Lalu lalang kendaraan di depan Alun-alun Kota Blitar dikala senja begitu menarik bagi seorang laki-laki yang masih mengenakan seragam lorengnya. Ya, dia adalah Mayor Infanteri Ardhan Ruzain Azhari yang kerap dipanggil dengan nama Ardhan. Kini ia bertugas sebagai Wakil Komandan Batalyon Infanteri 511/Dibyatara Yodha. Lelaki yang masih berusia 28 tahun dengan iris coklat terang, berkulit putih, bibir tipis merah alami, hidung mancung, dan badannya yang atletis tentu membuat semua kaum hawa terpikat dan kaum Adam iri dibuatnya. Namun baginya, semua kesempurnaan yang ia miliki tidak sebanding dengan luka dan penderitaan hidup yang ia rasakan. Tumbuh dengan luka dan tanpa kasih sayang orang tua membuatnya selalu merasa kesepian dimana pun ia berada. Sehingga ia mencari keramaian sebagai pelampiasannya.
"Sore Komandan, izin petunjuk. Komandan ada masalah? Kok saya lihat tadi melamun." tanya Serda Alex yang kebetulan lewat di depan Alun-alun dan melihat atasannya duduk melamun di bawah pohon dan ia menghampirinya.
"Ah ganggu aja nih bocah" batin Ardhan sambil melirik tajam ke arah Serda Alex.
"Siap salah" teriak Serda Alex karena merasa tindakannya yang kurang tepat pada atasannya itu.
"Duduk! Darimana kamu?" tanya Ardhan.
"Barusan beli makan ndan, buat camilan di barak. Komandan mau? Kebetulan ini banyak ndan." tawar Serda Alex
"Tidak usah, saya sudah kenyang."
"Mohon maaf ndan atas tindakan saya tadi. Saya tidak bermaksud mengganggu."
"Tidak apa-apa, saya memang suka merenung disini. Nyaman dan ramai, saya suka keramaian karena saya sudah lama hidup sendiri. Saya gak punya keluarga." jelas Ardhan.
"Kalo Komandan berkenan, Komandan bisa berkunjung ke barak. Kami siap kok kalo suruh bikin kacau hehehe."
"Iya terima kasih atas tawarannya." jawab Ardhan sambil tersenyum tipis.
"Gila ni orang, ga seneng ga sedih masih aja judes wajahnya. Pelit ekspresi banget. Nyokap nya ngidam balok es kali ya waktu hamil dulu. Orang kok dingin banget. Ganteng sih emang iya, pangkat oke. Tapi kalo kaya gini gimana ada cewek mau nyangkut. Hadehhh...untung Wadanyon, kalo bukan udah gua jadiin samsak Yong Moo Doo nih" batin Serda Alex.
"Izin petunjuk ndan, saya mau pulang. Komandan mau sekalian atau tidak? Kebetulan saya bawa motor."
"Tidak usah terima kasih, kamu duluan saja. Saya masih ingin disini." jawab Ardhan.
"Kalau begitu saya duluan ndan. Selamat sore." izin Serda Alex sambil memberikan hormat dan dibalas anggukan oleh Ardhan.
Entah mengapa senja kala itu masih tetap seperti senja pada hari-hari biasanya. Ia berusaha melupakan luka pada masa lalunya,namun tetap nihil. Ia terus merenung hingga tanpa ia rasa sang Surya telah menundukkan keperawanannya dibalik Mega senja kala itu. Hingga adzan magrib berkumandang dan ia pun tersadar dan segera kembali ke Batalyon untuk menunaikan shalat Maghrib berjamaah bersama anggotanya.
" Terkadang kita perlu melangkah keluar menghirup udara bebas untuk mengetahui apa yang kita inginkan dan ingin menjadi apa kita nantinya. "
~ ARDHAN RUZAIN AZHARI ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Shehrazat Untuk Sang Perwira
RomanceKelahiranku memang tidak pernah diharapkan. Tapi bukan berarti aku harus dibuang dan ditinggalkan. Aku tidak pernah berharap ada, tapi memang ini kehendak Tuhan.Tumbuh dengan luka itu sangatlah menyakitkan. Tanpa kasih dan cinta, layaknya seseorang...