PENDIDIKAN

188 3 0
                                    

Apa kabar Pendidikan saat ini? Jika kita mengira bahwa pendidikan adalah duduk diruangan yang dingin, melihat layar dari pantulan proyektor, dan jadwal yang entah darimana indikator penentunya, mungkin kita sedang belajar menjadi pekerja. Pendidikan secara umum adalah sebuah usaha untuk sadar akan wujud suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik agar aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan pengendalian diri, kepribadiam, kecerdasan serta keterampilan yang diperlukan masyarakat. Secara sederhana, Pendidikan adalah proses dimana peserta didik dapat mengerti untuk memahami dan membuat manusia lebih kritis dalam melihat objektifitas fenomena ataupun realita yang ada didalam masyarakat.

Secara garis besar Pendidikan terbagi menjadi dua yaitu :

1. Pendidikan Formal : yaitu pendidikan yang bisa didapat dengan mengikuti program pendidikan yang terstruktur serta terencana, seperti sekolah.

2. Pendidikan Non Formal : yaitu pendidikan yang dilakukan dengan aktivitas seperti biasa, dan tidak terstruktur dan terencana, seperti ruang diskusi, buku bacaan atau belajar dari pengalaman orang lain.

Lalu dimasa saat ini kita lebih cenderung mengikuti Pendidikan Formal yang sudah terstruktur serta terencana, namun ada hal yang mungkin kita lupa seperti tidak sedang mengikuti proses pembelajaran, tetapi lebih kepada disiapkan menjadi seorang pekerja yang harus lebih memahami bidang – bidang tertentu, dengan kata lain kita sudah diarahkan untuk mengikuti kemauan sebuah sistem pendidikan, dan hal itu sangat kontradiksi dengan hal yang diulas tentang pengertian pendidikan diatas.

Menurut Ki Hajar Dewantara selaku pelopor pendidikan Indonesia, pendidikan adalah tumbuhnya anak – anak, dengan tujuan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak itu, agar mereka sebagai anggota masyarakat dapat mencapai kebahagiaan setinggi – tingginya, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

Menurut Paulo Freire pendidikan adalah sebuah jalan pembebasan yang permanen, dengan tahapan dimana manusia menjadi sadar akan pembebasan mereka, dan kemudian melakukan proses tindakan kultural untuk membebaskan.

Muncul pertanyaan, apakah pendidikan yang kita jalankan saat ini sesuai dengan hasil penjabaran diatas?.

Pertama, pendidikan yang saat ini jika kita sadar kita sedang berada didalam monopoli pasar yang melibatkan kita sebagai re-generasi untuk keperluan tenaga – tenaga kerja mereka. Kurikulum yang selalu berganti mulai dari KTSP sampai K-13 adalah cara sang pemilik kebijakan untuk menyesuaikan situasi atau kondisi yang ada di lapangan kepada pasar.

Kedua, pendidikan saat ini menekankan untuk mengikuti secara mutlak materi yang diberikan oleh pengajar, dalam arti lain pengajar seperti sedang menuangkan air kedalam gelas yang kosong tanpa memperhitungkan volume dari gelas yang ada, sehingga air yang dituang melebihi kapasitas volume gelas. Pengajar tidak melihat potensi apa yang dimiliki oleh peserta didik, sehingga sering kali peserta didik jenuh dan tidak memahami materi yang diberikan.

Ketiga, pendidikan saat ini tidak membebaskan peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya, sehingga kerap terjadi peserta didik merasa tidak berani mengeksplorasi kemampuan dirinya dikarenakan tidak adanya ruang – ruang diskusi dalam kelas.

Dan yang Keempat, pendidikan saat ini lebih fokus kepada angka atau nilai, sehingga yang terjadi jiwa sosial peserta didik minim, peserta didik lebih sering bekerja individual untuk kepentingan nilai pelajarannya sendiri. Sedangkan jika kita melihat jauh kebelakang pada saat zaman komunal primitif, manusia bekerja dengan bersama – sama atau yang lebih kita kenal sistem kerja gotong royong.

Apa sebenarnya yang salah pada penerapan proses pembelajaran saat ini?

Penerapan konsep pembelajaran yang digunakan oleh para pengajar saat ini adalah konsep pedagogi yaitu seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak. Maka secara alami tentang diri peserta didik ia tidak akan mandiri dalam berfikir, karena selalu bertumpu kepada penjelasan oleh sang guru. Pada tahap pengalaman peserta didik yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan besar, hanya berguna untuk pada saat diawal. Sedangkan pengalaman yang sangat besar manfaatnya bergantung pada sang guru, karena cara yang digunakan berupa ceramah, tugas baca dsb. Selanjutnya pada tahap kesiapan belajar, peserta didik mendapatkan tekanan yang besar karena adanya perasaan takut gagal, sebab seseorang harus siap mempelajari hal yang dikatakan oleh masyarakat. Dan pada tahap orientasi belajar, peserta didik menyadari bahwa pendidikan adalah suatu proses penyampaian ilmu pengetahuan, dan mereka memahami bahwa ilmu-ilmu tersebut baru akan bermanfaat di kemudian hari. Kelemahan pedagogi sendiri adalah peserta didik yang memiliki keunikan, memiliki minat dan bakat tidak akan berkembang, dan juga tidak dapat mengeksplorasi wawasan pribadinya.

Namun apakah pedagogi yang selama ini dijalankan relevan untuk diterima oleh peserta didik? Menurut saya tidak. Lalu konsep yang bagaimana yang relevan?

Kita melihat konsep pembelajaran yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara dimana beliau membuat sebuah semboyan Ingarsa sung tulada, Ingmadya mangun karsa, Tut wuri handayani, yang artinya dari depan memberikan teladan, dari tengah memberikan semangat, dan dari belakang memberikan dorongan. Hal ini sangat relevan jika kita ingin melihat potensi yang dimiliki oleh SDM yang ada pada proses pembelajaran, seorang peserta didik akan lebih bebas mengembangkan potensi dirinya, kemudian peserta didik akan lebih berani mengeksplorasi kelebihan dirinya.

Konsep pembelajaran ini sesuai dengan konsep Andragogi yang artinya membimbing dan membina. Setiap individu memiliki irama yang berbeda – beda untuk mengeksplorasi dirinya, dan secara otomatis peserta didik akan lebih mandiri dalam proses berfikir. Pada tahap pengalaman, peserta didik akan belajar dari pengalaman yang sebelumnya pernah dilewati dan sangat bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Pada tahap kesiapan belajar, peserta didik akan lebih siap mempelajari sesuatu dengan mempelajari hal tertentu untuk dapat memecahkan sebuah masalah. Dan pada orientasi belajar peserta didik menyadari bahwa pendidikan merupakan suatu proses peningkatan pengembangan kemampuan diri untuk mengembangkan potensi yang maksimal dalam hidupnya. Kelemahan andragogi sendiri salah satunya adalah bahwa bagaimana mungkin seorang siswa yang tidak terlalu memahami tentang luasnya ilmu kemudian dibebaskan memilih apa yang mereka sukai, kemudian seolah sistem andragogi hanya sebagai suatu sistem yang mengembirakan siswanya saja dan melupakan untuk tujuan apa sebenarnya sebuah pendidikan itu dilakukan.

Hal itulah yang sebenarnya selama ini kita harapkan pada sistem pembelajaran di Pendidikan Formal, namun tidak pernah kita rasakan didalam kelas. Kita lebih merasakannya pada Pendidikan Non Formal seperti ruang – ruang diskusi, forum – forum organisasi dsb. Lalu Pendidikan yang bagaimana menurut pembaca lebih relevan untuk digunakan pada proses pembelajaran? Baik di sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, maupun perguruan tinggi sekalipun. Jika kita inginkan Sumber Daya Manusia yang visioner untuk perubahan, maka kita paham konsep mana yang seharusnya dipakai oleh sistem pendidikan.

Apa Kabar Pendidikan saat ini?Where stories live. Discover now