𝒀𝒐𝒖'𝒓𝒆 𝒕𝒉𝒆 𝒐𝒏𝒍𝒚 𝒓𝒆𝒂𝒔𝒐𝒏 𝒊 𝒍𝒂𝒖𝒈𝒉 𝒉𝒂𝒑𝒑𝒊𝒍𝒚
........
Sore ini matahari tampak berantusias memunculkan sinar keemasannya, membawa setiap orang yang melihatnya akan luluh lantah dalam sekejap saat melihat betapa indah pesona Tuhan yang telah Ia lukiskan di atas perbukitan ini.
Tempat ini, dimana sejuta bahkan beribu kenangan sudah diukir jelas dan terbayang indah di benak kedua remaja yang sedang tertawa tanpa henti itu, terlalu indah untuk diingat dan terlalu sempurna untuk dilupakan.
Mereka duduk bertengger di rumah pohon yang telah mereka bangun bersama sambil menatap indahnya matahari tenggelam, tak dapat dipungkiri betapa bahagianya mereka saat memori persahabatan terputar kembali di benak mereka, hingga salah satu diantaranya membuka percakapan dan sontak membuat lawan bicaranya tertawa geli melihat ekspresi yang diberikan gadis manis disebelahnya.
"Gila sih Than, ngajak gue bolos sampe sore gini!" Ucap gadis itu tegas namun tersirat nada candaan dalam perkataannya. Ia tersenyum bahagia, seakan tempat ini sudah lama menghilang dan kini kembali dengan wujud yang sungguh mempesona, bersama sahabat yang sedingin kutub dan sehangat mentari, menurutnya.
"Yang penting lo bahagia kan?" Balas pria yang kerap disapa Dathan itu sambil mencolek genit dagu gadis disebelahnya. Dathan Joaquin Alfonso, putra pertama dari keluarga Alfonso, pemegang aset terbaik di Jerman dalam bidang perusahaan perekonomian dan menjadi satu satunya ahli waris tunggal kekayaan Alfonso, tak banyak yang tau mengenai dirinya dan keluarganya, selain gadis manis berlesung pipi yang rela menjadi sahabatnya bertahun-tahun lamanya itu.
"Hmmm" gadis itu bergumam sambil menyenderkan punggungnya di bahu Dathan sambil memainkan jemari lentiknya. Ia Autumn, Autumn Gardenia Frida, gadis biasa-biasa saja yang enggan disapa Tutum itu masih tak luput menebarkan senyum manisnya, seakan dunia menghipnotisnya dan membawa raganya tenggelam bersamaan dengan matahari yang mulai terbenam, ia menerawang jauh dengan tatapan kosong dengan pikiran yang sudah terbang jauh bagaikan burung merpati yang pergi meninggalkan sangkarnya.
Ditatapnya lekat jari jemari kekar Dathan yang sedari tadi menggenggam jemarinya erat tanpa berniat melepaskan, jika orang lain melihat mereka dalam posisi seperti itu, yakinlah mereka akan menerka bahwa mereka adalah sepasang kekasih, bukan sebagai 2 sahabat yang sudah lama tertata rapi tanpa adanya terikat sebuah hubungan rasa.
Hingga tiba saatnya bintang Surya benar-benar menenggelamkan dirinya diantara sinar senjanya, menghilang seketika tanpa berpamitan dengan langit yang sudah bersedia menerima apa adanya, tanpa merasakan betapa pedihnya langit yang berhasil dilumpuhkan hanya dengan hilangnya sinar temaram yang sempat membuat langit merasa bahagia walau sejenak.
Dari kejauhan Dathan dan Autumn menatap kepergian sang mentari dengan sendu, hingga pada akhirnya mereka memilih untuk kembali kerumah masing-masing dengan perasaan hampa.
Satu pertanyaan di benak mereka...
Apakah mereka akan tetap bersama dan menggenggam satu sama lain atau salah satunya akan tersakiti dan pergi meninggalkan tanpa mengenal arti kata "kembali".
🍁🍁🍁
Di balkon kamarnya, Autumn memetik gitar yang sedari tadi dipangku dengan bertumpu pada kedua pahanya, ia melantunkan lagu Moments favoritnya dengan suara yang merdu dan unik sehingga membuat pria yang berada berdampingan dengan balkon kamar Autumn ikut menyuarakan nyanyian itu, Autumn tidak kaget, ia sudah biasa disuguhkan pemandangan membosankan ini dari 10 tahun yang lalu, karena kamarnya persis berdampingan dengan balkon kamar Dathan yang hanya dibatasi oleh pagar kaca balkon.
KAMU SEDANG MEMBACA
HELLO AUTUMN
Viễn tưởngTentang seorang gadis biasa yang bersahabat dengan pria setengah salmon yang sudah terjalin selama 10 tahun lamanya, menyicipi satu persatu kenangan yang mereka lalui bersama tanpa ada jeda yang terlewatkan. Namun akankah selamanya persahabatan teta...