Kini aku percaya. Hati dapat berdetak membentuk harmonisasi mayor sempurna yang manis di telinga tanpa perlu buka suara atau memetik gitar. Sebab, dawai terakhirnya telah terpetik berbunyi tipis tinggi tetapi menggenapi. Kita mungkin tak pernah tau apa yang dirindukan sampai suatu ketika sampai di depan mata. Kita tak menyadari ketidaklengkapan hingga sua dengan kepingan diri yang tersesat dalam ruang waktu. Dan, kini percaya.
Nama ku Bimo Putra, asli kelahiran Jawa, Solo. Ibuku asli Jawa dan ayahku asli Sumatra, bisa dibilang aku ini "PUJA KESUMA( putra jawa kelahiran sumatra) begitu panggilan yang sering kudengar dari mulut teman sekitar ku. Umurku kini bisa dibilang sudah matang dan siap bila harus memperistri anak orang. Namun kenyataanya aku masih sibuk bekerja tanpa perhatian seorang istri yang kudamba. Sudah 16 tahun, semenjak aku pindah dari Belawan, rumah lama ku. Mengapa akhir-akhir ini hatiku gusar. Dalam hati kecil selalu bertanya-tanya sambil jalani aktifitas. Kini aku tinggal di Jakarta, baru lulus dari bangku S2 dan bekerja sebagai pengawas di perusahaan negara bagian pembangunan. Sering gusar ketika sedang asik berjalan melihat prospek pekerjaan. Entah apa yang merasuki ku jika digambarkan akhir-akhir ini.
Kurang lebih hampir jatuh satu minggu ku pendam dalam tanpa didengar orang lain. Tapi yah berbaik sangka saja mungkin kurang dekat diri dengan sang pemberi ruh. Sering berpindah tempat menyaksikan orang asing bekerja, hingga sering lupa nama seorang yang diajak bicara bila tak lagi berjumpa.
Samar-samar dalam terik siang pukul sebelas siang, nampak seorang berwajah ayu yang kiranya membekas dalam memori otak. Pikir lebih dalam, sambil mengingat masa pindahan dulu. Mencuat nama, Claire. Dia teman semasa kecil ku. Pipinya yang tirus ditambah matanya yang besar menambah keyakinan Claire namanya. Cari tahu informasi tentang dia pada teman sesama urusan. Dia di bagian yang sama namun penempatannya saja yang berbeda.
Menunggu habis waktu jadwal proses pekerjaan, kucoba temui nya yang sedang istirahat sambil mengurus laporan entah apa .
"Halo apakah kamu Claire?" basa basi tanyaku padahal sudah kukenal.
" Iya, benar" jawab manis yang keluar dari mulut tipisnya.
" Tunggu apakah kamu Bimo?" sontak tanya mencuat darinya.
"Iya benar aku Bimo, dulu kita temen waktu aku masih tinggal di Belawan. Namun, harus pindah karena penempatan tugas ayahku" jawabku dengan nada yang ramah.
Tanya-tanya tentang kabar namun kemudian harus berpisah karena panggilan tugas.
"Besok kita bertemu lagi ya, pengen melepas kangen aku sama kamu hehe" pintaku sebelum pergi.
"Iya siap" sahut nya.
Ganti hari, ketika sinar matahari masih menyapa sopan dan belum habis menguapkan titik-titik embun di helai - helai rumput jepang, ketika udara yang bergerak masih menyisakan sejuk malam di atas kulit, kita bertemu. Namun apa yang terjadi, hati makin gusar hingga bingung harus mulai dan mengembangkan cerita dari mana. Entah karena aku terlalu terpana pesonanya semenjak 16 tahun yang lalu yang kelihatannya semakin cantik dia. Atau karena bingung meneruskan perasaan yang dulu pernah mekar dengan dia.
Dan sungguh kita bertemu di proyek. Kusapa dulu dia yang baru berangkat kerja dari rumahnya di Pondok Gede. " Pagi Claire.." " Pagi juga Bimo.." cakap cakap agak lama dengannya namun kupikir hanya dialog yang kosong isinya. Di dalamnya hanya mendapat pertanyaan tentang kabar, berangkat naik apa, dan sarapan dengan apa. Lalu berlanjut ke pekerjaannya sendiri - sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
KURSUS BICARA
Teen Fictionkepada seorang yang kita cinta senangi, sepenuh hati.