Awal Pertemuan

982 47 14
                                    

Febby menarik napas dan melirik jam tangannya lagi, sudah jam 8 malam tapi tidak ada tanda tanda hujan akan segera berhenti, malah sepertinya semakin deras, sudah 2 jam ia duduk di kursi depan kantornya, baru satu minggu ia di terima bekerja di kantor ini. Beberapa kali ia memesan taksi online tetapi selalu di batalkan oleh sang pengemudi. Terpaksa ia menunggu setidaknya sampai hujan reda, mungkin ia bisa memesan ojek online atau naik apapun nanti.

Loh Febb, kok blm pulang ". Mas ardi yang baru saja keluar dari kantor melihat Febby duduk di depan kantor

Eh, iya nih mas nunggu hujan reda, dari tadi pesen taksi di batalin terus sama drivernya, ada banjir di pegangsaan katanya ".

Mau ikut aku aja gak feb, kebetulan aku mau ke kosan temen ".

Lah emang kosan temen mas Ardi dimana? Gpp emangnya kalo aku ikut nebeng".

Ya gapapah Feb, kan aku yang nawarin, lagian kosan temen aku sejalan kok sama rumah kamu ".

Ya udah deh mas, aku ikut aja. Dari pada nunggu disini juga ujannya gak reda reda ".

Okelah, tapi aku ada temen juga yang ikut, gapapa kan? Nanti aku kenalin ".

Iya mas gapapa ".

Febby masuk ke mobil Ardi, temannya mas ardi sudah masuk mobil lebih dulu. Febby duduk di kursi belakang, mas ardi di kursi depan dengan mas pian, supirnya mas ardi. Di sebelah febby duduk dengan teman mas Ardi. Wajah laki laki itu tidak asing bagi febby, ia sering melihatnya di kantor, tapi ia tidak mengenal baik laki laki itu, ia hanya tau bahwa laki laki ini bekerja di bagian editor programme, tepat 2 lantai di atas tempat febby bekerja.

Nah Feb, ini temen aku yang tadi aku ceritain, namanya Verell ". Ucap Mas Ardi setelah memasuki mobil, Febby mengulurkan tangannya dan mengenalkan dirinya

Hai, Gue Febby ". Febby melihat laki laki itu tersenyum ramah dan menjabat tangannya

Gue Verell, hm.. kayaknya gue pernah liat lo deh ".

Oh ya, mungkin lo lita gue di lift, soalnya gue pernah liat lo gitu ".

Masa si.. gue gak sadar  ".

Ya gak sering papasan juga si ". Febby melihat laki laki itu tersenyum dan tak menjawab apa apa lagi, jadi ia juga diam saja

Suasana hening, hanya ada suara hujan yang sudah mulai mereda dan suara dari penyiar radio yang mengomentari hujan dan kemacetan jakarta. Febby melirik sekilas laki laki di sebelahnya. Ada kesan menarik dari laki laki ini, ia sering berpapasan di lift, atau ketika tak sengaja melihatnya ke ruangan bu clara, produser programming yang juga sekaligus bosnya. Tapi tidak pernah benar bertegur sapa. Ia hanya mendengar beberapa cerita dari teman kerjanya tentang laki laki ini.

Yan pertigaan depan belok kanan ya, kita cari makan dulu! Kamu belum makan juga kan Feb? ". Kata Mas Ardi pada mas pian sambil menengok ke belakang kursi pengemudi

Oke mas gapapa ".

mas Pian menghentikan mobilnya di depan tempat makan. Hujan sudah mulai reda, hanya tinggal gerimis rintik rintik yang masih terasa.
Mas Ardi dan mas Pian berjalan lebih dulu masuk ke restoran. Verell membuka pintu masuk dan menahan pintu menunggu Febby masuk terlebih dulu, sedikit terpesona dengan sikap santun laki laki ini, ia pun masuk lebih dulu. Restoran terlihat ramai, mungki karna jam makan malam di tambah macet di jalanan, mungkin orang orang memilih mampir untuk makan malam. Mas Ardi sudah memilih meja. Mas Ardi duduk di sebelah mas Pian, jadi febby memilih duduk di depan mas Ardi, Verell menyusul dan duduk disebelah Febby.
Pegawai restoran datang menyerahkan menu

Kalian mau pesen apa? ". Tanya Mas Ardi

Gue ayam penyet sama sayur asem sama nasi, minumnya teh manis anget ". Mas Pian menjawab lebih dulu sambil memberikan buku menu kepada Verell

