"Nak, mengapa kamu melakukan itu?"
"..."
"Mama tak percaya kamu bisa berbuat sekeji it..."
"Ma, Mama tak tahu apa yang sebenarnya terjadi kepadaku ma. Saskara hanya merasa kesal, kenapa aku ini selalu menjadi bahan olok-olok orang lain. Apa yang salah didiriku ini ma? Apa?"
"..."
"Sudah ma, Saskara tak apa seperti ini. Biar Saskara sendiri yang menanggung ini."
"Sayang,.. Papah..."
"Papah?"
"Semenjak kejadian itu, papah terus memikirkan kamu, sehingga kesehatannya menurun. Dan sekarang papah..."
"Papah di rumah sakit mana mah? Pantas papah jarang sekali jenguk Saskara kesini."
"Papah sudah tak ada sayang..."
"Mama serius? Papah!"
"..."
Beberapa tahun setelah Saskara di penjara, kini dia bisa menghirup udara kebebasan kembali. Berpulang ke rumahnya yang kecil Saskara merasa bahagia, meskipun dia tumbuh dewasa di balik dinding jeruji yang dingin. Dengan perjuangan keras Saskara membuahkan hasil, sementara itu di rumah, ibunya sedang berduduk santai di kursi goyang yang rapuh di temani secangkir teh dan televisi yang menyala. Saskara tak kuasa menahan rasa rindu kepada ibunya, begitu membuka pintu depan, mata Saskara berkaca-kaca melihat ibunya yang kini semakin tua. Ia menghampiri dan memeluk ibunya, mereka saling melepas rindu yang telah lama tertanam di hati mereka. "Mama , Saskara kangen mama, mama baik baik saja kan tanpa Saskara?" Tanya Ashilla kepada ibunya. "Iya nak, mama pun kangen kamu sayang." Dengan senyum Shela menjawab. "Kamu semakin cantik saja nak, tapi . .." Ujar sang ibu. "Tapi apa ma?" Jawab Shilla sambil tersenyum. "Mengapa kamu membunuh mereka semua yang tak bersalah? Ada apa dengan mu nak?". "Ma, sebenarnya Saskara sudah bosan mendengar pertanyaan itu, tapi baiklah ini demi mama." Saskara mecoba menjelaskan alasan mengapa dia membunuh mereka semua dengan panjang lebar.
Sang ibu yang kurang sedikit percaya dengan penjelasan Saskara pergi ke dalam kamar dengan dinginnya. Saskara pun yang sudah mencoba berterus terang kepada ibunya tak tahu harus bagai mana lagi untuk membuat sang ibu percaya dengan perkataannya. Karena perut yang lapar, Saskara pergi ke dapur untuk mencari makanan ringan. Setelah mendapatkan beberapa cemilan dan minuman dari dapur Saskara membawa itu ke dalam kamarnya. Betapa terkejutnya saat melihat kamarnya yang telah di dekorasi ulang oleh sang ibu. Tulisan "Selamat datang bidadari kecilku" di salah satu sisi dinding kamar semakin membuat Saskara tersentuh hatinya. Tanpa berfikir panjang ia pergi ke tempat ibunya tertidur, dengan maksud ingin meminta maaf. Karena ia telah berfikir ini lah waktu yang paling tepat.
Didalam kamar tidur ibunya, Saskara melihat ibunya yang menangis sambil berbaring di kasur membelakangi pintu kamar tempat datangnya Saskara. Dengan tersedu-sedu Saskara berkata "Mama ?, mengapa mama menangis ma? Jika itu karena Saskara, Saskara minta maaf ma. ". "Kemari nak." Ucap Shela, "Maafkan Saskara ma, aku... " Shela tiba tiba memotong pembicaraan Saskara. "Mama sudah maaf kan kamu nak, mulai sekarang kamu harus berhenti bersikap aneh nak.". "Saskara tidak aneh ma, Saskara sama seperti mereka semua ma, Saskara itu anak mama satu-satunya, Manusia ma! Manusia! Dan Saskara juga menyesal ma dengan semua kelakuanku dulu." Jawab Saskara sedikit membentak. "Sudah, tidak ada yang perlu di sesali lagi nak untuk waktu ini, yang sudah biarlah sudah. Dan kamu itu bukan sekedar anak mama Saskara, kamu adalah penghibur kecil mama. Yang selalu bisa membuat mama senyum dan kuat menghadapi hidup ini nak.". Mendengar ucapan ibunya Saskara langsung mencium tangan ibunya dan ikut berbaring di samping ibunya hingga terlelap.
Saat Saskara terbangun, Saskara melihat ibunya yang masih tertidur pulas. Sebelum Saskara meninggalkan tempat tidur ibunya, Saskara menyempatkan untuk mengecup kening sang ibu yang sangat di sayanginya itu. Ia bergegas pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya kembali, setelah selesai, Saskara hendak ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Melihat makanan dan minuman yang terjatuh di depan pintu kamar, ia mengambil dan meletakannya di meja. Teringat dengan kekuatan telekinetiknya, Saskara jadi ingin mencobanya "Apakah kekuatan ini masih berfungsi?" Tanya Saskara dalam hatinya. Tak lama ia mencobanya kepada makanan yang di letakan di meja. "Wow!" Saskara terkejut melihat kekuatannya sendiri dalam keadaan terkendali. Dikarenakan Saskara terlalu asik mencoba kekuatannya itu, hampir seluruh benda di dalam kamarnya berterbangan tak tentu arah, hingga salah satu bingkai foto di dinding kamarnya terjatuh dan pecah.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE
HorrorDendam, ya semua cerita ini tentang dendam seorang wanita kepada orang-orang yang sering menghina dirinya. WARNING // PERINGATAN. Cerita ini mengandung unsur graphic, kekerasan dan dewasa.