“Jack, aku datang membawakan pesananmu.” Ungkap seseorang yang berdiri dengan membawa tas besar yang di jinjingnya beserta busur dan anak panah yang ada di belakangnya. Dengan santainya ia membuka pintu ruangan tersebut dan mendapatkan pemandangan yang biasa ia dapatnya jika berkunjung ke sana.
Helaan napas terdengar dari seseorang yang masih berdiri di ambang pintu seakan bosan dengan rutinitas yang biasa ia lihat seperti biasanya sebelum masuk ke dalam ruangan itu dan duduk seperti biasa di sudut ruangan, tak lupa mengambil acak sebuah buku dari lemari yang berada di sana. Dan selang beberapa saat kegiatannya terhenti saat ia mendengar suara pintu yang tertutup.
“Maaf jika kau menunggu terlalu lama Zen.”
“Tidak sama sekali, menurutku ini terbilang sangat cepat dan tidak seperti biasanya.”
“Ha ha asal kau tahu secara tak langsung kau itu sedang menyindirku. Jadi, seperti biasa kau mengirimkan pesanku dengan tepat waktu.”
“Kesenangan pelanggan adalah prioritas utama bagiku.” Ia lalu mengeluarkan beberapa botol wine dari dalam tasnya dan menaruhnya di atas meja.
Kegiatan yang sebelumnya sedang ia kerjakan di sudut ruangan itu kembali ia lakukan walau tempat duduknya berubah menjadi sebuah sofa dan bukan di atas lantai.
Melihat tingkah Zen yang tak segera pulang ia pun menaikkan satu alisnya menatap sang tamu kecilnya itu. Ia lalu terduduk di atas kursi meja kerjanya memberikan sebuah pertanyaan kecil.
“Zen, kau tak pulang?.” Kalimat itu mengintrupsi kegiatan yang berlangsung membuat seseorang yang sedang asik membaca buku segera menutup dan menatap mata lawan bicaranya.
“Bisakah malan ini ku menginap di sini?—" Tanyanya kembali pada seseorang yang sedang terduduk di depannya dengan kedua kaki berada di atas meja.
“—Paman dan bibi tidak pulang sampai besok karena akan mengurus persediaan musim dingin. Jadi aku bermaksud menginap di sini.” Lanjutnya kembali.
“Hm, walau kau mengatakan ingin menginap di sini sebenarnya kau ingin menambah penghasilanmu bukan? Berhubung paman dan bibi Bert tidak mengawasimu.—"
Pernyataan itu hanya di jawab dengan cengiran lebar dan di tambah dengan sikap acuh tak acuh setelahnya seakan tak mendengar semua pernyataan bodoh yang mungkin bisa dinyatakan sebagai sebuah kebenaran.“Tapi hanya menginap bukan bekerja, ingat itu.—” Lanjutnya kembali dengan setiap penekanan pada kalimat tersebut.
Sepasang mata itu pun beralih pada benda yang ada di samping sofa. Tentunya ada sedikit bercak merah di sana dan sedikit baur anyir yang tercium dari benda tersebut.
“—Lalu kenapa kau membawa panah?.” Tanyanya kembali.
“Sebenarnya aku sehabis berburu, aku mendapatkan beberapa tangkapan bagus dan tentunya membaginya sesama pemburu. Berhubung karena aku berniat menginap di sini jadi, daging-daging itu ku bawa ke sini, dan tentunya sudah ku berikan kepada bos. Lagi pula daging rusa jika tak di masak dengan benar akan keras dan menjadi tak enak.” Jawabnya sambil menggaruk pipi kanannya yang mungkin tak gatal sama sekali.
“Hah, kalau begitu bersihkan tubuhmu dari bau hutan, dan ku peringatkan, saat malam tetaplah di sini dan jangan kemana-mana. Akan ku perintahkan Sally mengantarkan makanannya nanti. Karena penjaga kerajaan pasti akan berpatroli.”
“Heh, lagi pula sudah terlambat bukan? Lagi pula tak akan mungkin mereka menemukanku.”
“Tidak ada yang tidak mungkin Zen, paman dan bibi Bert maupun aku sangat memperdulikanmu.” Ungkapnya dengan nada terkesan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Significant Other
RomanceSekuat ataupun semampu apa yang biasa kita lakukan tak ada bisa menghadang sebuah kejadian yang sudah ditetapkan Segigih ataupun mempertahankan tekad ada kalanya tersandung dan membuat terjatuh begitu pula dengan keyakinan ataupun perasaan, jika tak...