1

11 1 0
                                    

                           Sepasang mata elang milik Frans menyapu segala penjuru aula sekolah. Ia mencari seseorang yang selalu ia pikirkan akhir-akhir ini. Sudut matanya menangkap gadis mungil yang tengah berbincang dengan kawan-kawannya. Rambutnya lurus sebahu, senyumnya manis ditambah satu lesung pipit di pipi kirinya. Frans segera menghampiri gadis itu.

                          "Reta," panggilnya pelan tapi penuh penekanan. Yang dipanggil menolehkan kepalanya dan mata mereka saling bersitatap sesaat. Sedetik kemudian, Reta membuang mukanya. Teman-temannya yang mengerti situasi tersebut bergegas meninggalkan dua sejoli itu di aula. Frans menggenggam kedua tangan Reta. Sedangkan Reta membuang napas lelah.

                          "Kamu mau apa lagi, hah? Aku tuh dah capek sama kelakuan kamu," keluh Reta berusaha melepaskan genggaman tangan Frans. Tapi Frans semakin mengeratkan genggamannya. "Maafin aku, dari kemarin kan aku bilang, gak bisa jalan sama kamu soalnya aku berkunjung ke padang rumput, masa gitu aja marah?" Frans mencoba menjelaskan. Ia tidak ingin kehilangan untuk yg kesekian kalinya. Hatinya serasa patah berkali-kali.

                            Reta menghela napas.Lagi. Kelihatannya dia benar-benar sudah capek dengan kelakuan Frans. " Kamu ngunjungin siapa sih, disana? Mau ketemu siapa?" tanya Reta pelan. Ia berharap Frans menjawabnya. Tetapi, yang didapatinya hanya gelengan kepala Frans. Lagi. Dulu Reta sempat menanyakannya apa alasan Frans selalu berkunjung ke padang rumput setiap seminggu sekali. Tapi jawaban yang selalu ia dapatkan hanya gelengan.

                           Sorot mata Reta menyiratkan lelah. Ia masih belum bisa mengerti perasaan Frans. "Aku mau kita putus," ucap Reta akhirnya. Frans menatap lekat gadisnya. Ia masih belum bisa menerimanya. Baginya, ini hanya masalah sepele, tapi kenapa harus dibesar-besarkan?

                           Genggaman Frans melemah. Ia sudah tak bisa berkata apa-apa lagi. Memang takdirnya untuk ditinggalkan berkali-kali. Betapa malangnya ia. Sepergiannya Reta, Frans terduduk lemas di tengah aula yang sudah sepi itu. Sekali lagi,ia memaki Tuhan. Untuk apa hati ada jika selalu disakiti berkali-kali? Frans mengutuk hatinya yang terlalu lemah kepada wanita. Mengapa hatinya tidak terbuat dari baja saja? Agar jika ada yang menyakitinya tidak akan terasa sama sekali. Frans ingin menangis.Matanya memerah. Menurutnya, lebih parah sakit hati daripada sakit di seluruh badan.

                          "Hei," sapa seseorang menepuk pundaknya yang bergetar karena isakan yang tertahan. Jika seorang lelaki sudah menangis,itu tandanya hatinya benar-benar rapuh.  Frans mendongakkan kepalanya. Seorang cowok beriris mata hijau dengan perawakan kurus seperti kekurangan gizi. Tersenyum menenangkan. "Hei bro, bangkitlah. Masa gara-gara cewek lo mewek gini? Alay lo," ejeknya pada Frans yang masih tertegun melihatnya. Sedetik kemudian Frans tersenyum kikuk. "Eh, ya gimana lagi namanya aja sayang,kan?"

                           "Sayang ya diperjuangin lah bro! Jangan nangis aja kek cewek."

                           "Ya, gimana ya...."

                           "BTW, nama lo?" tanya Frans melirik ke arah seragam yang seharusnya terdapat badge nama.

                           "Pintar juga lo mengalihkan pembicaraan," sahutnya sambil tersenyum smirk. Frans menaikkan alisnya satu."Nama gue, Michael. Michael Renodya Palazo," jawabnya.

                           "Palazo? Kek merek tas ?" olok Frans terkekeh. Michael memasang raut datar. "Lo orang keseribu yang bilang gitu," sungutnya. "Michael? Michael Jackson apa? Tampang lo beda banget kali," ejek Frans lagi. Kali ini ia tertawa ngakak. "Garing banget sih candaan lo," Michael merengut. "Lo orang kesekian yang bikin gue muak."

                           Wajah Michael tertekuk. Ia sama sekali tidak suka namanya jika direndahkan. Rasanya ingin ganti nama saja. Frans menghentikan tawanya saat seorang cewek berambut ikal tiba-tiba menarik tangannya kasar."Lo apa-apaan?!"

                           Cewek itu mendengkus. Menoleh sekilas dengan wajah yang dipenuhi kemarahan. Sedetik kemudian ia melanjutkan menarik Frans keluar aula. Tenaga cewek itu kuat hingga bisa menarik Frans menjauh dari Michael. Sedangkan Michael hanya melongo menatap kepergian mereka."Siapa cewek itu ya? Familiar," gumamnya seorang diri.

                                                                            ***                

I won't be silenced
You can't keep me quiet
Won't tremble when you try it
All I know is I won't go speechless
'Cause I'll breathe
When they try to suffocate me
Don't you underestimate me
'Cause I know that I won't go speechless


                  Kayla bersenandung seraya membersihkan mansion nya yang ia tinggali seorang diri. Kesunyian yang ada di mansionnya ini membuatnya kesepian. Tak ada seorang pun disini kecuali dirinya. Terkadang ia sedih, mengapa orang tua angkatnya diambil Tuhan secepat ini. Ia masih ingin bersama mereka yang telah memberikan seluruhnya. Kayla merasa sendiri.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 21, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ShiawaseWhere stories live. Discover now