Prolog

46 2 2
                                    

Gadis kecil berambut cokelat itu berlari-lari kecil disekitar cafe sembari tersenyum manis.

Terlihat bahagia. Aurora Xaquila Mahendra, putri tunggal dari Natasha Ray dan Aditya Mahendra itu tersenyum menatap ibunya, Natasha, yang juga tersenyum kepadanya.

"Aurora!! Kemari sayang." Ucap wanita cantik itu.

"Mami, Rara mau itu!"

Gadis berkuncir kuda itu menunjuk ke seseorang penjual balon yang berada di depan cafe.

"Iya sebentar ya Ra, mami mau ambil uang dulu di kantor."

Karena tak sabar menunggu ibunya yang sedang sibuk, Aurora berlari sendirian ke arah si penjual balon.

"Mau itu ..." Ucapnya dengan suara khas anak kecil.

"Mau yang mana cantik?" Suara bariton seseorang memecahkan keantusiasan gadis kecil itu.

Aurora kecil menunjuk balon berbentuk panda yang lebih besar dari tubuhnya. Dan gadis kecil 3 tahun itu sangat senang mendapat balon yang diinginkan nya.

"Makaci om."

Lelaki itu tersenyum lalu mengusap sayang rambut gadis itu.

"Om ganteng makaci ya." Ucap Aurora kembali menatap pria itu yang menggandeng tangan nya.

"Sama-sama, cantik. Ayo om anter ke mama kamu."

"Om ganteng kenal sama mami?"

"Iya, dia.... Sahabat om, dulu."

Rexy.

Dengan susah payah lelaki itu mengatakan bahwa Ray adalah sahabatnya. Hanya sahabat.

Lelaki 28 tahun itu telah sembuh dari penyakitnya. Setiap malam dia selalu mendengarkan rentetan kisah yang tertutur dari kakaknya. Tentang bagaimana Ray berusaha mempertahankan nya atau bagaimana cara Rexy menyakiti Ray dan mengusir nya dari hidup nya.

"Aurora!!" Suara itu membuat gadis cantik itu menoleh.

Ray mengernyitkan dahinya menatap sosok yang sedang menggenggam tangan putri semata wayangnya itu.

Degg...

Ray sangat membenci hari ini. Hari dimana dia bertemu kembali dengan perusak hidupnya, trauma nya dan seseorang yang menghancurkan semua impiannya.

Ray menahan sesak di dadanya dan desiran hebat disana.

"Mami... Ini om-,"

"Ayo pulang Aurora!!" Bentak Ray.

Tanpa banyak bicara wanita itu menyeret tangan Aurora dan membawanya masuk ke dalam mobil. Sementara Aurora hanya diam menahan tangisnya karena takut melihat maminya yang tidak seperti biasanya.

"Ma..." Suara kecilnya menetralkan kemarahan Ray yang membuncah.

Ray membuang nafasnya. Mencoba menetralisir rasa itu yang terus saja mengaduk-aduk isi hatinya.

"Aurora kan sudah mami bilang kalau ketemu orang gak kenal jangan mau diajak bicara. Apalagi dibelikan balon. Mami bisa kok beliin Aurora 1000 balon lagi kalau mau." Terang ibunya.

"Tapi tadi om ganteng bilang kalau mami temannya."

"Mami... Mami nggak kenal dia Aurora."

Gadis kecil itu diam. Entah apa yang dipikirkan olehnya, dia hanya menggoyang-goyangkan balonnya.

Ray mengusap wajahnya frustasi. Kenapa dia kembali datang jika kedatangannya hanya menimbulkan luka baru?


***

Selamat menantikan part selanjutnya guys!!

UNFORGOTTENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang