1

17 3 3
                                    

"Sebuah artikel memuat berita tentang Dita Dyliascara yang merupakan putri tunggal dari Burhan Dyli salah satu pengusaha sukses dikota ini. Artikel tersebut bercerita tentang Dita yang menggunakan pakaian yang dianggap kurang sopan oleh Netizen.........”

Seorang gadis dengan rambut sebahu mematikan Tv, kemudian menghempaskan tubuhnya dengan keras ke sofa abu-abu yang di depan tv. Gadis itu tak lain adalah Dita. Gadis yang baru saja menjadi bahan pembicaraan di tv yang baru saja dia saksikannya.

Tap tap

Terdengar suara langkah kaki memasuki ruang keluarga, dimana dia berada sekarang.

“kenapa segala hal yang Dita lakukan harus di publish?”

“Kamu tidak akan mengerti, jadi biarkan saja” sarkas pria paruh baya yang baru saja memasuki rumah. Yang tak lain adalah Burhan Dyli, ayah Dita.

“Tapi Dita tidak suka, Ayah?!” Dita setengah berteriak seraya bangkit dari tempatnya.

Burhan kemudian berlalu dan tidak memperdulikan teriakan Dita. Ia berjalan dengan santainya sambil melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya.

“Dita muak Ayah!” Dita berteriak lebih keras lagi dari teriakan sebelumnya.

Kemudian keluarlah wanita paruh baya dengan rambut yang terikat rapi. Terlihat wanita itu masih terlihat cantik di usianya yang tak lagi muda. Dia adalah Ascara Bunda dari Dita. Yang langsung menghampiri dan langsung menenangkan Dita didalam dekapannya.

“Kenapa harus gini sih, Bun?” Dita mulai melemah dan menangis di dekapan sang Bunda.

“Yah harus gini dong sayang. Kamu tau kan ayah siapa?. Apapun yang dilakukan keluarga kita, otomatis akan tersorot media sayang” ucap Bunda lembut sambil mengelus lembut Dita dengan tenang

“Tapi Dita gak suka bun”

“Suka gak suka, yah Dita harus jalanin ini sebagai keluarga Dyli sayang. Karena sekecil apapun tindakan buruk yang kamu lakukan akan mempengaruhi nama baik Ayah dan citra perusahaan Ayah. Dita ngerti kan?!” ucap bunda dengan nada yang sedikit memaksa, sambil melepaskan dekapannya dan beralih memegang kedua pundak Dita.

“sudahlah bun” Dita menghempas tangan Ascara yang bertengger di kedua pundaknya, dengan mata berkaca-kaca dia menuntaskan kalimatnya dan berlari menuju kamarnya.

“Ta kamu dengerin bunda kan?” Ascara mengikuti langkah kaki Dita, tapi Dita terus saja melangkah tanpa memperdulikan Ascara.
Sesampainya di kamar Dita langsung menutup pintu kamar dengan keras.

“Dari kecil Dita selalu patuh dan dengerin semua kemauan Ayah dan Bunda, dan sampai saat ini Dita gak punya celah untu menentang kemauan Ayah sama Bunda!!” Dita berteriak berapi-api sambil menunjuk-nunjuk ke pintu kamar yang tertutup seolah sedang bertatapan muka dengan bundanya.

Dita kemudian berlari menuju balkon yang ada di sisi kanan kamarnya. Ia kemudian disuguhkan dengan pemandangan matahari yang akan tenggelam meninggalkan dunia yang penuh dengan sandiwara ini.

Dita memukul dadanya berulang kali untuk meredahkan sesak didadanya, namun itu tak cukup ampuh. Terbukti dengan pipi nya yang mulai basah dengan air yang berasal dari kedua manik hitamnya.

_______

Disisi lain rumah ini, tepatnya dikamar Ayah Bunda Dita.

“Dita berulah lagi” ucap Dyli ayah Dita

“Biasa Yah, anak muda” Ascara menanggapi santai ucapan suaminya.

“Biasa apanya?! Ini bukan yang pertama kali, ini yang kesekian kalinya Dita membuat bergejolak nama baik ayah, dan ini akan berpengaruh terhadap usaha ayah!” ucap Dyli berapi-api

Ascara diam tak menaggapi lagi, ia hanya memijat pelan lengan suami yang begitu di cintainya.

Next???

Another DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang