Is you - Aliee
Ost Memories of AlhambraFidella mengerti kenapa teman sebangkunya ini masih saja mengerutkan kening setelah lima menit berselang ketika Fidella mengatakan bahwa dia sudah resmi pacaran dengan Cakrawala. Fidella tahu bahwa Laira masih bertanya-tanya dan heran kenapa ini bisa terjadi.
"Jadi fix nih lo jadian sama Kak Cakra?" tanya Laira sekali lagi berusaha menyakinkan diri.
"Iyaa Laira," jawab Fidella.
Laira mengangguk mantap. Dia sudah percaya sekarang. "Ok, gue percaya. Sebenarnya gue cuma enggak habis pikir. Kemarin dengar nama Cakrawala disebut aja, lo udah manyun. Sekarang tau-tau kalian malah jadian, kan aneh."
"Ya elah, panjang amat antreannya," sungut Laira.
"Tinggal dua orang lagi, Ra." Kini mereka sedang berada di kantin dan mengantri untuk bisa makan. "Soal pacaran sama Kak Cakra, gue cuma iseng aja. Lagian dia duitnya banyak. Makanya gue terima," bisiknya pelan.
Laira menoleh dan menatapnya kesal. "Dasar matre!"
"Dia tahu kok gue matre."
Saat kedua orang di depan mereka sudah mendapat makanan, Laira maju dengan senang hati lalu menerima gilirannya. Tetapi saat giliran Fidella tiba, muncul gerombolan geng 3G Girl dan langsung memotong antrean tanpa rasa bersalah. Fidella menatap mereka tak percaya. Apa dia harus menunggu empat orang lagi?
Laira memandang Fidella kaget, dia memegang piringnya dengan gusar. Laira membuka bibirnya, hanya saja dia tidak mengeluarkan suaranya, lebih memberi kode tanpa suara. "Terobos, Del."
Fidella menggeleng. Ah gila, mana mungkin. Lihat saja geng di depannya ini, mereka berempat dan Fidella sudah kalah jumlah. Postur tubuh mereka juga lebih tinggi dari dirinya. Belum lagi tiga diantaranya adalah kakak senior. Fidella tidak mau mencari masalah. Dia lebih baik menunggu sampai keempat gadis itu selesai.
Fidella akhirnya membalas kode tak bersuara Laira. "Lo duluan aja."
"Orang pintar tapi gampang ditindas enggak ada gunanya." Seseorang dari belakang menarik tangan Fidella dan membawa Fidella ke barisan paling depan. Fidella mendongak, ternyata Julian yang tiba-tiba menggandeng tangannya tanpa permisi. Julian dengan santainya berdiri di depan Theresia dan kawan-kawannya.
"Buat untuk cewek ini," suruhnya pada tukang kantin.
Teresia menatap Julian tak percaya. Dia melipat kedua tangannya di dada. "Kalau marah sama gue bilang aja. Enggak perlu bawa-bawa oranglain."
Julian menoleh sebentar ke Teresia, "Enggak jelas lo!" Jujur saja Julian tidak mengerti apa yang dikatakan oleh mantannya itu.
Teresia berdecak sebal. Lalu manarik paksa tangan Julian dan Fidella agar terlepas dan tidak bergandengan lagi. Setelah terlepas, Teresia tersenyum puas. "Jangan pakai cara yang kekanak-kanakkan."
"Lo bikin acara pdkt gue berantakkan," kata Julian jengkel.
Akhirnya Fidella mendapatkan jatah makanannya. Dia mengucapkan terimakasih pada tukang kantin. Saat Fidella baru beranjak dua langkah. Julian kembali menarik tangan Fidella. "Main kabur aja!"
Julian menatap Teresia, Adena, Arini, dan Gabriella satu per satu. "Ya elah, berhenti bergerombol. Besok lo hidup juga sendiri-sendiri!" ketusnya lalu membawa Fidella dari tempat itu.
Julian masih setia menggandeng tangan Fidella dan mereka berhenti di salah satu meja yang berada di pojok kantin. Julian menyuruh Fidella masuk duluan. Kemudian dia menyusul duduk di sampingnya.
Fidella menghela napas, kalau begini dia tidak bisa kemana-mana. Di sisi kanan dan belakang sudah mentok ke dinding. Dan sebelah kiri ada Julian. Sepertinya cowok ini sengaja memerangkap dirinya.
"Gue nolongin lo buat makan bukan buat berpikir."
"Gue enggak minta ditolongin. Serius deh," jawab Fidella dengan sungguh-sungguh.
"Jangan banyak bicara, posisi gue lagi memungkinkan buat macam-macam sama lo," balas Julian masih kelewat santai.
Fidella menelan salivanya dengan susah payah, pada akhirnya dia memilih untuk menyendokkan nasi ke mulutnya. "Besok kalau gue digangguin sama mereka it-"
"Panggil dan minta sama gue, " potongnya dengan cepat.
"Hanya gue yang boleh gangguin lo."
Fidella berhenti makan. Dia menatap Julian heran, tidak mengerti kenapa cowok di depannya ini mengatakan hal seperti itu.
"Untuk pertama kalinya gue bersyukur anak tohpati lebih suka di kantin belakang."
"Lo benci banget sama Kak Cakrawala? Lo mau balas dendam lewat gue?" tebak Fidella mulai takut bahwa dia akan mendapatkan hal tidak menyenangkan hari ini.
Julian memandangnya tidak senang. "Barusan gue nolongin lo. Bahkan lo belum bilang makasih, tapi lo udah nuduh gue. Atau lo emang pingin gue sakitin?"
Fidella menggeleng dengan cepat. "Enggak kok. Tapi makasih udah nolongin gue."
"Ehm," gumam Julian lalu menyenderkan kepalanya ke dinding. Tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Lalu kakinya diangkat ke atas meja. Fidella hanya mendelik kesal, dia sedang makan dengan kaki di meja yang sama dengan makanannya. Tapi Fidella tetap diam dan melanjutkan makannya.
"Kakak pasti kesepian ya," tutur Fidella selang beberapa waktu.
"Maksud lo?" tanya Julian dengan mata yang masih terpejam.
"Kakak boleh bertindak sok cool seperti sekarang. Tapi Kakak enggak bisa nutupin kalau sebenarnya Kakak itu kesepian," katanya pada cowok bertindik hitam di telinga sebelah kiri itu. "Kakak enggak punya teman," timpalnya berhasil membuat Julian menatapnya.
"Kenapa lo bisa ngomong begitu?"
"Lo selalu sendirian kemana pun itu, Kak."
Julian terdiam. Kenapa perempuan yang berada di depannya ini peka sekali. Padahal mereka hanya beberapa kali bertemu. Untuk pertama kalinya ada orang bicara seperti itu kepadanya, membuat hatinya terusik. Karena itu benar.
"Kenapa Kak Cakrawala enggak bisa lihat betapa inginnya Kakak berteman sama dia?" Fidella tersenyum tipis dan mata Julian bergerak merekam hal tersebut ke dalam memorinya.
"Kenapa Kak Cakrawala enggak bisa lihat betapa gigihnya usaha lo supaya bisa dilihat oleh dia. Sampai-sampai lo relah berlagak jadi rival."
Fidella semakin melebarkan senyumnya. "Gue yakin, kalau tiba-tiba Kak Cakrawala ada di sini lo pasti jahatin gue. Cuma buat cari perhatian sama dia."
"Udah selesai bicaranya?'
"Ternyata lo banyak bicara juga ya." Julian menarik kakinya dari atas meja. "Jangan sok tau, gue bisa nge-bully lo mau si Cakrawala ada atau enggak."
Julian berdiri. Dia mengambil piring Fidella dari atas meja, lalu melemparkan isinya ke wajah dan baju Fidella. Fidella terkejut bukan main, seragamnya kotor dan wajahnya terasa berminyak.
"Lo enggak kenal gue," kata Julian dengan senyum smirk di wajahnya.
****
Bersambung

KAMU SEDANG MEMBACA
CAKRAWALA (Selesai) ✅
Teen FictionSiapa orang yang paling ditakuti di SMA Ganendra Jaya? Maka Cakrawala akan menjadi kandidat pertama untuk jawaban itu. Cakrawala Albarata Wijaya, si Ketua geng Tohpati yang tidak tau cara mengendalikan emosinya sendiri. Orang yang selalu bertindak...