasti sangat kerepotan."

  "Menurutku sudah cukup, Sasuke. Sudah cukup untukmu mengalihkan rasa sakit hatimu dari pernikahan Naruto dengan terus berlatih. Kau sudah cukup kuat. Fisikmu, juga hatimu. Kau tidak perlu berlatih lagi. Bukankah ini kesempatanmu. Hatsuki di culik. Neji pasti ada dibelakang semua ini."

   Sasuke kembali menghentikan ayunan pedangnya.

  "Menurutmu begitu?." Tanyanya pada Juugo.

Juugo mengangguk.
"Kau harus mempercayai dirimu sendiri."

   Sasuke mengeratkan genggaman tangannya pada pegangan pedangnya. Lantas ia menatap ke arah Juugo.

  "Baiklah." Jawabnya akhirnya.

***

   Hatsuki gelagapan, saat dengan tiba-tiba wajahnya disiram dengan air dingin oleh seseorang. Ia mengedipkan matanya berulang kali, mencoba menajamkan pandangannya pada beberapa sosok di sekelilingnya. Kepalanya terasa sakit, karena sebagian air yang memasuki hidungnya.

   Setelah mengedarkan pandangannya, Hatsuki bisa dengan mudah mengenali mereka. Hyuuga. Dengan penampilan mereka yang khas dan mata mereka. Tetapi Hatsuki saat ini tidak bisa melakukan apapun. Tubuhnya terasa lemah, dan terikat pada sebuah pilar. Ia pun tidak tahu dimana ia berada. Yang ia sadari ia hanya berada di sebuah ruangan besar dengan nuansa kuno yang gelap. Sama sekali tidak ada ventilasi ataupun lampu listrik. Yang ada hanya beberapa obor yang dipasang di beberapa titik sebagai pencahayaan.

   Ada beberapa orang di sekeliling Hatsuki, sekitar lima orang. Empat pria, dan seorang perempuan yang ia kenali sebagai pelayan Hinata. Perempuan itulah yang menyiramnya.

   Hatsuki bergidik. Efek sakau terasa menyakitkan di tubuhnya. Terutama setelah disiram air dingin.

   Perempuan itu tersenyum melihat Hatsuki yang telah sadar. Lantas ia berkata, "Panggil nona Hinata, Rubah kecil kita sudah bangun.."

.

   Hatsuki menjerit tertahan. Ia merasa kesakitan. Tubuhnya lebam di beberapa bagian. Tangan, punggung, dada, perut dan kaki, semuanya tampak memerah, akibat sabetan cambuk. Wajahnya pun tak luput dari cambukan, sehingga terdapat luka gores yang sudah mengeluarkan sedikit darah dari mulai pipi hingga ke lehernya.

   "Bu-nuhh a-ku.." Ditengah jeritannya, Hatsuki memohon.

   Tapi pria Hyuuga itu tak bergeming. Namun saat tiba-tiba pintu terbuka, dan melihat siapa yang memasukinya, pria itu seketika mundur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Selamat tinggal Musim Hujan (Sequel of Our Blood)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang