POS| That Love

24 10 19
                                    

Bang Galen enggak pernah pacaran. Aku tau, karena dulu Bang Galen kerjaannya cuma nge-band. Main gitar seharian atau baca komik series conan dari pagi sampai tepar molor lagi, mana ada yang mau jadi pacarnya.

Aku sempat kesal karena Bang Galen enggak pilih calon istrinya sendiri. Akan lebih sempurna kalau mereka menikah karena saling mencintai kan? tapi melihat Kak Maira hari ini, Bang Galen emang enggak boleh nolak.

"Bengong!"

"Bunda ngagetin aja,"

"Kenapa liatin Kak Mai begitu?"

Aku melirik Kak Mai yang juga melihat kearahku. "Kayaknya Kak Mai cinta pertama Bang Galen ya, Bund?"

Bunda melempar pandangannya pada Kak Mai yang masih memotong wortel dengan telaten.

"Ih, anak Bunda sok tau! emang cinta itu apa?"

Eh, apa ya? sering banget teman-temanku ngomongin tentang cinta pertama. Tapi kalau ditanya begini bingung juga jawabnya.

"Cinta itu ... berarti rasa sayang. Rasa sayang yang membuat kita ingin selalu sama-sama. Jadi, kita rela melakukan apapun agar tetap bersama yang kita cinta."

"Jadi, cinta pertama Zizi siapa nih?" tanya Kak Mai yang kini sudah ada disampingku.

Aku tersenyum lebar menatap paras Kak Mai yang cantik.

"Cinta pertama Zi, Ayah dan Bunda, Kak. Soalnya Zi sayang sama mereka dan enggak mau pisah. Maunya sama-sama terus."

Kak Mai dan Bunda tertawa mendengar jawabanku. Eh, aku serius loh. Ya meskipun ada yang enggak aku ceritain sih. Si kakak kelas yang aku taksir waktu baru masuk SMA. Tapi enggak sampai ingin sama-sama terus.

"Tapi Bunda enggak mau loh ya saingan sama Allah,"

"Maksudnya?"

"Kalau kamu lebih cinta Bunda daripada Allah, itu namanya musyrik,"

"Kok gitu Bunda?"

"Karena yang harus kita utamakan itu Allah dulu, Allah lagi, dan Allah terus. Jadi, Zi harus utamakan Allah, ya,"

"Zi pernah dengar uhibbu ummi fillah?"

"Ah, gombalan anak cowok di kelasku itu, Kak,"

"Harusnya bukan gombal. Tapi memang wajibnya begitu."

RAWS FESTIVAL: The Yellow ZinniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang