Huh-tak apa, aku bahkan sudah terbiasa ketika seluruh pasang mata menatap kearah ku. Memang cukup lucu ketika aku melihat bagaimana cara mereka menatapku, benar-benar penuh.
Entah itu tatapan iri dari para gadis, atau bahkan tatapan lapar dari para pria hidung belang-seakan aku ini santapan siap hidang.
Aku sendiri juga bingung, tak sekali dua kali aku bertanya pada ayah, ya namun jawabannya memang selalu sama dan sama sekali tidak memuaskan, seperti, "tak apa mereka hanya iri padamu, karena kau begitu mempesona"
Namun akhir-akhir ini aku merasa seperti diikuti oleh seseorang, tapi aku tak tau siapa itu, seperti sekarang, aku sedang jalan-jalan sore disekitar komplek rumahku-sekalian ke minimarket untuk membeli beberapa camilan.
Sore ini aku hanya memakai hoodie oversize dan joger puma- dapat sedikit melindungiku dari angin sore yang dingin.
Aku menyumpal telingaku menggunakan earphone dengan volume yang full, berlagak acuh pada sosok yang ada dibelakangku-walau sebenarnya sama sekali tidak membantu.
"Sedikit lagi sampai Jeon" bisiku guna menyemangati.
Kring!!
"Selamat datang silahkan berbelanja" ucap ramah sang kasir.
Berjalan ke arah rak-rak camilan-Aku mengambil beberapa snack, dua bungkus permen jelly, dan 5kotak susu pisang favoritku.
Kuberikan belanjaanku kepada sang kasir untuk dihitung, "ada lagi dik! Yang ingin dibeli?" tanyanya ramah-namun...sialan apa tatapannya itu tidak bisa untuk biasa saja?!
Gelengan kecil kuberikan, "totalnya 85.000"
Selembar uang kertas berwarna merah kuberikan, saat ingin mengambil kantong belanjaan milikku, tanganku di genggam erat oleh pria kasir tersebut.
Apa-apaan ini?!
Tak berselang lama tiba-tiba saja ada sepasang lengan yang memelukku dari belakang, "ehm maaf, apakah kau bisa melepaskan tanganmu dari kekasihku?"
Aku terperangah-bukankah dia pemuda yang kerap kali mengikutiku? tanyanya pelan namun penuh dengan penekanan, kulihat sang kasir gelagapan dan dengan segera menarik kembali tangannya.
"Ambil kembaliaanya, dan pastikan jangan sampai terulang lagi atau kau akan kuhancurkan-ayo sayang" ujarnya lalu menggandengku dengan sebelah tangannya yang membawa belanjaanku.
Sesampainya ditengah perjalanan kuambil paksa kantong belanjaanku.
"Aapa-apaan kau ini?! Siapa kau?! Mana mengaku-ngaku sebagai kekasihku lagi!" tanyaku bertubi-tubi.
Pemuda dihadapanku ini terkekeh rendah, "astaga-calm babe"
"Kau tadi tanya siapa aku? Ah ya perkenalkan aku takdirmu"
Apa katanya?!
"Brengs-
"Shutt, manis, tak baik tau berkata-kata kasar"
Mana kupeduli mau baik atau tidak, kusingkirkan jarinya yang ada di bibirku-hey aku merasa dilecehkan!
"Hey bedebah, dengar ini, aku tak perduli mau baik atau tidak itu bukan urusanmu, selamat tinggal!"
Kutinggalkan saja dia disana, ya...walau banyak tak rela karena harusnya uangku masih ada sisa.
"Jaman sekarang orang-orang agaknya semakin sinting"
Sepanjang perjalanan pulang aku terus mengerutu, pemuda itu benar-benar aneh tapi lebih condong sinting.
"Apa katanya tadi, takdirku? Cih mengaku-ngaku saja"
"Hey siapa yang mengada-ngada?"
Astaga dia lagi, aku berbalik dan mendapati pemuda itu berdiri tepat dibelakangku.
"Kau-kau yang mengada-ngada" ketusku sambil menunjuknya.
Yeah lihatlah, dia sekarang malah bersedekap dada dan menatapku pongah-cih jinjja!
"Wajahmu ingin aku tendang ya?!"
"Astaga rasanya aku salah terus menerus"
"Ya memang kau salah!"
Jungkook mengalihkan tatapannya hingga kedua netra sehitam jelaga itu menangkap sebuah mobil hitam palaside menghampiri dirinnya-ah oke bersama Pemuda itu.
Pria paruh baya turun dari mobil itu dan berlari mendekapnya, "astaga Kookie! Sedang apa kau disini?!" khawatir pria.
"Habis membeli ini" unjuknya pada kantong plastik yang ada di genggamannya.
"Kenap-
"Ekhem! Hai tuan Jeon" sapa pemuda itu ramah.