Gue soto betawi sama jeruk anget aja deh mas ". Jawab Verell sambil membolak balik buku menu

Kamu pesen apa Feb? ". Tanya Mas Ardi lagi

Aku.. mm.. gado gado aja deh mas sama minumnya susu kedelai anget ". Putus Febby akhirnya setelah melihat menu menu yang ada

Setelah menyampaikan apa yang di pesan kepada pelayan, Febby mengeluarkan ponselnya. Mengecek beberapa pesan dan bermain sosial media sambil menunggu pesanan datang. Setelah berapa lama ia bermain ponsel makanan datang, tapi laki laki itu tidak ada di sampingnya. Sepertinya ia terlalu fokus membalas pesan dari group temannya di whatsapp tadi sampai tak menyadari kepergian Verell

Loh Verell kemana mas Ardi? ".

Tadi pergi bentar katanya ". Jawab mas Ardi yang sedang membantu pelayan menata makanannya

Oh.. kalo gitu aku ke toilet bentar ya mas, mau cuci tangan ". Setelah berpamitan pada mas Ardi dan bertanya pada pelayan yang membawa makanan Febby pergi ke toilet yang berada di lantai 2. Setelah selesai cuci tangan Febby baru akan menuruni anak tangga sebelum matanya menangkap seseorang yang baru beberapa saat di kenalnya, laki laki itu berada di sebelah ruangan kamar mandi, ruangan kecil yang sepertinya tempat untuk sholat, mungkin pegawai restoran yang membuatnya untuk mempermudah ibadah mereka, atau untuk beberapa orang yang kebetulan makan. Laki laki itu menggerakan kepalanya ke kanan lalu ke kiri. Febby berdiri membelakanginya, tanpa sadar ia tersenyum memperhatikannya, entah berapa lama sampai akhirnya Febby menyadari laki laki itu berdiri dan memutar tubuhnya..

Loh Feb, lo ngapain disini. Mau sholat? ". Febby bisa melihat kekagetan dalam mata laki laki ini. Otaknya mendadak kosong tidak tau harus menjawab apa,

Gue.. gue abis cuci tangan di kamar mandi, gak sengaja liat lo disini ".

Oh.. ".

Ya udah gue turun duluan ya ". Tanpa mendengar jawaban Verell, Febby menuruni tangga dengan terburu buru, baru akan menuruni satu tangga kakinya tersandung pegangan tangga, membuatnya terhuyung kedepan, hampir saja ia jatuh kalo tangannya tidak cepat memengang pegangan tangga. Dengan cepat febby mendongak melihat laki laki itu menuruni tangga

lo ngapapa ". Suara laki laki itu terlihat cemas, Febby mengutuk dirinya yang terlihat bodoh di depan Verell

Gue gapapa ". Ia berusaha menegakan badannya dan mencoba tersenyum senormal mungkin, yang meskipun di rasakannya konyol

Mau gue bantu ". Suara itu kini berubah, ada senyum tawa di balik suaranya, yang sudah pasti menertawakan kecerobohannya

Gak usah, gue gapapa kok.. gue turun duluan ya ". Tanpa menunggu jawaban Verell, Febby langsung turun melewati Verell yang masih berdiri di tangga

***

Lampu jalan masih merah, terdengar bunyi klakson dari beberapa mobil di belakang. Jalanan masih terlihat padat.
Jam sudah menunjuk ke angka 10 malam, mereka masih belum sampai. Febby melirik laki laki di sebelahnya sekilas, laki laki itu sedang bermain ponsel. Ia jadi mengingat kejadian di restoran sejam yang lalu, tapi setelah bertemu di meja makan laki laki itu tidak membahas kejadian lantai 2 itu. Mas Ardi beberapa kali bercerita sesuatu. Febby sendiri lebih banyak diam dan menimpali sesekali jika di tanya. Sampai sekarang jika teringat kejadian itu membuat pipinya memanas menahan malu..
setelah menembus kemacetan 1 jam kemudian Febby sampai di rumahnya. Mas Ardi memutuskan untuk mengantarkannya lebih dulu. Baru mau mengambil handuk dan pergi mandi tersengar bunyi pesan masuk, terlihat nomer baru dengan teks pesan " Save ya ni nomer gue Verell.

Sorry kalo bahasa dan alurnya gak jelas. Masih belajar nulis 😁

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

If That DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang