"Cape ya, berjuang. Tapi cuma sendirian."
Ada beberapa hal yang menjadi alasan untuk tetap tinggal dan menetap. Untuk tetap berjuang dalam kebahagiaan.
Banyak.
Awalnya. Hingga sebuah kalimat yang mematahkan harapan dan angan yang menjadi alasan tersebut.
Kamu bilang, "yang saya rasa masih sama kaya dulu, saya sayang tapi gak lebih dari batasan teman."
Sakit sih, tapi logika sangat membantu untuk berjalan. Merangkak dari hempasan yang seketika menyesakan.
Begini ya tertolak, begini ya jatuh tapi sendirian, begini ternyata?!.
Semua berkecamuk, gelisah, sedih, luka, kecewa, sampai rasa hampa yang semakin kentara.
"maaf, saya gak maksud bikin kamu baper. Saya sayang kamu tapi ya galebih. Kalo kamu nganggep lebih, ya itu urusan kamu. Kamu salah berharap lebih ke saya, mending kamu cari yang lebih bisa mengerti kamu".
Kadang, gak semua yang menjadi keinginan bisa kita dapatkan.
Gak semua yang awalnya bersama akan berakhir kebersamaan. Gak semua!.
"kamu kalau mau benci saya juga, gapapa kok Nar. Wajar."
Saya tersenyum, saya tidak harus membenci. Hati saya memang benar-benar telah patah malam ini. Bahkan dimalam yang sebentar lagi memasuki penutup tahun yang seharusnya menjadi penutupan yang indah. Tapi walau begitu, sepatah apapun hati saya, bagaimana bisa membenci orang yang selama ini saya cintai
Saya memang benar-benar tidak seharusnya membenci, tidak. Orang yang berbicara didepan saya kini tidak salah. Yang salah, hanya perasaan saya yang tanpa sopan santun tumbuh dan berkembang tanpa bisa saya halau.
Ya saya, Narua yang bersalah.
"Gak kok, tenang aja. Saya gak bakal benci cuma gara-gara ini. Kamu gak salah, saya yang gak bisa kontrol atas diri saya sendiri." saya menatap pria di depan dengan senyum yang benar-benar tulus.
Perasaan saya tidak main-main. Saya serius. Perasaan ini juga sudah terlampau dalam. Tapi, semua terpatah malam ini.
Masih sulit mempercayai bahwa kalimat terakhir yang didengar tiga menit yang lalu merupakan kalimat 'selamat tinggal'. Makna bahwa apa yang telah saya rasakan harus segera saya tuntaskan.
Sedih ya begini, jatuh cinta, berjuang, tapi sendirian.
Tidak ada yang benar-benar mengenakan tentang patah hati.
Gara, dan segala pesonannya telah hilang dihadapan saya sejak detik dimana Gara memutar tubuhnya meninggalkan saya yang telah berhasil dia patahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanita Dan Semua Yang Mereka Rasa
Teen FictionTerlalu banyak aksara yang tercipta hingga lupa artinya bahagia