Ajakan

15 1 0
                                    

Tok tok tok

"Nona Kean, ada seseorang mencari anda." Ujar seorang pembantu rumah Keana dari luar kamar Keana.

Keana yang sedang bermain game kesukaannya tidak peduli berapa ketukan pintu atau pemberitahuan dari pembantunya. Ia terus menekan-nekan tombol pada keyboard komputernya juga sesekali menekan dan menggerakkan tetikusnya.

Pintu kamarnya kembali diketuk. Bahkan ketukan tersebut sampai menghilangkan konsentrasi Keana dalam game. Ia menghela nafas kasar setelah melihat tulisan Game Over pada layar monitornya.

Ia segera mengenakan jaket dan mengganti celana pendeknya dengan celana training hitam panjang sampai menyentuh lantai, tak lupa masker, dan sendal bulu dengan motif lambang Pasukan Pengintai.

Kean keluar dari kamarnya dan turun untuk menemui 'tamu' yang sangat mengganggu waktunya bermain game.

Ketika ia sampai di ruang tamu, ia melihat tiga orang menyebalkan yang sering menggangunya datang ke rumahnya lagi. Terpaksa, ia duduk di sofa single tepat di depan ketiga tamunya duduk.

"Om Swastyastu, Kean." Sapa salah seorang laki-laki yang duduk di tengah.

"Om Swastyastu, mas. Ada apa ya?" Jawab Kean to the point lirih.

"Jadi begini, hari raya Nyepi kan sudah 2 bulan lagi, sementara anggota *Peradah juga hanya itu-itu saja. Dan, kalau semisal perayaan Nyepi tahun ini sampai hambar seperti tahun kemarin pasti sangat sayang." Jawab Deny, laki-laki dengan rambut jabrik, kacamata bulat, mata coklat, dan kulit kuning langsat.

"Kami ingin Kean ikut serta memeriahkan Nyepi kali ini." Lanjut kembaran Deny, Dian.

Rasa malas menghampiri Keana. Ia seorang "Nolep" atau "No Life" diminta untuk ikut serta dalam acara besar yang akan digelar setelah Nyepi? Yang benar saja. Ia bisa mati bosan disana.

"Maaf mas, saya tidak bisa ikut." Jawab Kean singkat. Ia berdiri dan beranjak pergi dari ruang tamu. Tapi sebelum dia benar-benar pergi, seseorang memegang lengannya. Widya, laki-laki yang dari tadi hanya diam.

"Kami mohon, Kean. Ini harapan kami agar Peradah bisa hidup lagi." Katanya.

Beda dengan Deny dan Dian yang tetap membuat Kean diam biasa saja, Widya mampu membuat jantung Kean berdetak lebih kencang dan keras daripada sebelumnya. Tatapan mata jelaga Widya yang satu, bibir ranum, rambut hitam klimis, kulit sawo matang, serta hidung mancungnya membuat Kean terpaku pada makhluk ciptaan Tuhan yang begitu indah ini. Tanpa sadar, Kean menganggukkan kepalanya sambil terus diam termenung. Ia bahkan tidak sadar saat ketiga pengurus inti Peradah tadi berpamitan. Kean tetap diam termenung. Ia baru sadar saat Jay, bodyguard kepercayaan ayahnya menutup satu pintu ruang tamu yang menghubungkan antara ruang tamu dengan teras.

--##--

Jam menunjukkan pukul 22.00. waktu dimana kebanyakan orang telah tertidur pulas di atas tempat tidur. Tapi tidak dengan Kean. Ia sibuk melihat-lihat Instagram. Lebih tepatnya mencari tahu lebih tentang Widya.

Widya memang bisa dibilang biasa saja. Bahkan lebih tampan si kembar Deny dan Dian yang berkulit kuning langsat dengan mata coklat, sedangkan Widya berkulit sawo matang dengan mata sehitam jelaga.

"Kenapa banyak banget sih yang namanya Widya." Kesal Kean. Ia terus melanjutkan pencariannya sampai ia sendiri tertidur dengan ponsel yang masih menyala.

--##--

Di pagi hari, Kean mengernyit bingung karena melihat nomor tak dikenal di WhatsApp-nya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Pain From Him For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang