Meregangkan otot-ototnya yang kaku karena duduk seharian, Jungkook mendesah lesu. Cuaca sedang buruk, pasien tidak berhenti datang sejak shiftnya dimulai siang tadi. Atau mungkin mereka datang karena ingin melihat Jungkook, dokter tampan yang hampir seluruh orang tahu.
Jungkook meletakkan kacamatanya, mengurut pangkal hidungnya seraya memejamkan mata, kepalanya ia sandarkan pada headrest kursi kerjanya. Bukan tanpa alasan, ia sedang berpikir harus makan apa malam ini. Ia sedang mengingat-ngingat, apabila ada toko kue atau cafe yang masih buka pukul 10 malam dijalur yang biasa ia lalui ketika pulang.
Kemudian ia memaksakan diri untuk beranjak dari kursi kerjanya, menatap jam tangannya hanya untuk memastikan shiftnya sudah selesai. Setelah yakin, ia kemudian menanggalkan jas putihnya, lalu menyampirkan nya pada coatrack disudut ruang kerjanya, yang nantinya akan dibersihkan pegawai. Ia meraih kunci mobilnya, tak lupa memasukkan ponselnya pada saku kemeja birunya yang kancing atasnya ia biarkan terbuka.Setelah mensterilkan tangannya dengan cairan antiseptik, Jungkook bergegas menuju basement dimana ia memarkirkan mobilnya. Tujuannya saat ini adalah menemukan toko kue yang masih menjual croissant. Ia lalu menyalakan mesin, mengencangkan sabuk pengaman, mengoper gigi kemudian melaju agak tergesa-gesa. Diliriknya kembali jam tangannya yang melingkar tampan dipergelangan tangan kekarnya, sudah hampir setengah sebelas. Ia sudaj berkecil hati dan mulai memikirkan menu lain jikalau ia tak beruntung malam ini.
Setelah mengemudi sekitar sepuluh menit, ia melihat satu toko kue yang masih menyala. Juga beberapa restoran Korean barbecue jikalau croissant nya tak ia dapatkan malam ini. Ia lalu menepikan mobilnya pada bahu jalan, tergesa-gesa ia menuju toko kue yang dimaksud. Ia semakin pesimis kala melihat seorang pegawai yang tengah sibuk membereskan meja dan kursi. Juga display shelf yang sudah kosong.
Menyadari seseorang datang, si pelayan manis tergesa-gesa menyambut sang pelanggan misterius. Ya, misterius karena seharusnya tak ada yang masuk lagi. Kesalahannya karena ia lupa membalik papan tanda 'buka' dengan 'tutup'. Tapi ia punya perasaan baik tentang ini.
"Ah, selamat malam tuan—" sapa si pelayan canggung, seraya membungkukkan badannya.
" Oh— maaf, aku kira kalian masih menerima pelanggan. Kalau begitu aku permisi." Jungkook menggaruk tengkuknya canggung.
Pelayan manis itu melayangkan tatapnya pada Jungkook. Menyadari bahwa Jungkook masih mengenakan setelan formal, ia berasumsi bahwa pria tampan didepannya baru saja pulang kerja.
" Apa anda baru pulang bekerja? Pasti lelah kan? Duduklah sebentar, ada beberapa cupcake yang belum terjual hari ini." Ia tersenyum manis, mempersilakan Jungkook untuk duduk lalu ia bergegas menuju dapur, mengambil beberapa cupcake juga secangkir susu hangat, dengan segera ia menyajikannya pada sang pelanggan.
Senang, namun juga bingung. Jungkook merasa bersalah karena membuat sang pelayan bekerja lebih lama. Namun ia tak dapat membendung rasa leganya karena setidaknya, ada kue dan susu hangat dihadapannya. Ini jauh lebih baik daripada croissant yang sedari tadi ia impikan.
" Aku membuat cupcake ini tadi pagi, resep baru. Aku belum berani menampilakannya, belum ada yang mencoba. Jadi aku menyimpannya dibelakang." Ujar si manis.
" Jadi maksudmu, aku kelinci percobaan?" Sahut Jungkook seraya tersenyum penuh canda. Ia lalu mencicipi cupcake didepannya. Ia tidak pernah sesuka ini dengan cupcake sebelumnya.
"Bagaimana, tuan?" Tanya Taehyung penuh harap.
" Wah, kurasa ini cupcake terbaik yang pernah aku makan. Ia begitu lembut, kamu harus menjualnya. Aku akan datang setiap hari." Jawabnya sembari menenggelamkan diri pada rasa cupcake itu.
Si manis tersipu malu, berulang kali mengucapkan terimakasih pada Jungkook karena sudah datang pada waktu yang tak ia sangka.
Malam itu berakhir dengan mereka saling bertukar informasi mengenai nama dan pekerjaan, dan Jungkook begitu senang telah bertemu dengan pria manis bernama Taehyung yang ternyata, lebih muda darinya. Tak ada yang lebih baik dari susu hangat, cupcake, juga teman berbincang setelah hari yang panjang.
Sementara si manis, — mari kita panggil Taehyung mulai saat ini— tak hentinya tersenyum sembari menatap punggung Jungkook yang menjauh, meninggalkan toko. Ia senang dapat menguji cobakan cupcake nya pada seseorang, juga mendapat respon positif yang artinya ia bisa menjual cupcake nya besok.
Lalu takdir, diam-diam merencanakan cerita manis yang keduanya bahkan tak tahu akan terjadi.
——————————
Sejujurnya ini iseng, lanjut gak ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cupcake Love ( KOOKV / BOTTOM V )
FanfictionHanya sebuah cerita ringan bagaimana 'Cupcake' mempertemukan Taehyung dan Jungkook.