Dia

15 5 2
                                    

"Buka matamu, jangan biarkan mereka menunggumu terlalu lama."

Ku kerjapkan kedua mataku, menyesuaikan cahaya yang ada di sekitar, hal pertama yang ku lihat untuk pertama kali adalah ruangan yang didominasi warna putih, bau obat-obatan masuk ke indra penciumanku, alat bantu pernafasan bertengger di wajahku, tak lupa juga selang infus yang melekat di tangan kiriku, ruangan begitu sunyi hanya terdengar suara monitor yang tak jauh dariku, ku coba mengingat kejadian apa yang membuatku berakhir di sini, sial! aku tak mengingat apapun yang terjadi sebelumnya, apa aku amnesia? tidak, buktinya aku mengingat namaku juga orang terdekatku, tapi mengapa aku tak mengingat kejadian terakhir sebelum aku berakhir di tempat yang selalu aku hindari.

Dapat kulihat dari jendela ruang rawatku, hujan turun dengan derasnya, namun netraku menangkap sosok lelaki berbaju putih bersih tengah menatapku dengan senyum manis di bibirnya, dia berdiri tak jauh dari ranjangku, wajahnya tak asing bagiku dan senyumnya membuat hatiku menghangat, tapi, siapakah lelaki tersebut? dan dimana aku melihatnya? Oh Tuhan, teka-teki apa lagi ini?

"Tidak usah berfikir siapa aku dan dimana kita bertemu? jalanilah hari-harimu seperti biasa, tak usah mencari tahu bagaimana kau bisa berakhir disini? Ingat! Aku selalu mengawasimu dari jauh, dan tiba saatnya nanti kau akan tahu apa yang telah terjadi." Seakan tahu isi pikiranku dia menjawab semuanya meski membuatku penasaran. Dia menghilang begitu saja sebelum aku membuka suara.

"Selamat datang kembali Alvira Adina, kau telah melewati tidur panjangmu dengan baik, maaf terlambat menyambutmu."

Aku menyusuri setiap sudut kamar mencari asal suara tersebut. Nihil, tak ada seorangpun di sini selain aku.

"Syukurlah kamu sudah sadar." Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Saya periksa kondisimu dulu, apa ada yang sakit?"

"Tidak." Hanya itu yang terucap dari bibirku, aku masih berusaha untuk mengingat kejadian sebelum aku terperangkap di ruangan yang penuh dengan aroma obat-obatan.

Aku hanya ingat, waktu itu aku pergi berdua dengan kakakku menaiki motor, hanya itu yang mampu ku ingat, dan anehnya aku ingat kehidupan masa kecilku hingga remaja, lalu kenapa aku tak mengingat kejadian setelah aku dan kakakku keluar dari rumah.

Ngomong-ngomong dimana kakakku sekarang? jika aku berada di sini berarti kakakkau juga di sini, bagaimana keadaannya sekarang? apakah dia baik-baik saja atau bahkan dia.... Tidak, aku yakin kakakku pasti baik-baik saja sekarang, aku harus menemuinya sekarang, siapa tahu kakakku bisa membantuku mengingatnya.

"Dok, dimana kakakku sekarang?" Aku langsung menanyakan tanpa banyak basa-basi.

"Kakak? Dapat ku lihat wajah kebingungan dari dpkter tersebut.

"Iya, dimana kakakku?" tanyaku sekali lagi, berharap semoga keadaannya baik-baik saja.

"Aku tidak melihat orang lain, selain dirimu." Penjelasannya membuatku bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi? lalu bagaimana bisa hanya aku yang dibawa kesini? dan kemana kakakku? apa pikiranku telah berbohong, bohong dengan kenyataan yang sebenarnya.

"Dimana ayah dan bunda ku?"

"Entahlah, sudah 2 bulan kamu dirawat tak ada seorang pun yang datang menjengukmu." Sekali lagi aku dibuat bingung dengan kehidupanku sekarang.

Kehidupan macam apa ini? mengapa semakin kesini aku dibuat tak mengerti dengan keadaan sekarang. Dan lagi, apa ayah dan bunda sudah tak perduli lagi denganku, sampai-sampai aku harus berjuang sendiri selama ini.

*
*
*

Sunyi, kata itulah yang tepat untuk menggambarkan suasana di koridor rumah sakit, seakan-akan hanya ada aku yang berada di sini, mengapa aku berfikir begitu? ya, karena sejauh ini aku tak bertemu dengan pasien atau pegawai di rumah sakit seperti biasa, eits tunggu dulu, jika aku menggambarkan tak ada orang yang kutemui itu salah, tadi aku sempat bertemu dengan suster di depan ruang tempatku dirawat, itupun hanya dia yang ku temui.

Setelah berjalan cukup jauh aku sampai di pintu keluar rumah sakit yang menurutku aneh, tepat saat aku melangkahkan kakiku keluar suara sosok itu kembali mengganggu indra pendengaranku.

"Jangan pernah melihat kebelakang apa pun yang terjadi, ingat itu!"

Setelah suara tersebut hilang bulu kudukku meremang, ku langkahkan kakiku dengan cepat, sebenarnya aku penasaran dengan sisi luar gedung rumah sakit tapi, karena suara sosok yang pernah ku lihat setelah aku sadar mengingatkanku untuk tidak melihat kebelakang, tapi rasa penasaran membuatku nekat, sebelum aku melihat kebelakang suara sosok tersebut kembali menginstrupsiku.

"Ck, sudah ku ingatkan bukan, jangan melihat kebelakang jika kau ingin selamat."

"Sebenarnya siapa kamu? Kenapa aku harus menuruti perkataanmu?" tanyaku sambil mencari keberadaan sosok tersebut.

"Tak usah mencariku, kau sudah melihatku bukan? tapi kau pura-pura tidak melihatku agar kau bisa melihat bangunan di belakangmu bukan?"

Skakmat

Ucapannya benar-benar membuatku bingung, apa sosok di depanku ini bisa membaca pikiranku atau hanya menebak? gagal sudah usahaku untuk melihat bangunan tempatku dirawat.

"Aku akan membantumu."

Holla
Gimana nih ceritanya? Ada yang penasaran atau biasa aja?
Aku harap kalian penasaran sih

Jangan lupa voment ya
Sampai jumpa di bab selanjutnya



Jangan PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang