Part 2

6.4K 405 14
                                    

Happy Reading ><

-------------------------

Author POV

Lula sudah berdiri di depan bangunan sederhana berwarna biru langit. Di depannya terdapat sebuah taman bermain kecil, ada ayunan, dan segala macam permainan seperti di taman kanak-kanak. Sekali lagi Lula mencek alamat yang dia dapat di meja kantor Haikal tadi pagi setelah Haikal meeting. Lula memang benar-benar penasaran dengan sosok anak kecil yang menjadi anak Haikal. Setidaknya Lula ingin melihat kemiripan anak itu dengan Haikal.

Dengan mantap Lula melangkahkan kakinya memasuki gedung biru itu. Lula bisa melihat beberapa anak kecil berlarian di dalam gedung yang teawat ini. Sebuah senyuman menyungging di wajah cantik Lula.

“Maaf, mbak siapa ya?”sebuah suara lembut mengangetkan Lula. Seketika Lula membalikkan tubunya dan mendapati seorang ibu paruh baya tengah berdiri di belakangnya sambil memegangi beberap kantong belanja.

“Ah, maaf Bu. Saya ke sini mau mencari anak yang bernama Muhammad Raikal Junior. Apa ada ya bu?”tanya Lula sopan. Ibu tersenyum lembut.

“Masuk dulu yuk nak, gak enak ngobrol di depan pintu begini”ujar ibu itu lalu menuntun Lula masuk ke dalam sebuah ruangan, seperti sebuah kantor. Lula lalu duduk di salah satu sofa setelah di persilahkan. Tak lama, seorang gadis belia datang membawa nampan berisi minuman dan beberapa camilan.

“Silahkan di minum, kak”kata gadis itu ramah. Lula mengangguk, lalu mengambil cangkir berisi teh itu dan meminumnya.

“Maaf sebelumnya. Saya bu Endang, pemilik panti asuhan ini. Tapi mbak ini siapanya Rai ya?” tanya ibu itu.

“Ah, saya Lula Haruna Darmawan…tunangan ayah kandungnya Rai, bu Haikal Subrata. Saya sudah dengar ceritanya dari ibu Raikal, mbak Bintang dan saya ke sini mau menjemput Rai untuk tinggal bersama kami bu”kata Lula yakin. Ibu di depannya ini tersenyum sambil mengangguk.

“Oh, nak Bintang memang sudah memberi tahu saya siapa ayah kandung Rai. Saya pikir kalau nak Haikal sendiri yang akan datang ke sini menjemput Rai” ujar bu Endang sedih. Lula tersenyum kaku.

“Maaf, bu. Haikal agak sedikit syok begitu mendengar kabar tentang Rai. Tapi sudah bisa saya pastikan kalau Haikal sudah menerima kehadiran Rai”ibu Endang tersenyum lembut kearah Lula.

“Ibu senang mendengarnya kalau begitu.Ibu hanya berharap kalau nak Haikal benar-benar akan datang menjemput Rai. Sebelumnya ada yang harus ibu katakn dulu pada nak Lula. Kenyataannya bhwa Bintang tidak pernah mengatakan pada Rai kalau nak Bintang adalah ibu kandungnya, nak Bintang selalu memanggil dirinya tante kalau di depan Rai..”mata Lula membesar saat mendengar penjelasan buk Endang.

“Ke-kenapa bu??”

“ Nak Bintang masih belum siap saat melahirkan Rai, begitu lahir. Nak bintang langsung menitipka Rai disini meski nak Bintang juga tinggal disini, tapi sejak umur Rai dua tahun, nak Bintang kembali melanjutkan kuliahnya dan bekerja.”jelas buk Endang lagi. Lula begitu sedih mendengarnya. Bintaang menderita dan Rai juga menderita.

Pintu ruang kantor tebuka. Gadis yang tadi mengantarkan minuman muncul bersama seorang anak laki-laki kecil yang sangat tampan. Sekali lihat saja Lula tahu kalau Rai benar-benar mirip dengan Haikal.

“Rai, sini nak. Ada yang mau bertemu” ujar buk Endang lembut. Langkah kaki kecil Rai ragu mendekati buk Endang. Namun ketakutannya dan keraguannya menghilang saat melihat sosok Lula. Seketika senyuman mengembang sempurna di wajah tampan Rai

“Mamaa…”panggil Rai pelan menatap Lula. Lula cukup kaget mendengar panggilan yang keluar dari mulut mungil Rai.

“Rai…tante ini..”

Me, You, Us, WeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang