Chapter 1

12 0 0
                                    

Pagi ini seperti biasa ditemani hujan rintik-rintik yang turun di kota Paris. Semerbak aroma roti yang di buat oleh ibuku membangunkan diri ini dari nyamannya kasur. Rintik-rintik hujan pun tersimpan di jendela kamarku.

"Ah, hujan ya semalam." gumamku dalam hati. Segera bangun dari tempat tidur yang paling nyaman diseluruh alam semesta dan berlari menghampiri ibu.

"Wah anak gadis ibu pemalas sekali ya, mentang-mentang hujan." ucap ibuku diselingi tawa kecil saat melihatku menghampirinya

"Anak gadis kita kan sangat malas bu. Dia senang sekali nempel dikasur." ucap ayahku yang ikut bergabung selagi memegangi kopinya.

Ya, namaku Ixia Abbryana Rubiena seorang gadis biasa yang sangat malas untuk beranjak dari kasur. Dan mempunyai impian menjadi fashion design terkenal. Sekarang aku berada di semester 7 di perguruan tinggi yaitu Paris Collage of Art. Aku bukan dari keluarga kaya. Keluarga ku sangat sederhana. Ayah ibuku mengelola toko bunga di depan rumah kami.

Ayahku adalah orang Korea Selatan asli namun setelah menikah dengan ibuku yang asli Perancis. Mereka berdua memutuskan untuk tinggal bersama di Paris. Meskipun aku lahir di Korea tapi bahasa Korea ku sangatlah buruk. Pengucapanku sangat tidak bagus.

Hari ini aku mulai memulai lembaran hidup ku di semester 7. Wah bukan main, jadi mahasiswi di jurusan fashion design itu memerlukan banyak tenaga, pikiran dan tentunya uang. Karena banyak pameran yang harus dilaksanakan. Beruntungnya aku mendapatkan beasiswa hingga lulus. Setidaknya aku tidak membebani kedua orangtua ku.

Ke kampus hari ini aku harus membawa payung karena hujan gerimis yang melanda Paris di pagi hari. Sebetulnya hal yang aku sukai adalah hujan namun jika itu berada di kasur ditemani lagu ballad dan kopi hangat. Tetapi ini berbeda dengan yang aku sukai. Pagi-pagi buta aku sudah berjalan menuju kampus. Di bus masih sepi karena aku senang berangkat pagi. Jujur saja aku benci keramaian dan selalu memutuskan berangkat pagi.

Saat sedang asik membaca novel dan mendengarkan lagu, tiba-tiba ada pria yang tiba-tiba naik bus dengan tergesa-gesa dan langsung duduk di sampingku. Dan tidak sengaja dia melepaskan sebelas headset ku.

"Eh." ucapku kaget sambil melihatnya.

"Sorry, aku tidak sengaja. Ini headsetmu." ucapnya memberikan sebelah headset kepadaku.

"It's okay." ucapku kesal karena dia mengagetkan ku.

Bus pun kembali berjalan. Namun saat bus berjalan pria ini tiba-tiba tertidur di pundakku.

"Bagaimana ini? Kenapa dia begini" ucapku selagi kesulitan melepas kepalanya dari pundakku.

Kemudian dia pun terbangun kaget. Karena aku menyentuh wajahnya.

"Sorry, aku sepertinya tertidur. Maafkan jika aku mengganggu." ucapnya menjauh dan mengusap wajahnya.

"Dasar mesum." ucapku seraya berdiri dan turun dari bus.

Mata dia berbelakak tak percaya karena kata-kataku. Aku pun segera turun karena bus telah sampai di kampus. Aku pun berlari kecil menuju gerbang kampus. Dan tak ku sadari bahwa pria itu masih melihat ku dari kaca bus.

"Wah yang benar saja ini pagi yang buruk." ucapku berlari kecil ditengah dinginnya Paris.

Dan kemudian tersadar bahwa payung ku tertinggal di bus. Kemudian membuatku berhenti.

"Payah, bisa-bisanya melupakan payungku. Semua salah si lelaki mesum itu. Ah keparat." ucapku seraya menggosok rambutku kasar.

"Xia, ngapain sih ngomong sendiri? Udah gila ya kamu?" ucap Emily menghampiriku.

Morning GloryWhere stories live. Discover now