Siapa dia?

9 2 0
                                    

"aku akan membantumu."

"Gimana cara kamu bantuin?, aku aja gak bisa liay kamu."

Aku heran dengan manusia satu ini, eh ralat maksudnya makhluk satu ini, bilang mau batu tapi gak nunjukin wajahnya, ya gimana aku bisa tahu dia bantu atau enggak.

Langkahku terhenti setelah menyadari, aku bukan lagi berjalan di jalan raya melainkan sebuah hutan dengan pohon-pohon yang menjulang tinggi menutupi cahaya matahari, satu pertanyaanku, bagaimana bisa aku berada di hutan?

"Kenapa berhenti?" Dia bertanya seolah-olah tak menyadari tempat dia berpijak, aku lupa, diakan gak napak tapi, menghilang.

"Menurut kamu?" Aku ingin sekali memukul wajahnya tapi sayang aku tak tahu dimana dia.

Aku kembali melangkahkan kakiku, meninggalkan dia dan segala ocehannya, aku tak tahu lagi kemana tujuanku yang pasti aku hanya mengikuti kemana kakiku melangkah, semakin aku masuk ke dalam hutan suasana jadi mencekam, suara dia pun menghilang sejak beberapa menit yang lalu.

"Kumohon jangan pergi." Suara itu, suara yang amat familiar untukku, suara yang kucari sejak aku membuka mata untuk pertama kali, aku melihat sekeliling namun nihil, yang kulihat hanya pepohonan yang menutupi cahaya matahari.

"Kak! Kakak dimana?!" teriakku sambil berlari mencari dimana kakakku berada.

Aku terus berlari tak perduli dengan akar-akar yang mencuat keluar, tak perduli dengan luka goresan di tangan akibat daun-daun yang tajam. Bukannya menemukan kak Kevin aku malah tersesat, aku duduk di bawah pohon besar, dapat kurasakan cairan bening mulai membasahi pipi.

"Cengeng."

"Hey, jangan nangis." Lagi-lagi suara kak Kevin masuk ke indra pendengaranku.

"Al, jangan nangis." Dia menarikku, dia memelukku membiarkan baju yang di kenakan basah karena air mata, mengusap punggungku berusaha menenangkanku, tangisku baru berhenti setelah dia mengucapkan rentetan kalimat yang membuatku bingung.

"Maaf, maaf karena telah membawamu ke duniaku." Aku diam, mencerna kalimat yang diucapkan dia.

"Buat apa kamu minta maaf?" Dia menghela nafas panjang, dan memelukku semakin erat, seolah-olah aku hanya selembar kertas yang kapan saja bisa terhempas oleh angin.

Sebelum dia menjawab pertanyaanku, suara binatang buas terlebih dahulu mengaum tak jauh dari aku dan dia berdiri. Aku panik, ingin segera menjauhi tempat ini tapi, dia malah enggan melepasku, aku mendongak menatap wajahnya yang tak ada sekalipun raut takut di wajahnya, dia juga menatapku memberikan senyuman manis seperti saat pertama aku melihatnya, aku hanyut dalam tatapan matanya yang menenangkan, sampai-sampai aku tak sadar jika binatang buas tadi melewati kami begitu saja.

"Jangan memandangku seperti itu, nanti malah cinta kan repot," ucapanya membuatku tersadar, aku sukses dibuat menganga karena tempat ku berpijak sekarang bukanlah hutan dengan pohon yang mejulang melainkan sebuah tempat dengan bunga-bunga berbagai jenis tersusun rapi juga danau kecil yang berada di tengah taman.

Ini mimpi atau nyata? tapi, kalau nyata bagaimana aku bisa berada di sini? aku ingin menanyakan pada dia, tapi cowok yang tadi memelukku telah jauh melangkah meninggalkanku, aku berlari kecil kearah dia.

Sebelum aku sampai di tempat dimana dia berdiri, cahaya terang lebih dulu mengalihkan pandanganku, lama-kelamaan cahaya itu semakin terang, membuatku memejamkan mata dari kilauannya.

*
*
*

Kini aku tak lagi berdiri di tengah-tengah taman yang penuh akan bunga, aku berdiri tepat di depan sebuah banguanan yang terlihat tua, daun kering berserakan dimana-mana, tumbuhan mulai menutupi sebagian bangunan, juga ada ayunan tua yang terbuat dari papan kayu yang diikat dengan tali tambang dan di gantung pada pohon besar dekat aku berdiri sekarang.

Aku heran, bagaimana aku bisa berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan tenggang waktu yang singkat? aku juga tak melihat dia di sini, apa dia yang membawaku ke tempat ini? jika iya, dimana dia sekarang? apa dia meninggalkanku di tempat yang tak ku ketahui sama sekali atau ada orang lain yang membawaku ke sini?

"Tolong!" Aku menatap sekeliling untuk mencari sumber suara, begitu aku menemukan sumber suara itu, mataku terbelalak melihat adegan yang ada di depan mataku, tubuhku serasa kaku begitu melihat hewan yang menutku aneh memiliki postur tubuh yang besar juga bulu rambut yang menyelimuti seluruh bagian tubuhnya kecuali bagian wajah menurutku lebih mirip dengan gorila bedanya hewan ini memiliki telinga yang lebar seperti gajah juga mata yang seluruhnya hitam, hewan itu berdiri kokoh dengan rahang terbuka siap menerkam mangsa yang ada di depannya, matanya terus menatap mangsa tanpa berkedip, tangannya mencengkram mangsanya begitu kuat siap meremukkan tulang-tulang yang tersusun rapi di dalam tubuh mangsanya.

Otakku memerintah untuk lari tapi, hatiku memerintah untuk menolong cowok yang berada dalam genggaman hewan tersebut, inilah yang membuatku bingung otak dan hatiku sama-sama menyuarakan pendapat yang berbeda, membuatku ragu untuk melangkah, dan yang kulakukan sekarang hanyalah memilih menolong atau lari, jika aku menolong sama saja menyerahkan nyawaku dengan suka rela, jika aku lari dapat di pastikan nyawa cowok dalam genggaman hewan tersebut akan melayang, lalu apa yang harus kulakukan?

"Turuti saja apa kata hatimu."

"Berarti aku harus nolong dia. Gak, gak yang ada nanti aku malah mati konyol lagi tapi, dia juga bisa mati kalau aku gak nolongin. Emang gakbada orang lain apa?"

"Gak ada, cuma kalian berdua yang ada di sini."

"Berdua? emang kamu bukan orang gitu?"

Apa maksudnya berdua? jelas-jelas dia (sosok yang selalu muncul dan menghilang tiba-tiba) juga orang, apa jangan-jangan bukan manusia tapi.... Gak! aku gak boleh nebak sesuka hati.

"Aku memang bukan manusia."


Gimana nih udah bab kedua? Makin penasaran atau makin gak mudeng sama alurnya?

Gak tahu lagi lah, idenya ngalir gitu aja, awalnya sih ceritanya gak gini tapi, gak tahu kenapa tiba-tiba jadi gini.

Bye
Makasih loh yang udah mau ngeluangin waktunya buat baca cerita ini.

Sampai jumpa di bab selanjutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jangan PergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang