Eri dan Eli

1 0 0
                                    

Aku memiliki 2 teman dekat. Mereka bernama Eli dan Eri. Mereka sangat menyayangiku, akupun demikian. Mereka selalu berada di sampingku dan menemaniku disaat dunia mulai keras kepadaku, disaat emosiku melemah dan disaat emosiku meledak-ledak hampir tak terkendali.

~~

Aku memiliki 2 teman, mereka selalu muncul di hadapanku dalam keadaan tidak terduga. Mereka selalu menarik tanganku mengajakku ke persembunyian mereka yang saat ini menjadi persembunyianku juga setelah lemari coklat besar di kamar dekat tangga menuju lantai 2. Aku menyukai persembunyian baruku ini, karena begitu luas dan nyaman, di dalamnya aku bisa bebas melakukan hal yang menyenangkan bersama dua temanku ini. Kami selalu bercerita hal menarik dan menyenangkan tentang pengalaman kami, bermain kejar-kejaran, dan melompat-lompat. Kamar ini tidak begitu luas  dan juga tidak bisa terbilang sempit, namun cukup untuk kami berlari-berlari memutari 1 sofa berwarna hijau di tengah ruangan.

~~

Suatu ketika, ayahku memarahiku karena aku tidak ingin pergi kursus bahasa inggris, bukannya aku tidak ingin, aku hanya mudah merasa bosan dengan belajar setiap hari, apalagi dengan teman-teman kelasku. Mereka selalu tersenyum di hadapanku, tetapi ketika aku tidak berada di dekat mereka, mereka selalu menjelekkanku, mengatakan hal yang tidak benar soal diriku. Oleh karena itu aku tidak ingin pergi ke tempat kursus lagi. Tapi ayahku tidak mengerti soal itu. Semenjak Ibu pergi meninggalkan kami bertiga, aku, ayah, dan kakak laki-lakiku. Keadaan rumah kami menjadi terkesan dingin dan kaku. Ayah jadi sering mudah marah dan berkata keras kepada kami, namun aku yang paling kena dampaknya, kakakku, Erik hanya di rumah sebulan 2 kali, karena Ia harus bersekolah jauh di luar kota. Jadi hanya aku dan ayahku di rumah. Aku sering berada di kamar, keluar kamar hanya saat mengambil makan, mandi, dan membereskan rumah. 

Di siang hari, aku merasa perutku lapar sekali karena semalaman aku lupa untuk makan karena lelah seusai mengikuti latihan dance untuk perlombaan sekolah tingkat smp, oleh sebab itu sesampainya di rumah aku langsung tertidur sampai siang hari. Ku menyiapkan 1 bungkus mie dan 1 butir telor untuk dimasak, setelah matang, tercium aroma bumbu mie yang tercampur dengan mie, aroma kuatnya menusuk ke lubang hidungku "Ah ini membuatku sangat lapar", saat kutuang mie ke dalam mangkok, posisi mangkok yang dekat dengan ujung meja bergeser akibat tekanan air panas dari mie, akhirnya "PYARR!" mangkok yang berisikan setengah dari mie terjatuh ke lantai, ayah yang tertidur di ruang tamu terkejut dan berlari ke dapur, melihat lantai dan mangkok kaca yang pecah, membuatnya marah kepadaku "ARRA!"suara kerasnya membuatku tersentak. Aku hanya bisa terdiam kaku saat itu. Tiba-tiba, ..

"Arra kemari!" kemunculan Eli di belakang ayahku, membuatku mataku terbelalak melihatnya, lalu seseorang menarik tangan kananku, ku menoleh "Eri?" Eri yang menarikku perlahan menundukkan kepalanya membisikkan "jangan menangis" ugh hembusan nafasnya membuat telingaku panas, tangannya yang kuat menarikku keluar dari dapur, . Kemudian aku mengikuti ajakan mereka berdua pergi meninggalkan rumah menuju teras belakang, ntah mengapa raihan tangan dan ajakan mereka membuat hatiku menjadi tenang, degupan jantungku perlahan-lahan mengikuti ritme normal, aku tersenyum menatap punggung mereka yang bercahaya itu seraya berkata"terimakasih".

Their PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang