1

28 1 0
                                    

Kenapa hati ini terus kecewa?
Kenapa hati ini terus merasa hampa?
Kenapa hati ini terus merasa bimbang?
Kenapa hati ini terus merasa kosong?

Sebenarnya pertanyaan ini sudah bisa aku jawab sendiri. Aku melepas semua yang sudah melekat pada diriku. Entah itu ilmu agama, atau hijab panjang menjulur menutup setengah tubuhku. Semua syariat Islam yang notabennya Sunnah aku tinggalkan. Aku hanya mengerjakan apa yang wajib Saja. Aku sadar aku melakukan itu, aku sadar aku telah begitu jauh dari aku yang dulu, aku sadar aku telah jauh dari Nya, aku kembali dengan kejahiliahan ku, dan aku hidup dengan kesadaran akal dan hatiku yang sekarat itu. Aku telah jauh dengan Nya.... Semenjak waktu itu.....

Waktu yang membuatku mati rasa. Waktu yang membuatku marah. Waktu yang membuatku kecewa. Waktu yang menbuat aku meminta pertanggung jawaban pada Tuhan atas takdir yang terjadi padaku. Dan waktu Yang menyebabkan hati bergejolak meminta untuk bebas dari ketaatan, konsekuensi dari takdir yang Tuhan berikan padaku.

Bebas dari ketaatan? Jelas sekali selama ini aku menjalankan apa yang Allah suruh berlandaskan nafsu yang dengan alibi ketaatan. Nafsu menggebu ingin memiliki nya. Aku terlalu buta dan gelap mata mencintai dia dan melakukan apapun kebaikan demi dia, agar tuhan menjawab doa ku untuk membersamainya dan apa yang ku lakukan jelas adalah kebohongan. Semua berlandaskan dia bukan Tuhan. Inilah sebab mengapa hatiku mati, hatiku hampa, dan hatiku sulit menerima kembali hidayah.

Jujur saja apa yang telah aku pelajari dulu. Seolah melebur bagai kertas yang dibakar menjadi abu. Tidak ada yang tersisa sedikit pun. Dengan keadaanku yang seperti ini terkadang aku malu dengan diriku. Aku malu menjadi diriku. Dan ingin rasanya sedetik saja jiwaku keluar dari tubuhku dan mencoba menjadi orang lain. Iri.....

Rasanya ingin sekali aku tidak mengenali diriku sendiri. Menjadi orang lain dan mungkin mudah untuk aku bahagia.....

Apakah mungkin pada akhir bulan 2022 ini akan menjadi titik balik kebahagiaan untukku. Sungguh aku sangat takut menghadapi takdirku ke depannya. Aku akan mengawalinya dari cerita meninggalnya eninku. Itu awak dari semua kekacauan ini.

True Love SofieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang